Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Museum Papua di Jerman dan Dinamika Perkembangan Budaya Indonesia

31 Oktober 2021   15:56 Diperbarui: 1 November 2021   17:25 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rangka tengkorak buaya raksasa di Museum Papua | Dokumen pribadi oleh Ino

Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang pentingnya nilai sejarah yang lahir dari koleksi-koleksi unik itu tetap harus dihargai. Tanpa warisan budaya, orang tidak mungkin bisa berbicara banyak atau hanya tertinggal semacam dongeng untuk obat tidur saja.

Dari 800 objek yang ada di Museum Papua, sebenarnya bisa menjadi 800 cerita tentang Papua. Coba bayangkan mulai dari alat pertanian dari tulang dan batu, senjata untuk berburu, batu-batu yang mereka yakini punya kekuatan untuk melindungi diri dan keluarga mereka.

Di sana ada ukiran tempat untuk minum, makan, perhiasan, ada perahu-perahu tua mereka, ada ukiran asli karya tangan mereka, ada jenis hiasan dari kulit binatang. Ada jenis beragam tengkorak buaya raksasa dengan aneka simbol yang menyertainya.

Rangka tengkorak buaya raksasa di Museum Papua | Dokumen pribadi oleh Ino
Rangka tengkorak buaya raksasa di Museum Papua | Dokumen pribadi oleh Ino

Duh rasanya pengen lagi seharian di sana deh, biar lebih puas foto-foto dan bisa melihatnya dan bisa bercerita lebih lama lagi dengan Dr. Weiglein. 

Dinamika proses budaya dalam jaringan global itu sendiri bisa saja berdampak ganda, bisa memberikan perkembangan ilmu dan pemahaman manusia, tetapi juga bisa membuat manusia sendiri lupa akan budayanya sendiri. 

Satu hal yang pasti bahwa budaya itu bersifat dinamis. Oleh karena itu, tanggung jawab dan kesadaran budaya memang sangat dibutuhkan agar kelestarian budaya itu bisa dilihat sebagai pilihan yang tepat terkait kejelasan sejarah dan ilmu pengetahuan. 

Dukungan Konsulat Jenderal Republik Indonesia pada visi dan komitmen kelestarian budaya Indonesia

Kelestarian budaya itu bisa terjadi jika ada semangat bersama untuk melestarikannya dengan kesadaran yang relevan dengan perspektif tantangan kekinian sehingga bisa memberikan kontribusi kepada generasi muda Indonesia.

Oleh karena itu sangat menarik ketika Konsul Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt, Bapak Acep Somantri pada peringatan hari Sumpah Pemuda ke-93 yang berlangsung 30 Oktober 2021 mengunjungi museum Papua dan merayakannya di sana.

Hadir dalam acara itu adalah tokoh-tokoh masyarakat Indonesia di Frankfurt, pengurus organisasi masyarakat Indonesia dan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di wilayah kerja KJRI Frankfurt, anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) KJRI Frankfurt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun