Acara itu dilakukan dalam dua bentuk yakni zoom dan secara langsung di museum. Peserta yang hadir dalam acara zoom sebesar 30 orang, sedangkan yang hadir secara langsung sebesar 43 orang termasuk pemilik museum.
Dalam sambutannya Bapak Acep Somantri mengajak seluruh peserta yang hadir untuk mencermati kembali tema Sumpah Pemuda tahun ini; " Bersatu, Bangkit dan Tumbuh." Ada beberapa hal yang ditekankannya:
1. Hanya dengan persatuan dan kesatuan - satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa - kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
2. Pentingnya semangat bersama untuk memperkuat komitmen Sumpah Pemuda sebagai pilar penting persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
3. Momentum Sumpah Pemuda perlu dijadikan semangat baru bagi seluruh rakyat Indonesia untuk melawan pandemi covid-19.
4. Penyelenggaraan peringatan hari Sumpah Pemuda yang disertai dengan pergelaran seni di Museum Papua bertujuan untuk memupuk kecintaan dan kebanggan kita kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
Inilah beberapa gagasan dan ajakan penting dari Bapak Konsulat Jenderal di Frankfurt untuk segenap warga Indonesia di Frankfurt dan sekitarnya dan tentu untuk Indonesia seluruhnya.Â
Rumah budaya dan keragaman
Gagasan tentang rumah budaya dan keragaman itu muncul dari apa yang terlihat dari rumah Dr. Weiglein. Nah, bukan cuma 800 objek yang menarik di Museum Papua di Jerman, tetapi rumah pemilik museum itu sendiri menyimpan simbol tertentu.
Tentu ini hanya suatu perspektif pribadi setelah melihat kenyataan itu. Setelah duduk makan di ruang makan rumah pribadi Dr. Weiglein, saya mengamati sesuatu yang unik pada rumahnya.
Rumah tempat tinggal Dr. Weiglein di mata orang Indonesia hampir merupakan miniatur dari keberagaman budaya Indonesia. Kok bisa begitu ya?