Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mungkinkah Hidup Ini Tetap Mekar, Meski Dingin Penghargaan?

28 Oktober 2021   11:52 Diperbarui: 28 Oktober 2021   12:04 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Artinya, selalu ada nilai dari sesuatu yang sedang diperebutkan. Apakah sepotong roti itu punya nilai? Ya, tentu. Jangan lupa lho bahwa sebelum menjadi sepotong roti itu, ada hubungan sejarah panjang yang melibatkan banyak orang.

Tentu ada hubungannya dengan para petani gandum, ada hubungannya dengan tanah, pupuk, air. Ada hubungannya dengan orang yang membuat roti, oven dan orang-orang yang menjual dan membawa roti itu ke kota. 

Ya, suatu sejarah panjang yang melibatkan banyak orang dan banyak alat-alat sampai menjadi sepotong roti itu. Nah, kalau begitu, apa artinya membuang sepotong roti? 

Tindakan membuang makanan itu tidak dibenarkan secara hukum. Namun, perhatikan berapa sering orang-orang yang makan di rumah makan lalu membuang makanan?

Ironis sekali terkadang orang mengira, semakin kaya seseorang, ia bisa saja membuang makanan seenak hatinya, karena kalau tidak suka dengan yang dibelinya, ia bisa membeli makanan lainnya.

Saya ingat ada ungkapan di Jerman yang melawan fenomena membuang makanan itu,  "All you can eat dan bukan All you can wegschmeissen." atau semua kamu bisa makan dan bukan semua kamu bisa membuangnya.

3. Pelajaran dari Merpati

Merpati pagi ini seakan menitipkan pesan tentang belajar menghargai makanan. Saat melihat merpati di belakang rumah itu bekerjaran merebut sepotong roti, terdengar letupan suara yang menggetarkan hati, "Mengapa kamu membuang makanan?" 

Merpati berebutan bisa jadi dengan rasa syukur apalagi saat mereka kelaparan, akan tetapi bisa jadi karena tidak ingin sepotong roti itu terbuang sia-sia di jalan. Terdengar suara ini,

"Tidak hanya itu, jika kamu mau memberi kami makanan, janganlah begitu saja membuang makanan itu di tengah jalan. 

Cara itu terlalu  beresiko buat nyawa kami. Berapa banyak kendaraan yang melintas tanpa peduli? Kami bisa saja digilas tanpa cerita sedih dan tangis. Kami ini jenis makhluk hidup yang punya mata, telinga, kaki, hati dan rasa. 

Cuma kami tidak bisa bicara dalam bahasa manusia. Andaikan saja bisa, maka kami akan katakan secepatnya bahwa wahai manusia peduli lah kami dan lingkungan kehidupan ini. 

Tanpa kehadiran kami, pantai tidak akan menarik, tanpa kami tidak ada ungkapan janji dan setia seperti merpati. Dari bangsa kami (Merpati) lahir banyak nama dan cerita. Lihat Saat-Saat perjumpaan kami waktu siang di pesisir sungai, di sana tanpa ada gosip dan pertengkaran. Di sana dan di mana saja kami belajar Menjadi sahabat orang-orang pinggiran. Mereka yang Haus dan lapar, tidak punya rumah adalah sahabat kami setiap hari."

Winterjasmin di musim gugur

Dahan-dahan kecil sudah terpangkas, yang tersisa cuma sedikit. Daun sedikit kuning sebagai bukti iba pada musim gugur yang entah kenapa  telah mengubah daun pohon lainnya juga menguning. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun