Apakah suasana hati pemasak juga menentukan kualitas hidangan di meja makan?
Kualitas sesuatu itu selalu punya hubungannya dengan dimensi yang terdalam. Saya masih ingat dalam suatu perjalanan ke Berlin pada tahun 2020 sempat mampir untuk makan siang pada sebuah rumah makan. Pada sebuah papan sederhana di depan kamar makan restaurant itu tertulis, "Mit der Liebe kochen wir" atau dengan cinta kami memasak.
Tentu masakan dan hidangan yang lahir dari pancaran hati yang berlimpah cinta akan terlihat beda rasa dan penampilannya, dibandingkan dengan masakan dan hidangan yang hanya semata-mata mengutamakan kuantitas dan uang. Mungkin orang perlu belajar mengubah perspektifnya bahwa keberlanjutan usaha apa saja, sangat tergantung pada tingkat kepuasan dan kepercayaan pelanggan.
Oleh karena itu, orang harus memperhitungkan dua aspek itu secara bijaksana. Untuk terciptanya keseimbangan itu, orang perlu mencoba dan belajar memasak dan menghidangkan makanan dengan suatu penjiwaan sebagai seorang seniman.
Demikian ulasan singkat mengenai keseimbangan cita rasa dan seni menyajikan makanan di atas meja. Ternyata bukan asal hidang lho. Cinta dan seni hidangan turut menentukan kualitas, rasa dan selera. Bahkan dari keseimbangan aspek-aspek itu menjadi gambaran dan ukuran tentang kemajuan, pendidikan dan kesehatan sebagai tiga hal yang semakin diperhitungkan dalam hidup masyarakat umumnya.Â
Salam berbagi, ino, 13.10.2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H