Saya masih ingat tahun 2012 waktu itu saya menghadiri suatu pertemuan di sebuah kota. Seusai pertemuan saya memesan mobil taksi untuk menghantar saya ke bandara.Â
Ketika keluar dari pintu ruang pertemuan, saya dihadang oleh seorang ibu dengan amplop ditangannya. Ia langsung memberi saya amplop itu, katanya, "Itu untuk kamu."
Pada waktu yang singkat, ibu itu memperkenalkan namanya. Sepanjang perjalanan saya cuma bertanya, siapa sih ibu itu dan apa yang diberikannya pada saya?Â
Saya belum pernah bertemu sebelumnya, orang dan namanya sungguh baru buat saya. Setiba dalam sebuah rumah singgah, saya memasuki kamar dan mencari tahu, apa isi amplop itu.
Nah, pada waktu itu saya benar-benar kaget, karena sebetulnya beberapa minggu sebelumnya saya sedang memesan barang dari sebuah kota lain dengan harga yang cukup mahal dan saya tidak punya uang sejumlah itu.
Ternyata di dalam amplop itu adalah sejumlah uang yang setelah dihitung jumlahnya persis dengan harga barang pesanan saya. Ini benar-benar kebetulan. Percaya kan bahwa itu adalah sebuah kebetulan?
Saya percaya bahwa memberi itu memang ada hubungannya dengan hal yang lebih tinggi, tetapi soal jumlah yang persis antara yang saya terima dan apa yang saya butuhkan, itu adalah kebetulan.
Ya, itu adalah kebetulan, karena sampai dengan saat itu saya tidak tahu mengapa dan atas dasar apa angkanya menjadi sama. Kalau soal memberi saya kira itu bukan kebetulan, karena alasannya jelas. Orang memberi karena ia menyadari bahwa ia pernah menerima.
Orang Jerman menyebut kebetulan dengan kata Zufall. Zufall tanpa kausal yang dapat ditemukan untuk suatu peristiwa. Pernahkah Anda juga mengalami hal serupa?Â
2. Kebetulan terjadi karena ada titik sinkron antara manusia dengan alam
Tidak jarang bahwa orang mengatakan seakan-akan alam itu mengerti dengan kerinduan manusia. Ya, bisa saja terjadi hal seperti itu, tetapi pada pengalaman yang lain, orang bisa saja mengatakan bahwa alam begitu kejam.