Saya ingat suatu hari ada seorang tua yang baru saja menyelesaikan studinya di Jawa. Ketika ditanya apa gelarnya, jawabnya spontan, "MBA." Orang-orang yang mendengarnya pada bingung apa itu MBA. Lanjutnya, "MBA artinya Manusia Botak Atas. Hahaha semua meledak tertawa.
Untuk membuktikan bahwa percaya sia-sia itu benar keliru, saya akan memperlihatkan hasil penelitian ilmiah yang pernah dilakukan oleh peneliti di universitas Bonn, Jerman.
Penting bahwa orang perlu bercermin pada riset lapangan dan pengalaman pribadi setiap orang. Dalam tulisan ini, saya menyoroti hasil riset di Universitas Bonn dan tentu pengalaman pribadi saya sendiri yang bisa menjadi seperti tutorial agar orang tidak mudah percaya begitu saja pada anggapan yang tidak bisa dibuktikan.
1. Bercermin pada riset lapangan
Para peneliti memeriksa sekitar 11.000 pria dari tujuh negara berbeda yang mengalami kerontokan rambut. Kemudian data perbandingannya dengan memeriksa 12.000 pria tanpa rambut rontok.
Hasil penelitian dari evaluasi studi genetik itu menguatkan kecurigaan pada karakteristik penyakit tertentu berhubungan dengan kebotakan khususnya pada pria.Â
Dr. Stefanie Heilmann-Heimbach, seorang penulis dalam studi internasional yang terkemuka menyimpulkan bahwa perubahan genetis itulah yang menimbulkan efek pada kerontokan rambut.
Sementara itu menurut seorang ahli genetik, Prof. Dr. Markus Nöthen, direktor Institut Genetika Manusia di Universitas Bonn menjelaskan faktor penyebab kerontokan rambut itu adalah karena kulit cerah dan kepadatan tulang  yang tinggi.Â
Jadi, sangat jelas sekali bahwa fenomena kerontokan rambut itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecerdasan intelektual dan spiritual yang dimiliki seseorang berkepala botak.
2. Bercermin pada pengalaman pribadi
Empat tahun lalu, saya punya rambut tebal sekali, namun tanpa terasa perlahan-lahan rambut rontok dan hingga terlihat seperti bolong pada bagian tengah kepala atau rambut semakin menipis.