Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Orang Menghubungkan Rambut Rontok dengan Kecerdasan Intelektual dan Spiritual?

25 Juni 2021   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2021   06:02 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rambut rontok hingga botak yang sering dianggap cerdas intelektual dan spiritual. Diambil dari: stern.de

Ada 3 alasan, mengapa orang percaya bahwa orang berkepala botak itu adalah orang cerdas, pintar?

1. Motivasi kepada anak-anak untuk menikmati pendidikan yang terbaik

Orangtua dulu rupanya mereka punya filosofi sendiri untuk memotivasi anak-anak mereka agar bisa menikmati pendidikan. Salah satu cara mereka memotivasi anak-anak mereka adalah dengan menceritakan tentang tokoh-tokoh yang berkepala botak atau sekurang-kurang rambutnya pelan-pelan rontok.

Bias cerita tentang figur seperti BJ. Habibie muda dan perubahan ke BJ. Habibie pada usia setelah kuliah menjadi satu alasan rasional untuk membuktikan bahwa anggapan masyarakat kadang beralasan bahwa rambut rontok itu ternyata ada hubungannya dengan pergumulan yang serius dengan ilmu pengetahuan.

Sekali lagi yang paling penting di sini bukan lagi soal anggapan itu, tetapi cara orangtua memotivasi agar anak-anak mereka punya tekad dan niat menjadi orang-orang cerdas.

Tidak heran sering juga terdengar ucapan dengan amal harapan seperti ini, "Sekola dhu uzu tongga, ngai sia, rende mbara, " atau orang yang menikmati pendidikan sampai rambutnya rontok dan menjadi botak, punya pikiran dan hati jernih.

Tidak masuk akal bahwa orang berkepala botak itu adalah orang cerdas, karena kalau seperti itu, maka apa ungkapan untuk orang yang memang terbukti begitu cerdas tapi punya rambut panjang.

Saya akhirnya ingat tentang perjumpaan konyol saya dengan seorang profesor berambut panjang di Jerman. Oleh karena sebagian besar profesor yang saya kenal itu tidak punya rambut lagi, maka ketika  seorang berambut panjang duduk di samping saya, maka saya tidak lagi menduga bahwa dia adalah seorang profesor.

Saya benar-benar tidak menyangka. Waktu saya bertanya kepadanya, sudah berapa lama kuliah di universitas itu. Dia hanya menjawab 8 tahun. Saya pun masih lanjut bertanya kepadanya, "pada fakultas apa?" Katanya dengan ramah, "Filsafat." Konyol banget bukan? 

Saking tidak enak mendengar pertanyaan saya, seorang asisten profesor itu langsung mengajak diskusi mungkin dengan tujuan hanya untuk menyela dan agar saya tahu bahwa pria berambut panjang itu adalah seorang profesor senior. 

Beberapa menit kemudian, saya langsung membuka website universitas itu untuk mencari sesuai namanya. Saya sungguh terkejut, ternyata dia punya gelar panjang Prof. Dr. Dr.  Ia mengajar Filsafat pada universitas itu. Oh sungguh memalukan waktu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun