Sungguh membingungkan karena di Jerman orang yang setia duduk di bangku kuliah termasuk orang-orang tua yang sudah berusia 60 sampai 70 an ke atas, umumnya rambut rontok. Apakah semuanya adalah orang cerdas? Tentu tidak.
Sisi lain dari cerita konyol perkenalan itu, telah menjadikan kami akrab, bahkan jadi teman cerita. Pengalaman nyata itu hanya untuk mengatakan bahwa anggapan tentang orang berkepala botak atau orang yang rambutnya rontok itu tidak semuanya benar bahwa mereka adalah orang cerdas.
2. Lingkungan pergaulan orang yang mudah percaya tanpa dibuktikan dengan hasil penelitian
Lingkungan pergaulan masyarakat yang belum terbiasa dengan penelitian, data dan fakta akan sangat mudah percaya pada berbagai mitos dan omongan lepas di pinggir jalan.
Karena itu, alangkah anehnya jika sampai dengan saat ini, masih saja ada orang yang percaya bahwa ada hubungan antara rambut rontok dengan kecerdasan intelektual dan spiritual.
Meskipun demikian, fenomena rambut rontok di satu sisi dan anggapan sia-sia sebagian orang sebagai orang yang pintar, cerdas secara intelektual dan spiritual pada sisi yang lain itu sekaligus menjadi tantangan.Â
Tantangan tentang sejauh mana para ilmuwan membuktikan secara ilmiah agar ranah perspektif "percaya begitu saja" diubah ke ranah pembuktian melalui basis penelitian atau riset lapangan.
3. Konteks kehidupan para pertapa dulu hingga pada tahun 1950-an
Kehidupan para pertapa padang gurun di Eropa dulu telah meninggalkan jejak tradisi, bahkan hingga tahun 1950 masih memiliki tradisi yang disebut dengan "Tonsura" atau tradisi pencukuran rambut pada bagian ubun-ubun hingga terlihat bundar dan botak.
Tradisi para pertapa atau bhiksu itu diyakini memiliki makna sebagai ungkapan pengabdian kepada Tuhan. Atau bahkan dalam konteks biksu di India, orang percaya bahwa mereka yang berkepala botak dengan mengenakan jubah berwarna kuning itu adalah pencari roh yang berusaha menjalani perintah Budha secara khusus.
Tradisi dan ritual kehidupan spiritual itu perlu dijelaskan agar orang tidak percaya begitu saja seakan-akan ada hubungan logis antara rambut rontok dengan kecerdasan intelektual dan spiritual.