Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mau Menjadi Penengah Konflik, Jangan Lupa 2 Cara Ini

21 Mei 2021   22:08 Diperbarui: 21 Mei 2021   22:28 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penengah yang berjuang masuk ke dalam rumah untuk negosiasi: diambil dari de.wikihow.com

Ternyata Blumen datang lagi dan mengamuk untuk kedua kalinya. Dalam suasana kehilangan akal sebenarnya, saya berdiri memanggil nama mereka satu persatu, dengan permintaan tolong dengarkan saya.

Keduanya berhenti, namun dengan tatapan yang masih menahan amarah. Saya memegang tangan Nikoberg dan Blumen, sambil mengatakan kepada mereka, 

"Maafkan saya. Di sini, sekarang ini saya adalah orang asing. Saya datang untuk belajar di tempat Anda tentang segala sesuatu yang baik. Namun, hari ini saya melihat kebencian dan kemarahan. Bagi saya hal ini sungguh memalukan. Tolonglah, tunjukkan pada saya bahwa negeri Anda adalah negeri yang damai." 

Sandra spontan berdiri dan memegang tangan Nikoberg dan Blumen. Kami sekejap terdiam hampir tiga menit tanpa kata-kata.

Nikoberg dan Blumen tiba-tiba berpelukan, saling meminta maaf sambil meneteskan air mata karena terharu. Keduanya lalu meminta maaf kepada Sandra dan saya.

Kisah itu tetap saya ingat sebagai suatu kenangan indah bahwa pernah ada pengalaman mendamaikan orang asing di negeri asing. 

Pesan dari peristiwa kedua ini adalah keseriusan menangani perselisihan harus disertai dengan sentuhan kasih dan kelembutan. Berani menghubungkan kedua pihak yang berselisih dan berani memberikan energi positif untuk keduanya. 

Kehadiran yang netral itu ternyata memberikan energi ketenangan bukan saja untuk satu pihak, tetapi juga untuk pihak lainnya. Adakah rahasia dibalik sentuhan dan genggaman tangan? 

Orang yang sedang berselisih tidak akan mungkin bisa bersentuhan tangan secara tenang, maka peran dari pendamai adalah menghubungkan tangan kedua pihak itu.

Saya baru menyadari betapa berartinya saat orang mengatakan "kita berdamai" disertai dengan genggaman tangan dan bahkan dengan pelukan kasih sayang.

Nah, bagaimana caranya jika keduanya tidak bisa saling dekat untuk berpegang tangan. Mungkin ini hanya sebuah sudut pandang tentang peran mediator. 

Mediator yang baik bagi saya tidak lepas dari cerita keberaniannya untuk netral memegang tangan kedua yang berselisih, sambil mengalirkan energi ketenangan dan damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun