Meskipun demikian, Tino punya kesalahan karena memaki om Marsel. Syukurlah waktu itu Tino dengan rendah hati meminta maaf kepada om Marsel. Apa jadinya, jika Tino tidak mau datang ke rumah bapak August?Â
Atau apa jadinya, jika tidak ada satu orangpun yang berani masuk rumah Tino untuk mengajaknya? Perselisihan akan tetap berkepanjangan, karena tanpa ada upaya damai.
Pesan dari pendekatan pribadi: Bukan hanya konfirmasi terkait kebenaran, tetapi juga suatu kunjungan kekeluargaan "masuk ke dalam rumah"
Poin penting dari langkah penyelesaian peristiwa pertama ini adalah tidak hanya bahwa konfirmasi terkait kebenaran di lapangan itu seperti apa, tetapi penengah perlu masuk kedalam rumah dari orang-orang yang berselisih.Â
Tanpa masuk ke dalam rumah kedua pihak, maka tidak mungkin ada gagasan yang bisa mengajak untuk duduk bersama dan berbicara tentang kebenaran.Â
Masuk ke dalam rumah mereka bagi saya adalah saat terpenting yang seringkali tidak dianggap penting. Menerima tamu dan tuntutan keramahtamahan bagi sebagian besar orang itu adalah nilai yang telah membudaya.Â
Jarang bahwa tuan rumah menolak orang yang datang berkunjung ke rumahnya. Menerima tamu dan memberi tamu makan adalah bagian dari rezeki dalam keyakinan adat beberapa suku di Indonesia.Â
Masuk ke dalam rumah orang akan terasa sama dengan masuk ke dalam relung hati mereka yang terdalam. Masuk ke dalam rumah itulah yang meluluhkan  amarah.Â
Pernahkah Anda merasakan hal seperti itu? Masuk ke dalam rumah itu adalah suatu kebahagian bagi tuan rumah. Bahkan ada pengalaman timbal balik saat masuk ke dalam rumah. Sebagai tamu merasa berharga, jika dia diterima.
Sedang sebagai tuan rumah yang menerima tamu, selalu dituntut secara alam oleh hati nurani dan rasa cinta untuk menerima orang lain.Â
Saya yakin cara "masuk ke dalam rumah mereka" itu cara paling sederhana dan paling efektif dalam meredakan perselisihan. Tentu, bukan kotbah, bukan opini ilmiah, teori konflik dan lain sebagainya.Â