2. Bahwa kita mesti banyak berbenah
Titipan pesan yang indah dan ramah dari musisi ternama ini sangat penting diwartakan. Ya, berbenah dengan cara apa? Tentu, regulasi dibutuhkan dari pemerintah dan institusi agama dengan aksen berpihak pada kehidupan manusia dan keutuhan ciptaan.Â
Tanpa ada refleksi dan inspirasi yang semakin menjadi konkret ke dalam regulasi, sebetulnya tidak ada hal yang lebih menolong masyarakat, selain tidak sadar ingin menikmati kidung duka sang Ebiet setiap tahun, ya lagu lama yang tidak bosan didengar ulang.
Pesan untuk berbenah, hemat saya belum cukup maksimal hanya dengan doa untuk NTT, tetapi lebih dari itu orang mesti doa dan bekerja atau ora et labora.Â
Dalam hal ini, poin yang penting adalah mungkinkah kedepan, pemerintah memikirkan terkait program relokasi wilayah pemukiman yang rawan bencana? Diskusi tentang regulasi pemukiman masyarakat dan tentunya sosialisasi manajemen penanganan bencana kepada masyarakat merupakan opsi penting yang tidak perlu ditunda-tunda.
Tiga cara berbenah yang bisa muncul dari ulasan ini adalah:
1. Membangun dialog dan refleksi bersama terkait bencana baik dalam konteks Indonesia umumnya, maupun konteks NTT khususnya.
2. Menganalisa kembali alasan-alasan terkait gagasan relokasi pemukiman masyarakat dari daerah yang rawan bencana
3. Sosialisasi manajemen penanganan bencana dan regulasi terkait bencana perlu diperhatikan pemerintah dan masyarakat
Demikian ulasan terkait lagu lama dari musisi Indonesia Ebiet G. Ade dan bagaimana menyikapi bencana di Indonesia umumnya dan di NTT khususnya, sekurang-kurangnya menurut saya sendiri: "Syair indah lagu "Mari Kita Renungkan" dari Ebiet G. Ade merupakan ajakan, pesan dan juga visi dan perspektif agar semakin banyak orang buka mata dan berbenah diri."
Keindahan mendengarkan syair lagu Ebiet G. Ade akan sempurna, jika syair lagunya menginspirasi kita lebih jauh lagi sampai pada tindakan konkret yang berdampak pada keselamatan manusia.