Tahun ini, di bawah pohon kurma Masjid Al-Fath yang menjadi saksi bisu perjalanan mereka, Nabila berdiri dengan gitar di tangannya. Ia memetik senar, menciptakan melodi yang perlahan membawa mereka kembali ke masa lalu.
"Di Sudut belakang Masjid Al fath,
Langkah kecil kita bermula,
Dengan harapan dan doa,
Kini kita kembali bersama."
Aulia tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Lagu ini membuatku ingat betapa kita dulu penuh bermimpi, meski sederhana," katanya.
Fadhil menambahkan, "Dan sekarang, kita adalah bukti bahwa mimpi itu bisa menjadi nyata."
Nabila melanjutkan lagu dengan suara yang bergetar penuh emosi:
"Kita melangkah, kita percaya,
Masa depan menunggu di sana,
Blok Lapao-pao, tanah harapan,
Kau selalu ada di dalam jiwa."
Mereka bertiga terdiam sejenak setelah lagu selesai, membiarkan keheningan membawa mereka lebih dekat ke kenangan. Langit Blok Lapao-pao sore itu begitu indah, seolah ikut merayakan kebersamaan mereka.
"Setiap kali aku kembali ke sini, aku merasa seperti sedang tour," ujar Aulia.
"Dan setiap kali aku melihat senyuman pekerja di sini, aku teringat mengapa aku memilih jalan ini," tambah Fadhil.
Nabila menatap teman-temannya, lalu berkata dengan lembut, "Masjid Al-Fath adalah awal kita. Tidak peduli seberapa jauh kita melangkah, tempat ini akan selalu menjadi rumah kita unuk pulang."
Di Sudut belakang Masjid Al fath yang berpendar keemasan, mereka bertiga tertawa, berbagi cerita, dan merayakan perjalanan hidup mereka. Hari itu, sekali lagi, menjadi pengingat bahwa mimpi, kerja keras, dan persahabatan adalah kombinasi yang mampu menaklukkan dunia. Langit Blok Lapao-pao menyimpan cerita mereka, untuk selamanya.