Aulia Wahida
Ketika Aulia selesai menulis, ia menyerahkan surat itu kepada Nabila. "Berikan ini kepada Bapak kepala sekolah," katanya. Nabila mengangguk, air mata menggenang di matanya. Fadhil, yang diam di sudut ruangan, berkata pelan, "Kita tidak hanya belajar hari ini. Kita membawa pulang harapan."
Langit Blok Lapao-pao malam itu menyimpan doa mereka, tiga anak muda yang percaya bahwa mereka bisa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dan di suatu tempat, bintang-bintang bersinar lebih terang, seakan mengamini setiap kata yang mereka ucapkan.
oOo
Â
Epilog
Tujuh tahun telah berlalu sejak pengalaman pertama mereka di area pertambangan Ceria Group yang penuh makna. Kini, Aulia, Nabila, dan Fadhil telah tumbuh menjadi pribadi yang dewasa, membawa mimpi-mimpi masa muda mereka ke puncak pencapaian.
Aulia, kini seorang ahli tambang, memimpin tim besar di PT Ceria Nugraha Indotama. Kecintaannya pada teknologi penyaringan debu yang dulu ia kagumi telah berkembang menjadi dedikasi untuk menciptakan inovasi yang lebih ramah lingkungan.
Nabila, yang dulu pendiam namun penuh perhatian, kini menjadi seorang pakar lingkungan. Ia memastikan setiap proyek perusahaan tetap sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Suaranya, yang lembut tapi tegas, sering kali menjadi pengingat bagi semua bahwa bumi adalah warisan untuk generasi mendatang.
Fadhil, dengan semangat besarnya, telah menjadi orang penting di Corporate Comunication. Ia adalah wajah dan suara Ceria Group, membawa cerita-cerita tentang kerja keras dan harapan kepada dunia luar.
Setiap tanggal 11 Desember, mereka bertiga meninggalkan hiruk-pikuk Jakarta dan kembali ke kempung halamannya, wilayah dimana merupakan kawasan industri nikel "Merah Putih" yang kesohor itu. Hari itu menjadi tradisi, sebuah perayaan akan awal dari perjalanan mereka. Di tengah hamparan hijau dan birunya langit Blok Lapao-pao, mereka mengenang masa-masa SMA yang sederhana namun penuh makna.