Sulit memasuki wilayah filsafat tanpa modal pengetahuan sepicispun. Misalnya, kenapa pesawat itu bisa terbang?
Tokoh filsuf Jawa bernama Ronggo Warsito pernah bilang kalau nanti, manusia bakal bisa terbang menggunakan burung besi. Hasil perenungan ini kemudian ditelaah lebih jauh dan dikembangkan. Hasilnya, kita kenal pesawat terbang.
Dengan mata, doi beliau, Ronggo Warsito, memperhatikan struktur tubuh burung.
"Kok bisa terbang?" Begitu tanyanya lantas pertanyaan itu terus membatin.
Setelah dipahami betul-betul struktur tubuh burung itu, Ronggo Warsito yakin betul kalau nanti di masa datang, manusia pasti bisa menciptakan benda yang mirip burung tadi. Dan sekarang, Â BJ Habibie menjadi salah satu orang yang mewujudkan hasil perenungan itu.
Persoalannya, kenapa manusia begitu ngototnya ingin melihat pengurus tiap item makhluk atau benda yang ada di alam raya ini?
Kenapa manusia tak ingin mencapai hal yang lebih jauh dari itu yakni, merasakan keberadaan pengurus-pengurus itu? Tentu dengan metode yang benar-benar tepat.
Dari mana bisa didapat metode itu?
Pergilah ke agama masing-masing. Pelajari tiap kata yang disampaikan kitab sucinya masing-masing l, sebab di sana mengandung misteri yang harus dipikirkan dan direnungkan. Teguhkan perasaan bahwa ini adalah sumber keyakinan yang dipakai untuk menelaah semua misteri itu.
Sinkronkan antara tiap kata dalam kitab suci itu dengan ilmu pengetahuan yang ada, hingga mengantarkan diri pada filsafat sebagai induk ilmu dan berujung pada keinsyafan diri sendiri.
Tiap tahapannya tak bisa diekstrak kemudian dijadikan kapsul kemudian ditelan begitu saja dan merasakan hasilnya. Harus juga mengalami dan merasakan kemudian merenungkan tiap tahapannya. Ntah harus berapa lama.
Ini artinya, kitab suci diperuntukkan bagi orang-orang yang berpikir. Apakah menjadi Kristen harus pakai Injil? Apakah menjadi Muslim harus pakai al-Qur'an? Saya rasa engga begitu.