Mohon tunggu...
Bobby Junaidi
Bobby Junaidi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang Apa Saja

Gue tuh orangnye ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membuka Mata Batin

7 Januari 2019   22:22 Diperbarui: 7 Januari 2019   22:28 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata, berguna untuk melihat. Batin berguna untuk merasakan.

Sepandangan mata, kalau mau dibilang tiap benda atau makhluk itu ada penunggunya, baiklah disepakati saja. Saya sepakat soal ini tapi enggan menyebutnya sebagai penunggu.

Saya lebih memilih menyebutnya sebagai pengurus yang menurut kebanyakan orang disebut sebagai jin, lelembut atau apalah namanya.

Pengurus itu, ada yang bertugas mengurus air, api, angin, tanah dan lain sebagainya. Tugas yang dimandatkan ke mereka adalah menjaga sistem alam hingga kemudian jadilah hukum alam.

Airr, sudah kodratnya mengalir dari atas ke bawah. bisakah sebaliknya? Bisa. Sedot saja pake mesin air dan kucurkan ke atas pake selang. Tapi lihat, setelah itu kemana air itu pergi. Ke bawah bukan. Betul, ini karena ada gaya gravitasi bumi. Itulah hukum alam.

Para penunggu ini mendapat tugas dari Tuhan. Agar lebih mudah dicerna, kita pinjam dulu istilah sistem tata negara.

Presiden dibantu menteri. Menteri dibantu dirjen dan seterusnya. Para pembantu ini, bertugas menjalankan SOP dari ketetapan yang sudah diambil presiden. Begitu kira-kira.

Para pembantu ini tak pernah membangkang sedikit pun. Mereka patuh sepenuhnya dengan tugasnya masing-masing setelah dimandatkan Tuhan.

Sementara itu, batin berguna  merasakan hal yang di luar urusan indera perasa, pengecap, penciuman, penglihatan dan pendengaran. Anda punya cinta, benci itu batin yang merasakan.

Persoalannya sekarang, ketika ingin membuka mata batin, apakah anda benar ingin melihatnya mewujud ke hadapan anda?

Kalau batin berguna sebagai partitur perasa cinta atau benci, bisakah cinta atau benci itu dilihat dengan rupa mewujud di hadapan anda? Tentu tidak.

Kalauu pun ada yang melempar argumen cinta dan benci itu bisa dilihat karena ada reaksi (tindakan) setelah ada aksi (menyatakan cinta atau benci), itu bukan berarti cinta atau benci itu terlihat.

Itu adalah tindakan setelah cinta atau benci yang dirasakan, diungkapkan (diambil tindakan/aksi) kepada orang yang dimaksud lantas lahirlah akibat (reaksi).

Persoalannya, dalam penggunaan penyebutan mata dan batin pada kalimat mata batin, justru melahirkan kontradiksi.

Mata untuk melihat, batin untuk merasakan. dari sini, muncullah distorsi baru yakni, ego dari dalam diri sebagai hasil konstruksi pikiran kemudian dipengaruhi perasaan, bahwa makhluk gaib bisa dilihat.

Pikiran anda mengkonstruksi wujud bahwa genderuwo itu bentuknya begitu. Kuntilanak bentuknya begitu dan seterusnya. Bisa jadi, ide konstruksi itu didapat akibat terlalu sering nonton film horor. Ini adalah ego yang kemudian mempengaruhi pikiran anda lantas berakibat pada halusinasi atau terbayang-bayang.

Halusinasi itu seolah begitu nyata saat ego terus membesar hingga lahir keyakinan bahwa yang dilihat itu adalah wujud yang anda maksud. Sugestinya terlalu besar mendorong diri karena ada emosi berjenis kelamin rasa takut, rasa ingin melihat atau mungkin takabur bisa melihat.

Pertanyaannya, apa betul mau melihat wujud pengurus tiap item yang ada di alam semesta ini?

Baiklah, kita coba perhatikan dulu orang yang mengambil manfaat dari akibat pekerjaan para pengurus yang bertugas menjalankan sistem kemudian lahir hukum alam tadi.

Seorang anak main layang-layang. Dia menggunakan energi angin untuk menerbangkan layang-layangnya. Kenapa dia bisa? Karena dia bisa merasakan kemana arah angin bertiup dan sekencang apa. Maka, pengetahuan ini dimaksimalkan pemanfaatannya. Dan anak itu berhasil.

Apakah energi angin itu bisa terlihat? Apakah angin itu sendiri bisa dirasakan keberadaannya?
Sampai sini, silahkan teruskan pertanyaan yang mau disodorkan dan jawab sendiri dengan kemampuan akal yang dimiliki.

Terus terang, soal ini adalah wilayah filsafat. Sementara filsafat sendiri adalah induk dari segala ilmu pengetahuan yang ada mulai matematika, fisika, kimia, ilmu pengetahuan sosial, ekonomi dan lain sebagainya.

Sulit memasuki wilayah filsafat tanpa modal pengetahuan sepicispun. Misalnya, kenapa pesawat itu bisa terbang?

Tokoh filsuf Jawa bernama Ronggo Warsito pernah bilang kalau nanti, manusia bakal bisa terbang menggunakan burung besi. Hasil perenungan ini kemudian ditelaah lebih jauh dan dikembangkan. Hasilnya, kita kenal pesawat terbang.

Dengan mata, doi beliau, Ronggo Warsito, memperhatikan struktur tubuh burung.
"Kok bisa terbang?" Begitu tanyanya lantas pertanyaan itu terus membatin.

Setelah dipahami betul-betul struktur tubuh burung itu, Ronggo Warsito yakin betul kalau nanti di masa datang, manusia pasti bisa menciptakan benda yang mirip burung tadi. Dan sekarang,  BJ Habibie menjadi salah satu orang yang mewujudkan hasil perenungan itu.

Persoalannya, kenapa manusia begitu ngototnya ingin melihat pengurus tiap item makhluk atau benda yang ada di alam raya ini?

Kenapa manusia tak ingin mencapai hal yang lebih jauh dari itu yakni, merasakan keberadaan pengurus-pengurus itu? Tentu dengan metode yang benar-benar tepat.

Dari mana bisa didapat metode itu?

Pergilah ke agama masing-masing. Pelajari tiap kata yang disampaikan kitab sucinya masing-masing l, sebab di sana mengandung misteri yang harus dipikirkan dan direnungkan. Teguhkan perasaan bahwa ini adalah sumber keyakinan yang dipakai untuk menelaah semua misteri itu.

Sinkronkan antara tiap kata dalam kitab suci itu dengan ilmu pengetahuan yang ada, hingga mengantarkan diri pada filsafat sebagai induk ilmu dan berujung pada keinsyafan diri sendiri.

Tiap tahapannya tak bisa diekstrak kemudian dijadikan kapsul kemudian ditelan begitu saja dan merasakan hasilnya. Harus juga mengalami dan merasakan kemudian merenungkan tiap tahapannya. Ntah harus berapa lama.

Ini artinya, kitab suci diperuntukkan bagi orang-orang yang berpikir. Apakah menjadi Kristen harus pakai Injil? Apakah menjadi Muslim harus pakai al-Qur'an? Saya rasa engga begitu.

Injil atau Al-Qur'an itu adalah alat untuk mencapai Kristen atau Islam itu sendiri. Tanpa akal dan pengetahuan, apa bisa anda memutuskan mau jadi Kristen atau Islam?

Jadi jelas, modal awalnya adalah akal dan pengetahuan, dengan kitab suci baru sampai di titik puncak spiritualitas. Harus mau berpikir mempelajarinya.

Dalam mengulumnya, nikmati saja hingga benar-benar paham duduk perkara sebenarnya. Kalau sudah begitu rasanya semua akan jadi mudah karena ada ketenangan dan kejernihan dalam membedakan mana yang bisa dilihat dan mana yang cuma bisa dirasa. Ini tak bisa diekstrak kemudian menjadi kapsul dan pencarinya cukup menelan kapsul itu setelah sebelumnya membayar mahar. Tidak begitu.

Nabi Sulaiman, punya pengetahuan dan kecerdasan sangat teramat jauh di atas rata-rata manusia. Makanya pantaslah beliau menjadi raja yang tidak cuma memerintah manusia.

Jin, hewan, angin, air, api dan segala macam isi alam semesta, bisa beliau suruh-suruh dalam rangka memenuhi tugas kenabiannya. Ingat, disuruh-suruh bukan diminta bantuannya. Sebab sangat jelas bahwa posisi kehormatan manusia ada di atas jin, sebab sudah ditegaskan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan paling sempurna.

Pengetahuan Nabi Sulaiman, sudah teramat jauh melampaui soalmerasakan angin seperti anak kecil yang main layangan tadi. Jauh di atas pengetahuan BMKG yang baru bisa meramalkan bahwa akan ada angin kencang. Nabi Sulaiman sudah jauh di atas itu semua.

Pertanyaan paling akhir sekarang, apa benar mau bisa melihat semua makhluk-makhluk Tuhan yang bisa dijangkau pengetahuan, akal dan indera manusia saat ini? Kalau mau, Untuk kepentingan apa?

Apakah kita mengemban amanah yang begitu besarnya hingga sejajar dengan tugas para Nabi?

Lalu, apa setelah bisa melihat lantas hendak meminta bantuan jin?

Saya sebagai salah satu dari sekitar 7 milyar manusia penghuni bumi dan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, menolak pemikiran bahwa : jin bisa masuk ke dalam diri manusia hingga membuatnya gila atau kesurupan. Jin bisa membantu manusia.

Manusia makhluk paling sempurna. Jin cuma perlu disuruh-suruh. Namun baru Nabi Sulaiman yang benar-benar terbukti bisa melakukannya, begitu juga menyuruh makhluk lain pengurus tiap item isi alam semesta itu.

Saya tak bisa menyuruh-nyuruh jin itu seperti Nabi Sulaiman yang punya pengetahuan juga kecerdasan ditambah keridhoan Tuhan terhadap dirinya sangat jauh di atas rata-rata manusia kebanyakan.

Dari pada saya berupaya habis-habisan melakukan itu semua dan berujung pada kesiaan, mending saya kenalan, dekati dan akrab dengan Tuhan sebagai Maha Pemilik Segalanya.

Sama Tuhan, syaratnya jauh lebih mudah. Bersihkan najis dengan benar, pakai-pakaian bersih dan menutup aurat kalau bisa rapih, sembahyang, menyapa Tuhan, lalu meminta pertolongannya.

Soal dikabulkan atau tidak, itu bukan urusan saya. Itu hak mutlak Tuhan. Saya ikut sajalah.

Paling engga, sudah ketemu ketenangan batin, kejernihan pikiran, hingga ide untuk menyelesaikan tiap persoalan bahkan masalah bisa ditemukan.

Rasanya, ide jalan keluar dengan cara yang benar sesuai hukum Tuhan dan manusia, haqqul yakin berasal dari Tuhan. Demikian. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun