Untuk Ayah tidak usah banyak-banyak tulisannya. Dunia tau; Ayah saya pokoknya terbaik lah. Takut Ibu cemburu, ucapku dalam hati sebelum membakar rokok.
Teman-teman mengalami yang sama bukan?
Sedikit beda namun tujuan yang sama untuk menghibur putra putrinya. Sebelum tidur jangan lupa berdoa.Â
Ayah,
Terimakasih banyak atas pendidikannya selama ini. Masih ada lembar kosong yang belum pernah di jamakkan. Ayah berkenan, kita berdua akan bercerita panjang lebar mengenai lucunya Negeri ini, atau mencarikan perempuan untuk saya pinang. Pasir putih dan gulungan ombak pantai Watohari jadi saksi sebelum datang gelap. Kopi dan rokok mulai menepis di hadapan mata yang telanjang.
Aku berharap, semoga semuanya bisa terwujud.Â
Suatu hari nanti itu.
Lanjut ke lembar selanjutnya, dengan manja dan cerewetnya. Dik, abang sayang kalian.
Tiga bunga Udumbara ku,
Tiga wajah nan menawan selalu membuat raga untuk temu.Â
Suara berisik yang memekakkan telinga, dikala sunyi, hampa. Si manis yang kurang ajar, si lesung yang suka jahil, si sayup yang membuat rindu di dada. Siapakah gerangan? Mereka adalah adik perempuan ku. Kaka yang ganteng ini sesekali timpal mereka.