Setelah menguraikan beberapa hal di atas, maka penulis hendak memberikan catatan akhir dari pro kontrak terkait budaya tandu dalam Budaya Nono Niha.Â
Tentu penulis berharap bahwa ini bukanlah klarifikasi final tetapi ini bisa memberi gambaran akan apa yang ada dalam budaya Nono Niha. Catatan akhir yang penulis maksudkan adalah sebagai berikut:
- Dari beberapa informasi yang penulis temukan, kehadiran Misionaris Protestan ke daerah Nias sejak dahulu melihat budaya sebagai bagian dari kegiatan kekafiran. Dari pandangan inilah dalam kebiasaan protestan di daerah Nias, sulit kita temukan kegiatan yang berbaur kebudayaan. Dalam hal ini, tidak bisa disalahkan bahwa para saudara yang dari Gereja-Gereja Protestan tidak bisa melihat secara keseluruhan budaya itu sendiri.
- Lewat peninggalan para leluhur Nono Niha yakni dalam bentuk batu megalitikum, osaosa ni'obh, menunjukkan bahwa budaya tandu memang budaya Nono Niha yang sudah lama tidak dilakukan lagi.
- Ono Niha Katolik yang merupakan bagian dari Kebudayaan Nono Niha itu sendiri tidak juga disalahkan karena mengatakan bahwa budaya tandu itu adalah budaya Nono Niha yang juga memang benar budaya Nono Niha. Namun karena hanyalah umat Katolik yang hingga saat ini melestarikannya, sebenarnya sangatlah kita sambut baik. Menandu seorang Uskup ketika memasuki daerah Nias sungguh merupakan bagian dari penghayatan iman kekatolikan yang masih membudaya. Hal inilah yang sering disebut sebagai Inkulturasi.
- Ono Niha Katolik yang menyambut Uskupnya dengan cara ditandu, juga menunjukkan penghayatan iman orang Katolik Nias yang menyambut Yesus yang memasuki kota Yerusalem. Uskup yang disambut dan merupakan pimpinan Ono Niha Katolik juga akan bertahta di Katedranya memberikan penggembalaan kepada Ono Niha Katolik.
Semoga Bermanfaat.
Ya'ahowu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H