Dari penemuan batu megalitikum ini sebenarnya mengisyaratkan bahwa dahulu Ono Niha memiliki kebiasaan tandu menandu, terutama kepada orang-orang keturunan bangsawan atau orang yang akan menaikkan stasus (bosi) sosialnya.Â
Kebiasaan ini juga tidak ketinggalan dilakukan kepada tamu besar yang memiliki tingkat sosial yang sama dengan Balugu atau Tuhenri setempat.
Selain dari batu megalitikum ini, penulis juga sering mendengarkan dari beberapa tertua adat bahwa ketika seseorang menjadi Balugu (mangai ti mbalugu) ia akan ditandu jika bosi (tingkatan)-nya tercukupi. Namun jika tidak, ia akan diberi ti mbalugu, namun tidak ditandu.
Budaya Nias Zaman Milenial:
Dahulu, proses dokumentasi sangatlah sulit ditemukan. Kalau bukan terbuat dari batu yang tahan lama, peninggalan megalitikum tersebut tidak dapat memberikan gambaran akan peristiwa yang terjadi pada zaman dahulu. Tidak seperti saat ini, setiap momen penting dapat dengan mudah diingat.Â
Bagaimana tidak, saat ini mulai dari anak SD hingga kakek-nenek memiliki HP android yang dengan mudah mendokumentasikan segala peristiwa.Â
Tidak hanya itu, media sosial juga hamper setiap tahun mengingatkan momen yang sangat penting bagi setiap pemilik akun media sosial tersebut.
Terkait dengan budaya tandu di zaman milenial ini, hampir tidaklah pernah ditemukan atau bahkan hampir tidak pernah di dengar.Â
Bagaimana tidak, anak-anak zaman milenial ini barulah percaya jika ada bukti setidaknya gambar yang bisa dilihat sehingga meyakinkan.Â