Ini sudah menggambarkan kedalaman banjir tanpa harus menyebut ukuran dalam centimeter secara eksplisit.
Begitu juga dengan PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kementerian ESDM) yang selalu mengingatkan warga agar tidak mendekati puncak gunung berapi yang sedang meletus pada jarak aman sekitar kilometer dari puncak.
Busyet. Bagaimana caranya mengukur jarak aman sekian kilometer dari puncak Gunung Anak Krakatau, misalnya yang berada di tengah laut?
Lagi pula pakai alat fisik apa yang bisa mengukur sampai ribuan meter?
Lagi pula mengukur jarak dari puncak gunung berapi yang sedang bergejolak tentulah menantang maut.
Mengapa tidak membuat tanda fisik di tempat-tempat yang jadi batas aman dari puncak gunung berapi yang sedang meletus.
Kalau di laut, seperti Gn Anak Krakatau, bisa dengan pelampung.
Sedangkan di daratan bisa dengan tanda patok atau nama kampung, desa, atau kelurahan dan kecamatan. Ini juah lebih mudah dipahami warga daripadan menyebut angka berupa jarak dalam satuan meter.
Bagi pegawai PVMBG tidak masalah karena mungkin ada alat canggih yang bisa mengukur jarak ke puncak gunung berapi yang sedang meletus tanpa harus menarik tali.
Kalau demikan halnya perlu juga PVMBG menyedikan alat tersebut agar warga yang berkepentingan dengan jarak, misalnya, penduduk di lereng gunung berapi dan nelayan, diberikan alat tersebut agar terhindar dari bahaya.*