[/caption]“Gubernur Ganjar Siap Tampung Eks PSK Kalijodo ke Jawa Tengah.” Ini judul berita di detiknews (18/2-2016). Rupanya, Menteri Sosial, Kofifah Indar Parawansa, akan menyalurkan eks-PSK di Kalijodo, Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, ke pabrik garmen di Jawa Tengah. Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dengan tangan terbuka menyambut eks-PSK itu.
Bagi Ganjar PSK dan orang-orang terusir lain adalah rakyat Indonesia jika ada yang tidak diterima di masyarakat, maka Jateng akan menerima mereka sehingga Jateng akan jadi anchor Indonesia.
Langkah Mensos Khofifah dan Gubernur Ganjar hanya ada di hilir, yaitu menampung eks-PSK langsung (PSK yang kasat mata, seperti di lokalisasi dan lokasi pelacuran). Yang jadi persoalan adalah di hulu, yaitu perempuan-perempuan yang (akan) terjun ke dunia pelacuran dengan berbagai alasan.
Jumlah perempuan yang akan memilih kerja sebagai PSK erat kaitannya dengan ‘pasar’ (supply), yaitu permintaan laki-laki ‘hidung belang’ untuk perempuan pemuas hawa nafsu (demand). Supply sangat tinggi karena calo-calo yang menjadi ujung tombak germo atau mucikari bergerilya sampai ke pelosok. Berbagai tipu muslihat mereka lakukan, al. menjanjikan pekerjaan yang baik, seperti di restoran atau toko. Orang tua pun merelakan anak gadisnya, terutama yang sudah janda, dengan ‘imbalan’ uang.
Pekerjaan yang dijanjikan hanyalah ‘angin sorga’ karena perempuan-perempuan itu akan dijadikan PSK. Celakanya, uang yang ditinggalkan di kampung disebut sebagai pinjaman sehingga perempuan-perempuan itu tidak bisa keluar dari tempat mereka dijadikan PSK.
Nah, Mensos Khofifah dan banyak kalangan menganggap enteng penanggulangan pelacuran. Seperti Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, yang dengan bangga merasa sudah menghentikan pelacuran hanya dengan mengusir PSK di Gang Dolly.
Pertanyaan yang sangat mendasar adalah:
1). Apakah PSK yang dilatih dengan berbagai keterampilan dan diberikan modal benar-benar meninggalkan dunia pelacuran?
2). Apakah PSK yang dipulangkan ke kampung halamannya benar-benar meninggalkan dunia pelacuran?