Mohon tunggu...
I Nengah Suardana
I Nengah Suardana Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama Hindu, SD Negeri 1 Manggissari

Guru Agama Hindu di SD Negeri Satu Manggissari , Pekutatan, Jembrana , Bali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Makna Sarana Persembayangan Umat Hindu

30 Juni 2024   11:17 Diperbarui: 30 Juni 2024   11:32 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simbol bija sebagai lambang kesucian yaitu 3 bija diletakan di dahi, ditelan 3 biji, dan ditaruh di dada atau di pangkal tenggorokan. Juga sebagai simbol untuk menemukan kesucian rohani dengan harapan agar memperoleh kesempurnaan hidup. . Beras/ bija yang ditelan sebagai simbol untuk menumbuhkan bibit kesucian rohani dengan harapan agar memperoleh kesempurnaan hidup. Ada pula penempatan bija diletakkan pada titik-titik yang peka terhadap sifat dari kedewataan (ke-Siwaan).

Dan titik-titik dalam tubuh tersebut ada lima yang disebut Panca Adisesa, yaitu sebagai berikut.

  • Diletakkan di pusar atau disebut titik manipura cakra.
  • Di ulu hati (padma hrdaya) zat ketuhanan diyakini paling terkonsentrasi di dalam bagian padma hrdaya ini (hati berbentuk bunga tunjung atau padma). Titik kedewataan ini disebut Hana hatta cakra.
  • Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan yang disebut wisuda cakra.
  • Di dalam mulut atau langit-langit rongga mulut.
  • Di antara dua alis mata yang disebut anjacakra.sebenarnya letaknya yang lebih tepat, sedikit diatas, diantara dua alis mata itu.

Menurut kitab Bhagawad Gita bahwa dalam diri manusia terdapat sifat kedewataan daiwi sampad dan sifat keraksasaan asuri sampad. Menumbuhkembangkan benih ke-Siwa-an berarti menumbuhkembangkan sifat kedewataan agar dapat mengatasi sifat keraksasaan. Kedua sifat tersebut bersemayam di dalam pikiran dan lubuk hati manusia. Untuk tumbuh dan berkembangnya benih ke-Siwa-an itu dalam pikiran dan lubuk hati maka disimbolkan dengan menempelkan bija tersebut di tengah kedua kening serta menelannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ali. Perbandingan Agama, Bandung: Nuansa Aulia, 2007.

Asyir, Janahabhivamsa. Abhidharma Sehari-hari, Karaniya, 2005.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Bahri, Zainul Media. Wajah Studi Agama-agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Duwijo dan Darta. I Ketut, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V, Jakarta: Pusat, Kurikulum dan Perbukuan, 2014

G. Pudja. Wedaparikrama, Jakarta : Departemen Agama RI, 1971.

Geertz, Clifford. Kebudayaan dan Agama, Yogyakarta: Kanisius Press, 1992.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun