Saya ingin berbagi sedikit pengalaman tentang usaha yang sudah saya jalani dan sedang saya jalani saat ini, semoga bisa menginspirasi teman-teman sekalian.
Meskipun hingga saat ini belum terlihat sukses tapi saya percaya bahwa perjalanan mencapai sukses juga tidak kalah penting dengan kesuksesan itu sendiri.
Selama kurang lebih 13 tahun, saya bekerja sebagai sales dan marketing di beberapa perusahaan sebagai karyawan dan juga freelancer full time. Memang ada kesenangan dalam bekerja bersama teman-teman tetapi saya lebih suka bekerja secara freelance karena waktu yang di butuhkan lebih fleksibel. Beberapa usaha sudah pernah saya jalani, meskipun ada yang saya tinggal tetapi ada juga usaha yang baru dan tetap saya kerjakan hingga sekarang.
Berikut ini di antaranya :
Membuat martabak manis mini
Bagaimanapun dapur harus ngebul, saat menjadi freelancer dan sedang tidak ada order, itu sama artinya dengan tidak ada pemasukan. Saya mempunyai beberapa buku dan tabloid dan salah satunya ada yang memuat resep ini. Setelah uji coba resep, setiap malam saya membuat martabak manis mini ini untuk di setorkan di beberapa kantin sekolah. Harganya seribuan per bijinya dengan profit sekitar 20%
Cokelat praline dan cokelat stick
Ini latah ikut-ikutan teman karena saya melihat cokelat model seperti ini akan selalu laku karena bisa masuk di berbagai acara seperti baby born, ulang tahun, wedding, valentine, natal bahkan idul fitri. Hanya bisnis ini tidak serius saya tekuni meskipun profit yang di hasilkan bisa sampai 50% loh. Cetakan cokelat sudah banyak, sayangnya cetakan ini tertinggal di Jawa. Harus meluangkan waktu atau menunggu waktu yang tepat untuk mengambil cetakan dan mengerjakan proyek cokelat lagi.
Online Shop
Saya tidak mempunyai produk sendiri, jadi saya sebagai dropshipper. Saat itu saya jadi dropshipper baju fashion wanita. Tetapi karena cepet-cepetan sistemnya {banyak juga dropshipper seperti saya di butik ini} jadinya telat transfer, barang sudah di ambil orang. Begitulah nasib dropshipper, mungkin saya kurang berusaha dan kurang kerja keras kali ya. Per bulan bisa menghasilkan Rp. 500.000
Agen properti
Saya juga menjajal kemampuan sebagai agen properti dan masih berlangsung hingga sekarang. Blog yang saya gunakan : rumahdanum.blogspot.co.id
Karena sudah berpengalaman sebagai sales, saya cukup tahan banting menghadapi calon klien dengan berbagai pertanyaan dan keberatan yang di ajukan. Yang membuat patah semangat {seringnya} adalah si pemilik properti itu sendiri.
Di tempat tinggal saya sekarang ini memang masih jarang berdiri perusahaan properti seperti Era Atlas, LJ Hooker dll.
Saya berpikir bahwa ini adalah kesempatan dan langsung terjun sebagai makelar/agen properti. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari dan membuat listing database properti di sekitar tempat tinggal saya.
Hambatan dan kendala yang saya hadapi, karena saya bekerja sendiri dan tidak ada background di bidang properti sebelumnya maka saya belajar sambil jalan. Akibatnya banyak kebenturnya. Sakit memang tapi selalu ada hikah yang bisa di ambil.
Pengalaman terbaru adalah, saya memasarkan satu rumah baru dan strategis untuk di kontrakkan. Bangunannya baru dan belum pernah di tempati sama sekali.
Sudah ada seorang karyawan bank yang berminat mengontrak, tapi tahu sendiri kan kalau berurusan dengan orang bank pasti butuh dokumen seabrek.
Ternyata SHM belum ada, PBB belum ada dan begitulah, tidak jadi deal dengan orang bank karena memang dokumennya tidak mendukung.
Salah saya juga tidak cek dokumen sedari awal.
Setelahnya, ada orang dari Dishub yang berminat dan tertarik bahkan sudah saya mintai DP dan bersedia memberi DP 10% dari harga sewa.
Sedari awal saya sudah memberitahu bapak Dishub ini bahwa bukan saya yang mempunyai rumah ini tapi saya sebagai agen saja.
Pak Dishub mengerti dan kemudian berkata nanti yang tanda tangan kontrak sampeyan saja Mbak. Saya ok saja dan menunggu waktu pembayaran pelunasan.
Ternyata Pak Dishub pergi umroh dan bilang ke saya bahwa nanti ada rekannya Pak B yang akan menghandle masalah sewa rumah, saya OK saja.
Setelah satu minggu Pak Dishub umroh, belum juga sewa rumah di lunasi sementara saya di kejar-kejar oleh pemilik. Ternyata birokrasi juga memakan waktu lama. Dari surat kontrak yang sudah saya tanda tangani, harus di ubah lagi menjadi pemilik yang tanda tangan, pemilik juga harus mempunyai rekening di bank. Padahal pemilik rumah ini sudah berusia 65 tahun dan tidak mau saya ajak buka rekening di bank.
Akhirnya uang DP di kembalikan oleh pemilik melalui saya, mungkin karena birokrasi yang bertele-tele dan tidak segera di lakukan pelunasan. Ternyata masih begitu ya wajah birokrasi di Indonesia.
Penulisan artikel
Semenjak 5 bulan yang lalu saya serius mengelola blog yang sudah saya punyai dan mangkrak sejak tahun 2011. Saya membeli domain dan hosting bahkan membeli template baru untuk blog, www.indriariadna.com
Dengan harapan, traffic semakin meningkat dan eh siapa tahu ada yang tertarik untuk menggunakan jasa saya untuk menulis artikel.
Supaya jasa saya dalam hal menulis semakin di kenal orang, maka masuklah saya ke beberapa situs freelance seperti Srib*** dan Pro***.
Ada 1 klien yang tertarik dan menghubungi saya untuk membuat 12 artikel tentang freelancer. Saat mengajukan bid proposal, saya memang sepakat menyamakan harga bid di angka Rp. 100.000.
Kesalah pahaman mulai terjadi saat saya sudah selesai membuat draft artikel pertama dan klien sudah approve. Saya kemudian meminta klien menutup workspace supaya saya bisa menarik pembayaran saya.
Yang terjadi kemudian adalah, ternyata Rp. 100.000 itu oleh si klien adalah harga borongan untuk 12 artikel. Sementara saya sebelum ngedraft sudah membuat ringkasan tentang poin-poin pengerjaan seperti :
- Harga per artikel
- Pengerjaan dan dead line
- Panjang kata dalam 1 artikel , keyword, dll
Dengan alasan bidding saya saat itu adalah Rp. 100.000 dan si klien juga “katanya” tidak membaca poin- poin saya tersebut {saya yakin pasti ngeles}, klien ini juga sedikit memojokkan saya dengan membahas tentang rating buruk yang mungkin akan saya terima apabila membatalkan job dia.
Juga dia mengatakan bahwa banyak penulis yang menerima job borongan dengan harga sekian. Sana gih loh bayar yang ntu {pikir saya esmosi}
Lahhhh ya saya ngaku kalau saya ini masih pemula tapi kok sepertinya klien ini pemula daripada saya. Tapi ya sudahlah, saya tidak akan menghargai artikel saya senilai ceban dengan artikel sepanjang 1000 kata yang saya buat.
Tentang rating ? Saya juga tidak peduli {untuk saat ini} karena ternyata klien bisa rusuh juga.
Saran dan nasihat saya untuk sesama penulis artikel, ayo ah hargai diri sendiri, jangan ikut-ikuatan memaksakan diri untuk menulis artikel senilai ceban.
Maksud saya, kalau semua penulis artikel memiliki standar harga yang kurang lebih sama, klien pasti akan mau juga kok hire kita. Kecuali mereka mau menulis artikel mereka sendiri dan tidak butuh freelancer.
Semoga cerita dan pengalaman saya ini bisa menginspirasi.
Apapun usaha yang kita lakukan, hal pertama yang harus kita tanamkan adalah : Hargai diri sendiri lebih dahulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H