Korupsi dan pelanggaran etika merupakan dua isu mendasar yang merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang. Sebagai generasi muda, mahasiswa memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam mencegah dan memberantas praktik-praktik tersebut. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai keteladanan dari Mahatma Gandhi, mahasiswa dapat mengambil langkah strategis untuk membangun masyarakat yang lebih bersih, adil, dan berintegritas. Berikut langkah-langkah yang bisa diterapkan:
- Menanamkan Prinsip Ahimsa (Non-Kekerasan) dalam Perjuangan Melawan Korupsi
Mahatma Gandhi mengajarkan prinsip ahimsa atau non-kekerasan sebagai cara untuk menghadapi ketidakadilan. Dalam konteks pencegahan korupsi, mahasiswa dapat mengaplikasikan ahimsa dengan cara-cara damai namun tegas. Saya sebagai mahasiswa dapat memanfaatkan media sosial untuk kampanye antikorupsi, membuat petisi daring, atau menyelenggarakan diskusi publik tentang dampak negatif korupsi dan pelanggaran etik. Melalui pendekatan ini, mahasiswa dapat menyuarakan penolakan terhadap korupsi tanpa harus terlibat dalam konfrontasi yang merusak. Langkah ini juga memberikan contoh bahwa perjuangan melawan ketidakadilan tidak harus dilakukan melalui kekerasan fisik atau verbal, tetapi dengan edukasi dan pengaruh positif.
- Menghidupkan Nilai Satya (Kejujuran) sebagai Budaya di Kampus
Satya yang berarti kebenaran atau kejujuran adalah salah satu nilai utama yang diperjuangkan oleh beliau. Saya sebagai mahasiswa dapat memulai perubahan dari diri mereka sendiri dengan menanamkan budaya kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, mahasiswa dapat menolak praktik plagiarisme, menjunjung tinggi integritas akademik, dan bersikap transparan dalam organisasi kemahasiswaan. Ketika kejujuran menjadi bagian dari budaya kampus, hal ini akan membangun pondasi moral yang kuat untuk mencegah praktik korupsi dan pelanggaran etik di kemudian hari.
- Melakukan Swaraj (Kemandirian) dalam Menghadapi Sistem yang Korupsi
Beliau mengajarkan pentingnya swaraj atau kemandirian, baik secara individu maupun kolektif. Dalam upaya melawan korupsi, saya sebagai mahasiswa dapat mengambil langkah-langkah mandiri untuk menciptakan sistem yang transparan dan akuntabel. Misalnya, dalam organisasi kampus, mahasiswa dapat menerapkan mekanisme pelaporan keuangan yang jelas dan terbuka untuk menghindari penyalahgunaan dana. Mahasiswa juga dapat membangun komunitas yang mandiri dalam hal pendanaan kegiatan, sehingga tidak tergantung pada pihak-pihak yang berpotensi memengaruhi integritas mereka.
- Mendorong Pendidikan Antikorupsi sebagai Bagian Kurikulum
Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan saya lakukan adalah mendorong institusi pendidikan untuk memasukkan pendidikan antikorupsi dan etika ke dalam kurikulum. Dengan memahami akar masalah dan dampak korupsi sejak dini, mahasiswa akan lebih peka terhadap isu-isu tersebut. Selain itu, mahasiswa dapat berperan sebagai fasilitator dalam seminar, lokakarya, atau pelatihan tentang pencegahan korupsi, baik di dalam maupun di luar kampus. Edukasi adalah salah satu cara efektif untuk menciptakan kesadaran kolektif dan menanamkan nilai-nilai antikorupsi pada generasi muda.
- Menjalankan Aparigraha (Tidak Serakah) sebagai Prinsip Hidup
Beliau juga menekankan pentingnya aparigraha, yaitu hidup sederhana dan tidak serakah. Saya sebagai mahasiswa dapat mengimplementasikan nilai ini dengan menolak godaan untuk mengambil keuntungan pribadi dari posisi atau kesempatan yang dimiliki. Dalam organisasi, misalnya, mahasiswa dapat menghindari konflik kepentingan dengan memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil didasarkan pada kepentingan bersama, bukan keuntungan pribadi. Dengan menanamkan prinsip ini, mahasiswa akan menjadi teladan dalam menunjukkan bahwa keserakahan adalah akar dari banyak praktik tidak etis, termasuk korupsi.
- Membangun Jaringan dan Gerakan Kolektif
Sebagaimana beliau membangun gerakan massa untuk melawan ketidakadilan, saya sebagai mahasiswa juga dapat membentuk jaringan dan gerakan kolektif untuk melawan korupsi dan pelanggaran etik. Gerakan ini bisa dimulai dari tingkat kampus, misalnya dengan membentuk komunitas antikorupsi yang terdiri dari mahasiswa lintas fakultas. Komunitas ini dapat menjadi platform untuk berdiskusi, berbagi ide, dan mengorganisir aksi nyata, seperti pengawasan pelaksanaan kebijakan kampus atau pelaporan praktik tidak etis. Dengan membangun solidaritas, mahasiswa memiliki kekuatan yang lebih besar untuk mendorong perubahan sistemik.
- Menjadi Teladan dalam Keberanian Moral
Keteladanan beliau dalam keberanian moral adalah inspirasi penting bagi mahasiswa. Dalam menghadapi korupsi dan pelanggaran etik, saya sebagai mahasiswa harus berani untuk berbicara dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka yakini, meskipun menghadapi risiko. Keberanian moral ini tidak hanya melibatkan keberanian untuk menolak praktik tidak etis, tetapi juga kesediaan untuk memberikan alternatif solusi yang konstruktif. Dengan menjadi teladan dalam keberanian moral, mahasiswa dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
PENUTUP