Mohon tunggu...
Indri Mairani
Indri Mairani Mohon Tunggu... Mahasiswa - NIM: 43223010163 | Program Studi: S1 Akuntansi | Fakultas: Ekonomi dan Bisnis | Universitas: Mercu Buana | Dosen: Prof.Dr.Apollo,M.Si.,AK.

Saya adalah seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana Jakarta. Hobi yang saya gemari adalah membaca buku fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kemampuan Memimpin dan Upaya Pencegahan Korupsi dan Etik: Keteladanan Mahatma Gandhi

21 Desember 2024   22:17 Diperbarui: 21 Desember 2024   22:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Prof Apollo Mata Kuliah Pendidikan Antikroupsi dan Etik UMB

Mahatma Gandhi adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India. Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri. Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India.

Sebagai contoh, konsep nasionalisme humanistis dalam pemikiran Gandhi yaitu Ahimsa atau cinta kasih merupakan prinsip yang ditemukan dalam ajaran agama namun oleh Gandhi digunakan sebagai dasar dalam konsep-konsep sosial politiknya. Nilai-nilai spiritual itu awalnya ditangkap melalui pengalaman hidup sehari-hari.

Ahimsa bagi Gandhi merupakan hukum dasar bagi hidup manusia. Ahimsa berasal dari kata Sansekerta yang bersumber dari ajaran Buddha. Diartikan sebagai ketiadaan kekerasan atau pantang melakukan kekeraaan atau juga nirkekerasan yang dilakukan dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan.

Ahimsa dapat digunakan sebagai prinsip paling efektif untuk tindakan sosial, karena secara mendalam sesuai dengan kebenaran sifat alami manusia dan sesuai dengan keinginan bawaannya akan perdamaian, keadilan, ketertiban, kebebasan dan martabat pribadi. Himsa(kekerasan) merendahkan dan merusak manusia, maka menghadapi kekerasan dengan kekerasan dan kebencian akan menambah parahnya kemerosotan secara progresif dari manusia.

Ahimsa mensyaratkan suatu aksioma dalam pelaksanaannya, beberapa diantaranya yaitu :

  • Ahimsa mensyaratkan pemurnian dan pensucian diri sesempurna mungkin yang bisa diraih secara manusiawi.
  • Kekuatan ahimsa terletak pada kemampuan dan kerelaan, bukan hanya kemauan.
  • Ahimsa pasti mengungguli kekerasan. Kekuatan yang lahir dari penganut ahimsa selalu lebih besar daripada kekuatan yang dihasilkan penganut kekerasan.
  • Ahimsa tidak mengenal kekalahan.
  • Muara akhir dari ahimsa adalah kemenangan yang pasti, jika istilah menang ini mungkin diterapkan dalam ahimsa.Sesungguhnya, ketika tidak memikirkan kekalahan, maka juga tidak diperlukan kemenangan.

Gandhi sangat menyakini pengaruh Ahimsa dalam gerak kehidupan dan nilai ini pula yang mendasari nasionalisme humanistisnya. Selanjutnya untuk memahami gagasan nasionalisme tersebut secara utuh, maka selain ditampilkan konsep Ahimsa, juga konsep-konsep lain yang mendukung yaitu : Satyagraha, Nation, Hind Swaraj, Ram Raj, Gram Raj, Panchayat, Sarvodaya, dan ekonomi khadi.

Sebagai atribut dari Ahimsa, ada juga satyagraha memiliki segi-segi batiniah seperti rasa damai, kesederhanaan, kesantunan dan hasrat berbuat baik terhadap lawan yang timbul dari hati, sehingga gerakan satyagraha tidak jatuh menjadi tindak kekerasan. Menurut beliau, satyagraha merupakan gagasan tentang kekuatan yang bertumpu pada kekuatan jiwa (soul force) (Ramchandani 1994: 230). Dengan bertumpu pada kekuatan jiwa maka satyagraha pada hakekatnya adalah senjata bagi orang jujur dan berpegang pada kebenaran.

Satyagraha berarti teguh berpegang pada kebenaran. Orang yang menerapkan Satyagraha disebut Satyagrahi. Dalam praktiknya, terutama di ranah politik, seorang Satyagrahi harus memiliki disiplin yang kuat. Kesesuaian antara pikiran, ucapan, dan tindakan menjadi prinsip utama yang harus dipegang. Kehidupan yang terintegrasi semacam ini tidak hanya menuntut penghapusan segala bentuk kemunafikan dan ketidakkonsistenan dari cara hidup seseorang, tetapi juga melibatkan perjuangan melawan ketidakbenaran, terutama ketika seseorang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk bertindak.

Dokpri Prof Apollo Mata Kuliah Pendidikan Antikroupsi dan Etik UMB
Dokpri Prof Apollo Mata Kuliah Pendidikan Antikroupsi dan Etik UMB

Dokpri Prof Apollo Mata Kuliah Pendidikan Antikroupsi dan Etik UMB
Dokpri Prof Apollo Mata Kuliah Pendidikan Antikroupsi dan Etik UMB

Mengapa Sering Kali Orang Takut untuk Melawan Praktik Tidak Etis Selama Perjalanan Karir atau Hidup? Bagaiamana Kaitannya dengan Keteladanan Mahatma Gandhi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun