Berdasarkan  nilai-nilai ini,  seorang  pemimpin  yang  otoriter  akan  menujukan berbagai  sikap  yang menonjolkan "kekuasaan" antara lain:
- Kencenderungan  dalam  memperlakukan  para  bawahan  sama  dengan  alat-alat  lain dalam organisasi atau instansi lain.
- Pengutamaan  orientasi  terhadap  pelaksanaan  dan  penyelesaian  tugas  tanpa mengkaitkan pelaksana tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.
- Pengabaian peran bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Tipe Peternalistik Persepsi yakni seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi  dan dapat diwarnai  oleh harapan  para  pengikutnya.  Harapan  tersebut  pada  dasarnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi  dan  layaknya  dijadikan  sebagai  tempat  bertanya  dan  untuk  memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi organisasi yang dianut biasanya seorang pemimpin yang peternalistik  mengutamakan  nilai kebersamaan,  dalam  organisasi  yang  dipimpin  oleh seorang pemimpin yang peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol. Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.
3. Tipe Kharismatik, Tipe   kepemimpinan   yang   kharismatik   ini   pada   dasarnya   merupakan   tipe kepemimpinan  yang  didasarkan  pada  kharisma  seseorang.  Biasanya  kharisma seseorang  itu  dapat  mempengaruhi  orang  lain.  Dengan  kharisma  yang  dimiliki seseorang, orang tersebut akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang pemimpin yang  karismatik  memiliki  karakteristik  khusus  yaitu  daya  tariknya  yang  sangat  memikat sehingga  mampu  memperoleh  pengikut  yang  sangat  besar  dan  para  pengikutnya.
Seorang  pemimpin  yang  kharismatik  adalah  seorang  pemimpin  yang  di  kagumi  oleh orang  banyak  pengikut  tersebut  tidak selalu  menjelaskan  secara  kongkrit  mengapa  tipe pemimpin  yang  kharismatik  sangat  dikagumi.  Orang  cenderung  mengatakan bahwa orangorang tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di  pimpin  oleh  orang  kharismatik,  tidak  mempersoalkan  nilai-nilai yang  dianut,  sikap perilaku  dan  gaya  yang  digunakan  oleh  pemimpin  yang  kharismatik  mengunakan otokratik  para  bawahan tetap  mengikuti  dan  tetap  setia  pada  seorang  pemimpin  yang kharismatik.
4. Tipe Kepemimpinan Demokratis, Kepemimpinan  demokratis  berorientasi  pada  manusia  dan  memberikan  bimbingan yang efisien  kepada  para  pengikutnya.  Kepemimpinan  demokratis  menghargai  potensi setiap  individu,  mau  mendengarkan  nasihat dan  sugesti  bawahan.  Seorang  pemimpin yang  berdemokratis  dihormati  dan  disegani  bukan  ditakuti  karena  perilaku  pemimpin demokratis  dalam  kehidupan  organisasional  mendorong  pada  bawahannya  menumbuh kembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.
Dengan  sungguh-sungguh  pemimpin  demokratis  mendengarkan  pendapat,  saran bahkan kritik dari orang lain, terutama dari bawahannya. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan faktor manusia sebagai faktor utama yang terpenting dalam setiap kelompok atau  organisasi.  Tipe  demokrasi  ini  lebih  menunjukan  dominasi  perilaku  sebagai pelindung  dan  penyelamat  serta perilaku  menunjukan  dan  mengembangkan  organisasi atau kelompok. Seorang pemimpin mengikut sertakan seluruh anggota kelompok dalam mengambil  keputusan.  Pemimpin  perusahaan  yang  bersifat  demikian  akan  selalu menghargai  pendapat atau kreasi  bawahannya.  Pemimpin  memberikan  sebagian  para bawahannya turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program yang akan dicapai.
5. Tipe Militeristis, Tipe  kepemimpinan  yang  biasa  memakai  cara yang  lazim  digunakan  dalam kemiliteran.  Pemimpin  yang bertipe  militeristis  ialah  seorang  pemimpin  yang  memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Dalam mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah.
- Dalam mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
- Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
- Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
6. Tipe Laissez Faire (laissez-faire style of leadership) Pada tipe "laissez faire" ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada  setiap  anggota staf  di  dalam  tata  prosedur  dan apa  yang akan dikerjakan  untuk  pelaksanaan  tugas-tugas jabatan mereka.  Mereka  mengambil  keputusan dengan  siapa   ia  hendak  bekerjasama.  Dalam  penetapannya  menjadi  hak  sepenuhnya dari  anggota  kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Pemimpin  ingin  turun  tangan  bilamana  diminta  oleh  staf,  apabila mereka  meminta pendapat-pendapat  pemimpin  tentang  hal-hal  yang  bersifat  teknis,  maka  barulah  ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh  menerima atau mengolah pendapat tersebut. Apabila hal  ini kita jumpai disekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggrakan rapat  guru  biasanya dilaksanakan  tanpa  kontak  pimpinan  (Kepala  Sekolah),  tetapi  bisa dilakukan  tanpa  acara.  Rapat  bisa  dilakukan  selagi anggota/guru-guru  dalam  sekolah tersebut menghendakinya.
7. Gaya Kepemimpinan SituasionalInti, merupakan sebuah  teori  kepemimpinan  situational  ialah  bahwa  suatu  gaya kepemimpinan seorang  pemimpin  akan  dapat  berbeda-beda,  tergantung  dari  seperti  apa  tingkat kesiapan  para  pengikutnya.  Pemahaman fundamen  dari  teori  kepemimpinan  situasional ialah  mengenai  tidak  adanya  gaya  kepemimpinan  yang  paling  terbaik.  Teori kepemimpinan  situasional  akan  bertumpu  pada  dua  konsep  yang  fundamental  yaitu tingkat  kesiapan/kematangan  individu  atau  kelompok  sebagai  pengikut  dan  gaya kepemimpinan7.
8. Gaya Kepemimpinan Administratif Gaya  kepemimpinan  tipe  ini  akan  terkesan  kurang  inovatif  dan  telalu  kaku  dalam memandang  aturan.  Sikapnya  sangat  konservatif  serta  kelihatan  sekali  takut  di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
9. Gaya Kepemimpinan Analitis (Analytical) dalam  gaya  kepemimpinan  tipe  ini,  biasanya  untuk  pembuatan  keputusan didasarkan  pada  suatu  proses  analisis,  terutama  analisis  logika  dari  setiap  informasi yang  didapatkan.  Gaya  ini  akan berorientasi  pada  hasil  dan  akan  lebih  menekankan pada  rencana-rencana  rinci  serta  berdimensi  jangka  panjang. Kepemimpinan  model  ini sangatlah   mengutamakan   logika   dengan   menggunakan   beberap   pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.