Assalamualaikum shalom om swastiastu namo buddhaya salam kebajikan dan salam sejahtera
Nama : Indriani Suhadi
NIM : 43222010173
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB
Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si. Ak
Diskursus gaya kepemimpinan seorang filsuf jawa yang terkenal pada masanya
Seorang filsuf yang jarang dan bahkan tak pernah kita siapakah sosok ki ageng ini. Berbeda dari filsuf kebanyaknnya, ki ageng merupakan seorang putra ke 55 dari pernikah sri sultan hamengkubowono vii dengan bendoro raden ayu retnomandojo, dan ia merupakan filsuf jawa yang populer pada masanya. Oleh sebab itu kita sebagai generasi z pantas saja tidak mengenal siapakah sosok ki ageng suryomentoron ini.
Ki Ageng memiliki gelar sebagai seorang pangeran sebab ia dilahirkan oleh keluarga yang memiliki kekuasaan pada masanya, namun hal itu justru membuat beliau memutuskan untuk menanggalkan gelar pangerannya dan memilih hidup sebagai seorang rakyat biasa karena ia melihat betapa beratnya seorang petani yang bekerja di sawah. Sejak saat itu ia memutuskan untuk berkelana entah itu bersemedi di tepat yang biasa dikunjungi oleh leluhurnya atau justru mengembara menuju daerah jawa, purworejo sebagai pekerja serabutan. Namun hal itu tak berselang lama, dia ditemukan oleh orang kraton yang memintanya kembali ke kraton. Ki ageng berpikir bahwa keputusan yang dia ambil untuk kembali tinggal di kraton adalah hal baik, namun hal itu justru membuatnya kelisah, di tambah kakeknya di bebas tugaskan serta ibunya dikembalikan kepada kakeknya, hingga hal tragis menimpa dirinya dengan kematian istrinya.
Hal itu membuat dirinya memutuskan kembali untuk menjadi seorang rakyat biasa sebagai petani di daerah salatiga, selain sebagai petani dia pun mejadi seorang guru aliran kebatinan atau kawruh begja. Selama dia menjadi seorang guru aliran kebatinan, dia memiliki pemahamapan dan analisis observasi terhadap sebuah rasa yang dihasilkan suatu citra manusia yang dimana menunjukan siapa dan seperti apa seorang manusia dengan dunia yang melingkupinya. Setelah dilakukan pengamatan dan observasi pada sebuah rasa seorang manusia, ki ageng menyimpulkan bahwa setiap rasa orang di dunia itu sama, maksudnya ialah seorang manusia sama-sama memiliki dan membutuhkan kelestarian rasa dan kelestarian jenis.
Setelah pengamatan itu, Ki Ageng Suryomentaram membuat sebuah rumus dalam kehidupannya. Rumus yang sederhana untuk sebuah kehidupan kedepannya yang ia namai sebagai NEMSA ( 6-SA ) sebelum kita membahas mengenai NEMSA, ternyata ki ageng suryomentaran menjadikan hasil observasinya sebagai karya yang dikenal sebagai kawrung jiwa atau kawruh begja
Istilah kawruh jiwa atau ilmu tentang kebahagiaan merupakan sebuah konsep yang diambil dari beberapa naskah yang pernah ditulis oleh Ki gaeng suryomentaram yang kemudian disunting oleh putranya untuk menjadi buku yang bertajuk Kawruh Jiwa Wejangan ini pun Ki Ageng Suryomentaram (1986). Sebetulnya Kawruh Jiwa, lebih tepat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang justru dapat digolongkan sebagai filsafat manusia maupun ilmu psikologi yang memiliki basis material dan metode yang jelas, lalu disajikan secara sistematis dan logis, sehingga secara fungsional ia kemudian dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis serta menyelesaikan problematika kehidupan sehari-hari.
Istilah Kawruh Jiwa ini disebut dengan terminologi Kawruh Begja seperti yang sudah diketahui di paragrafh atas, Perubahan terminologi ini merupakan penegasan dan hasil implementasi yang mendalam seorang Ki Ageng Suryomentaram mengenai bagaimana mencapai sebuah "kebahagiaan" yang dapat kita ketahui bahwasaanya sebuah kuncinya ada pada pengolahan dari sebuah rasa atau jiwa.
Mengenal lebih jauh mengenai ilmu kawruh jiawa yang diceturkan oleh ki ageng suryomentaran ini merupakan sebuah ilmu yang merupakan hasil dari perenuangan dalam kehidupannya atas kekhawatirannya tentang sebuah kebahagiaan dan kesajhteraan di kehidupannya. Ilmu kawruh jiwa yang dicetuskan beliau hingga saaat ini masih digunakan dan dipelajari oleh beberapa pengikutnya di mana kebanyakan pengikutnya penganut ajaran atau sistem kawruh jiwa. Kawrung jiwa ini digambarkan sebagai pengejaran sebuah kebahagiaan atau kondisi yang mirip dengan kebebasan spiritual.
Lebih dalamnya mengenai kawruh jiwa. Kawruh ini juga dapat disebut sebagai ilmu sains yang dapat digolongkan sebagai ilmu atau pengajaran filsafat manusia atau psikologi, sebab hal ini dapat juga digunakan dalam memecahkan problematika yang ada dikehidupan sehari-hari secara fungsional. Kawrung jiwa merupakan ilmu mengenai jiwa atau ilmu yang mengetahui seperti apa sifat jiwa seseorang. Kawruh bukanlah perilaku beragama melainkan suatu ajaran atau alat untuk mengukur perilaku dan kedewasaannya diri seseorang.
Karep ( keinginan ) Dasar konsep ilmu kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram ialah pengakuan akan adanya keberadaan manusia sebagai penghubung antara sebuah kebahagiaan serta kesedhan. Konsep raos begja (kebahagiaan) atau raos ciloko ( ketidak bahagiaan ) umumnya dipahami seorang manusia yang bersumber dari kondisi terpenuhi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. Selanjutnya setelah kebutuhan dasar terpenuhi barulah terwujud kebutuhan sekunder yang muncul dalam imajinasi manusia. Kemudia mereka menjadi korban kebutuhan yang telah dibuat sendiri, yang bersebumber dari karep (keinginan). Keinginan untuk memiliki pengaruh yang kuat pada kehidupan manusia dan sering disalahartikan oleh manusia sebagai keberadaan itu sendiri.
Dalam pemahaman Ki Ageng Suryomentawam, kebutuhan manusia ini selalu mulur (semakin mendesak) dan mungkret ( kurang mendesak ). Meski kebutuhan sudah terpenuhi bahkan menghasilkan kepuasan tersendiri, akan adanya tuntunan yang mendeksak dalam aspek lainnya yang akan segera menyusul. Nasihat yang bersumber dari Ki Ageng Suryomentaram menyebutkan bahwasannya keinginann ini snagat berpengaruh terlebih lagi pada tiga bidang yang jelas, yakni kemakmuran, pengakuan publik, dan kekuatan magis. Keinginan tiga hal itulah yang menjadikan seorang manusia dapat dikendalikan oleh egonya, kesenangan tersendiri dan apapun yang sesui dengan keinginan sendiri. Hal ini cenderung mengakibatkan adanya pemborosan sesuatu yang justru tidak menguntungkan atau tidak menyenangkan bagi seorang manusia, sehingga mencari kenyamanan, dan itulah manusiawi.
Ki Ageng Suryomentaram menyebutkan juga bahwasannya seorang manusia itu di dorong untuk mencari kesenangan untuk dirinya sendiri tanpa memperhatikan atau memperdulikan orang lain, yang akan membuat diri mereka bertindak semaunya atau sewenan-wenangnya dengan "kramadangsa" atau dalam psikologi di sebut dengan kata egois.
Kawruh jiwa mengenalkan rasa pada diri sendiri. Perasaaan diri ialah diri pembaca semua, sehingga dalam hal ini ki ageng suryomentorom pun mengistilahkan dengan pengawikan pribadi yang dapat membawa kebahagiaan. Pengawikan pribadi ialah pengendalian hawa nafsu yang dikelompokan menjadi pengawikan pribadi, mawas diri dan mulur mungkret.
Mawas diri merupakan proses pembelajaran pengalaman untuk membedakan beberapa momen yang menyenangkan dari mmomen yang menyusahkan yang digunakan untuk mempertajam indra mereka. Sedangkan mulur mungkret merupakan sebuah folosofi yang membuat seseorang mampu memahami dan mengendalikan ambisi atau hawa nafsu yang berlebihan akan sesuatu kekayaan atau harta dan ketenaran. Seperti apa yang menjadi sebuah prinsip hidup orang jawa yang sebenarnya ialah bukanklah kompetensi melainkan keharmoniksan yang dihasilkan atas saling menghormati.
pada hakikatnya "Ilmu Kebahagiaan" ialah memiliki persamaan dengan mengakui keberadaan manusia sebagai pertukaran antara suka (bungah) dan duka (susah). Perasaan suka (raos begja) dan duka (raos cilaka) yang akan menghasilkan suatu kondisi pikiran semacam itulah yang membedakan manusia dengan hewan. Kendati demikian manusia juga tidak lepas dengan kebutuhan-kebutuhan mendasar untuk bertahan hidup (pangupa-jiwa) dan melestarikan keturunan (lestan-tuning jenis) seperti hewan, namun ia tidak memiliki kesamaan dengan seorang hewan karena manusia memiliki kesadaran penuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut (raos gesang: kesadaran hidup). Dan sebuah kegagalan atau keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan mendasar manusia itulah yang berkaitan dengan perasaan suka maupun duka. Kebahagiaan manusia ialah ketika keinginannya tercapai dan merupakah hal yang lumrah terpenuhi untuk mencapai suatu keinginannya.
Kembali pada paragraph sebelumnya, penjelasan mengenai NEMSA ( 6-SA ) -sebuah kunci kebahagiaan yang dirumuskan oleh seorang filsuf jawa- yang merupakan hasil dari observasinya selama menjalani guru aliran kebatinnya, dan merumuskan sebuah rumus untuk kehidupan seseorang yang hingga sekarang masih digunakan banyak masyarakat, walaupun mereka tidak menyadari hal itu. Nemsa juga memberikan kita sebuah petunjuk mengenai bagaimana seorang menjalani hidup yang seimbang dan sederhana.
- Sakepenake ( Senyamannya ) hidup penuh dengan senyamannya dimana hal ini mengajak semua manusia di muka bumi ini agar menerima dan menghargai keadaan yang telah ditetapkan atau diberikan Tuhan Yang Maha Esa tanpa terjebak dengan sesuatu yang berlebihan dengan merasakan cukup dan puas, Ki Ageng Suryomentaram memastikan hal tersebuat akan menumbuhkan kebahagiaan tersendiri untuk seseorang. Jadi dengan cara yang wajar dan tidak melanggar seuatu ketentuan dan hidup dengan nyaman akan menumbuhkan kebahagiaan itu yang akan timbul di dalam diri kita.
- Sabutuhe ( sesuai dengan kebutuhan yang ada ) point kedua ini mengajarkan kita untuk menganal bagaimana kebutuhan seperti apa yang kita butuhkan untuk mencapai suatu kebahagiaan di muka bumi. Ini menjadi pengingat kita sebagai seorang konsumen agar memilah-milih barang atau jasa seperti apa yang benar-benar kita butuhkan, jangan sampai kita sebagai konsumen justru tidak mencapai suatu kebahagiaan setelah mendapatkan apa yang kita inginkan. Seperti contoh, pada bulan ini terjadinya event sebuah platform belanja online yaitu 11.11 yang di mana memiliki pengaruh terhadap ketertarikan konsumer untuk memasukan barang yang ingin di beli menurut pandangannya, hal itulah adalah hal yang salah dan tidak boleh kita lakukan jika kita ingin mendapatkan sebuah kebahagiaan agar kedepannya tidak menyesal.
- Saperlune ( sesuai dengan apa yang kita perlu ) sama seperti point di atas yakni sabutuhne, point saperlune merupakan imlementasi yang harus kita laksanakan dikehidupan, sebab jika hanya teori yang kita ketahui dan kita pelajari akan menjadi sia-sia untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Dalam menentukan sebuah kebahagiaan di point ini kita perlu menentuka hal yang menjadi keperluan kita, sebuah keinginan bukan berarti menjadi sebuah keperluan, namun keperluan akan menjadi sebuah kebutuhan walaupun hal tersebut tidak merupakan sebuah keinginan yang kita inginkan namun dikemudian hari kita akan mencapai sebuah kebahagiaan karena kita memilah apa yang menjadi keperluan kita bukan di dasari oleh sebuah keinginan.
- Sacukupe ( sesuatu yang dibatasi atau secukupnya tidak dilebihkan ) point ini menjadi pengingat kita sebagai seorang manusia agar tidak menjadi seorang manusia yang memiliki keambisan yang terlalu tinggi yang menjadikan kita menjadi manusia yang serakah, yang ini itu mau tanpa memikikan apa pentingnya sesuatu tersebut. Sebagai contoh, kita seorang konsumen yang selalu bersitegang dengan kata 'promo' yang membuat kita memutuskan untuk membeli suatu barang yang dikenai potongan harga tanpa tahu, apa kegunaan barang itu dan apakah barang itu benar-benar kita perlukan atau kita hanya tergiur akan potongan harganya. Hal inilah yang membuat kita menjadi serakah sebagai konsumen, tidak memikirkan dampak seperti apa ketika fase sudah terjadi. Dengan cara hidup yang sederhana dan bijak membuat kita akan menemukan kebahagiaan serta keseimbangan dalam hidup kita.
- Samesthine ( hidup yang sesuai dengan moral dan etika yang semestinya ) Hal ini juga menekankan kita bagaimana pentinganya untuk menjalani hidup yang berintegritas yang memiliki kejujuran dan sikap akuntabilitas, dengan menjalani hal inia akan dipastikan kedamaian dan kebahagiaan akan mudah kita capai.
- Sabenere ( hidup dengan penuh realistis yang sebenarnya ) point ini mengajak kita sebagai manusia agar memandang sebuah kehidupan dengan kejernihan tanpa adanya pemahan yang terdistrosi, dengan menghadapi realitas yang ada kita mampu hidup denganlebih rasional dan memiliki makna
Dengan demikianlah dapat kita simpulkan bahwasannya ajaran atau rumus kehidupan yang doberikan Ki Ageng Suryomentorom menjadi sebuah pengingat manusia untuk menjalani hidup yang sederhana, seimbang yang diselaraskan dengan nilai-nilai yang benar. Dengan mengimplementasikan prinsip atau rumusan kehidupan yang dibuat ki ageng suryomentrom dapat membuat manusia menemukan sebuah kebahagiaan di dalam kehidupan sehari-harinya.
" Bahagia bukan hanya di permukaan. Dimainkan dengan warna-warna colorful, pink, kuning, dan lainnya. Katarsis ini mengajak kita melihat lebih dalam ke diri, ini bahagia, tidak sekadar gembira,'' papar seniman yang juga aktif di kegiatan sosial bidang kesehatan mental di Galeri Nasional Indonesia. Kaaris sendiri merupakan sebuah proses pembersihan diri dari segala bentuk racun social yang ada di dalam tubuh atau diri kita, proses ini masuk ke dalam tubuh dan mencoba untuk mengenali diri kita kembali serta mengurangi segala emosi hingga mencapai titik dari sebuah ketenangan seseorang. Kutipan ini ternyata sejalan dengan apa yang telah dibahas menganai Nemsa yang dikemukakan oleh Ki Ageng Suryomentaram.
Gaya kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif dan efisien akan terwujud jika dijalankan berdasarkan fungsi dan tujuannya. Seorang pemimpin harus berusaha menjadi bagian dari situasi kelompok atau organisasi yang dipimpin. Dalam mewujudkan tujuan dan fungsi kepemimpinan secara internal maka akan berlangsung suatu aktifitas kepemimpinan dan aktifitas tersebut akan dipilah-pilah dengan pola masing-masing. Pemimpin sebagai mahluk Tuhan yang mempunyai karakter yang berbeda-beda dapat menentukan jalannya sendiri.
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom. Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan (leadership style), yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan sikapnya. Gaya tersebut bisa berbeda-beda atas dasar motivasi, kuasa maupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, di mana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupun non ekonomis), berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya, jika pendekatannya menekankan pada hukuman, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua in dapat menghasilkan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi
Organisasi yang dipimpinnya dapat digolongkan ke da1am berbagai tipe atau bentuk yang dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut :
1. Tipe Otoritas (Autocrat) Otokrat berasal dari perkataan "utus" (sendiri) dan "kratos" (kekuasaan) jadi otokrat berarti penguasaan obsolut. Kepemimpinan otoritas berdasarkan diri sendiri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Dimana setiap perintah dan kebijakan yang ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya dan harus dilakukan.Seorang pemimpin yang autokratik adalah seorang yang sangat egois, egoisme yang sangat besar akan mendorongnya memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan keinginannya apa yang secara subjektif diinterprestasikan sebagai kenyataan. Menurut Terry, pemimpin yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara sungguhsungguh,teliti dan cermat. Dimana pemimpin bekerja menurut peraturan.
Berdasarkan nilai-nilai ini, seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan berbagai sikap yang menonjolkan "kekuasaan" antara lain:
- Kencenderungan dalam memperlakukan para bawahan sama dengan alat-alat lain dalam organisasi atau instansi lain.
- Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksana tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.
- Pengabaian peran bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Tipe Peternalistik Persepsi yakni seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi dan dapat diwarnai oleh harapan para pengikutnya. Harapan tersebut pada dasarnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layaknya dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi organisasi yang dianut biasanya seorang pemimpin yang peternalistik mengutamakan nilai kebersamaan, dalam organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol. Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.
3. Tipe Kharismatik, Tipe kepemimpinan yang kharismatik ini pada dasarnya merupakan tipe kepemimpinan yang didasarkan pada kharisma seseorang. Biasanya kharisma seseorang itu dapat mempengaruhi orang lain. Dengan kharisma yang dimiliki seseorang, orang tersebut akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang pemimpin yang karismatik memiliki karakteristik khusus yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya.
Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang di kagumi oleh orang banyak pengikut tersebut tidak selalu menjelaskan secara kongkrit mengapa tipe pemimpin yang kharismatik sangat dikagumi. Orang cenderung mengatakan bahwa orangorang tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di pimpin oleh orang kharismatik, tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, sikap perilaku dan gaya yang digunakan oleh pemimpin yang kharismatik mengunakan otokratik para bawahan tetap mengikuti dan tetap setia pada seorang pemimpin yang kharismatik.
4. Tipe Kepemimpinan Demokratis, Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan. Seorang pemimpin yang berdemokratis dihormati dan disegani bukan ditakuti karena perilaku pemimpin demokratis dalam kehidupan organisasional mendorong pada bawahannya menumbuh kembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.
Dengan sungguh-sungguh pemimpin demokratis mendengarkan pendapat, saran bahkan kritik dari orang lain, terutama dari bawahannya. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan faktor manusia sebagai faktor utama yang terpenting dalam setiap kelompok atau organisasi. Tipe demokrasi ini lebih menunjukan dominasi perilaku sebagai pelindung dan penyelamat serta perilaku menunjukan dan mengembangkan organisasi atau kelompok. Seorang pemimpin mengikut sertakan seluruh anggota kelompok dalam mengambil keputusan. Pemimpin perusahaan yang bersifat demikian akan selalu menghargai pendapat atau kreasi bawahannya. Pemimpin memberikan sebagian para bawahannya turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program yang akan dicapai.
5. Tipe Militeristis, Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim digunakan dalam kemiliteran. Pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Dalam mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah.
- Dalam mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
- Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
- Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
6. Tipe Laissez Faire (laissez-faire style of leadership) Pada tipe "laissez faire" ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedur dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau mengolah pendapat tersebut. Apabila hal ini kita jumpai disekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggrakan rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut menghendakinya.
7. Gaya Kepemimpinan SituasionalInti, merupakan sebuah teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada dua konsep yang fundamental yaitu tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan7.
8. Gaya Kepemimpinan Administratif Gaya kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
9. Gaya Kepemimpinan Analitis (Analytical) dalam gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya untuk pembuatan keputusan didasarkan pada suatu proses analisis, terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan. Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangatlah mengutamakan logika dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.
10. Gaya Kepemimpinan Entrepreneur, Gaya kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan standar yang tinggi.
11. Gaya Kepemimpinan Diplomatis, Kelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan menggunakan kepribadian ini yang hanya bisa melihat kedua sisi dengan jelas, Apa yang dapat menguntungkan dirinya dan juga dapat menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan. Mereka dapat menerima perlakuan yang tak menyenangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya akan meninggalkan si pemimpin.
12. Gaya Kepemimpinan Moralis Kelebihan dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut. Orang ---orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari semua kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.
13. Gaya Kepemimpinan Birokratis. Gaya kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan "Memimpin berdasarkan adanya peraturan". Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan tersebut berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah
- Pimpinan akan menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan akan memerintahkan semua bawahan untuk bisa melaksanakannya,
- Pemimpin akan menentukan semua standar tentang bagaimana bawahan akan melakukan tugas, Adanya sanksi yang sangat jelas kalau seorang bawahan tidak bisa menjalankan tugas sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditentukan dalam penerapan gaya kepemimpinan seorang Ki Ageng Suryomentaram ini ialah menjadikan diriny selayaknya manusia yang memiliki rasa kemanusiaan, yang kembali lagi masih menggunakan Nemsa untuk kehidupan sehari-harinya baik dari sebuah kepemimpinan yang dia ajarkan atau untuk kehidupan pribadinya.
Ki Ageng memutuskan berlaku lemah lembut dalam menjadi seorang pemimpin dikarenakan dia memahami dan mengimplementasikan Nemsa at rumus yang dia buat ( 6-SA ) tersebut. Dan dilain gaya kepemimpinan yang ada di atas, Ki Ageng Suryomentaram menerapkan juga gaya kepemimpinan demokratis, humanis dan rasional. Sebab hal tersebut memiliki kaitannya dengan rumusan yang ia buat untuk "kebahagiaan" dalam penghidupannya.
Korupsi
Korupsi merupakan suatu bentuk ketidakjujuran atau tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang atau suatu organisasi yang dipercayakan dalam suatu jabatan kekuasaan atau seseorang, untuk memperoleh keuntungan yang tidak baik atau penyalahgunaan kekuasaan demi sebuah keuntungan dirinya sendiri. Korupsi dapat melibatkan banyak kegiatan yaitu penyuapan, penjualan pengaruh dan penggelapan dan mungkin juga melibatkan praktik yang legal di banyak negara. Selain korupsi dibidang negara, adapula korupsi yang terjadi di bidang atau lingkungan mahasiswa yaitu ketidakmampuan seorang mahasiswa dalam memenejemn waktu perkulihannya dengan hal yang tak berkaitan dengan perkuliahan sehingga menyebabkan adanya pencurian waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar justru hal ini digunakan untuk misalkan bermain gawai tanpa membuat atau mengatur jadwal untuk menyelesaikan sebuah tugasnya.
Korupsi dan kejahatan adalah kejadian sosial endemik yang muncul karena adanya frekuensi reguler di hampir semua negara pada skala global dalam berbagai tingkat dan proporsi. Data terbaru menunjukkan korupsi sedang meningkat. Setiap negara mengalokasikan sumber daya domestik untuk pengendalian dan pengaturan korupsi dan pencegahan kejahatan. Strategi-strategi yang dilakukan dalam rangka melawan korupsi seringkali dirangkum dalam istilah anti-korupsi. Selain menjadi prakarsa global seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan juga memiliki target sasaran yang diharapkan dapat secara substansi untuk mengurangi korupsi dalam segala bentuknya.
Indikator penyebab korupsi terjadi dengan disampaikan Donald R Cressey dalam teori Fraud Tiangle. Teori Segitiga Kecurangan ini melihat potensi kecurangan yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk lingkungan sekitar. Menurut Cressey, ada tiga faktor yang membuat seseorang melakukan korupsi, yaitu:
- Pressure (tekanan) Memiliki motivasi untuk melakukan tindakan korupsi karena adanya tekanan, salah satunya karena motif ekonomi. Namun, tekanan ini kadang tidak benar-benar ada, hanya pelaku saja yang berpikir kalau mereka merasa tertekan dan tergoda pada bayangan insentif.
- Opportunity (kesempatan) Adanya kesempatan membuat seseorang tergiur untuk korupsi. Ini terjadi akibat dari lemahnya sistem pengawasan yang pada akhirnya menjerumuskan pelaku melakukan korupsi.
- Rationalization (rasionalisasi) Para pelaku selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk melakukan korupsi. Rasionalisasi ini ternyata dapat menipiskan rasa bersalah yang dimiliki pelaku dan merasa dirinya tidak mendapatkan keadilan. Sebagai contoh "saya korupsi karena tidak digaji dengan layak". Sebagaimana yang diutarakan Cressey, korupsi terjadi kalau ada kesempatan melakukannya. Tak heran, jika banyak yang melakukan tindakan culas tersebut.
Pemberantasan korupsi tentunya membutuhkan kesamaan persepsi atau pemahaman sehingga pemberantasannya bisa dilakukan dengan tepat dan terarah. berikut merupakan, Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi, yakni:
- Sula Penindakan, strategi KPK dalam menindaklanjuti koruptor dan membawanya ke meja hijau, membacakan tuntutan dengan menghadirkan saksi dan alat bukti yang nantinya bisa digunakan untuk menguatkan perbuatan yang dilakukan.
- Sula Pencegahan, perbaikan pada sistem sehingga dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Beberapa perbaikannya seperti pelayanan publik yang dibuat transparan, penataan layanan publik lewat koordinasi dan korsupgah (supervisi pencegahan), dan lainnya.
- Sula Pendidikan, digalakkan dengan kampanye dan edukasi yang bertujuan untuk menyamakan pemahaman masyarakat terkait tindakan korupsi dan memeranginya bersama.
- Korupsi tanpa disadari ternyata sering dilakukan di lingkungan sekitar. Untuk itu, sebagai warga negara yang menjunjung tinggi integritas, kita harus memberantasnya dan supaya lebih mudah mengetahui orang yang melakukan korupsi maka harus tahu ciri-ciri korupsi terlebih dahulu.
Adapun persepsi masyarakat dalam tingkat korupsi di suatu negara, terutama yang berkaitan dengan hal keuangan yang memiliki dampat tersendiri untuk kesejahteraan rakyat indonesia. Adapun hal yang mendukung munculnya korupsi :
- Ketidak adanya atau kurangnya transparasi dalam pengambilan keputusan pemerintah
- Lemahnya ketertiban hukum atau lembaga hukum, yang dimana menajamkan rakyat menengahkebawah dan menumpulkan rakyat menengah ke atas
- Lingkungan yang tertutup yang memiliki kepentingan diri sendiri tanpa melihat kepentingan negara
- Memiliki proyek yang menggunakan uang rakyat dalam jumlah yang tidak sedikit
- Kurangnya kebebasan berpendapat di semua media
- Tidak adanya kontrol yang terjadi untuk mencegah kegiatan korupsi
- Ketidaksanggupannya seseorang dalam mejalani sebuah amanah
- Tidak memiliki etika kepegawaian
berikut saya cantumkan beberapa sumber materi yang telah saya gunakan dalam pembahasan mengenai Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dalam Mencegah Terjadinya Korupsi.
jurnal " KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi) " karya Wicipto Setiadi ( 234-822-1-PB.pdf )
jurnal " AJARAN KAWRUH JIWA DARI KI AGENG SURYOMENTARAM DAN RELEVANSINYA DALAM PRAKTIK KONSELING " karya Sherrin Nurlita Widya ( 2867-4898-1-SM.pdf )
jurnal " KAWRUH JIWA SURYOMENTARAM: KONSEP EMIK ATAU ETIK? " karya Nilam Widyarini ( 7496-13250-1-SM.pdf )
jurnal " Peran Gaya Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dalam Pencegahan Tindak Korupsi di Sekolah Menengah Pertama " karya Satrio Devan Nugroho dan Ilham Fahmi ( 2416-Article Text-6437-1-10-20220911.pdf )
jurnal " Ki Ageng Suryomentaram: Filsuf Jawa Penggagas “Kawruh Jiwa” " karya Gilang Tahes Pratama (https://diskursusinstitute.org/2021/06/11/ki-ageng-suryomentaram-filsuf-jawa-penggagas-kawruh-jiwa/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H