Mohon tunggu...
Indriani Suhadi
Indriani Suhadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Indriani Suhadi NIM : 43222010173 Ekonomi dan Bisnis//Akuntansi 2022 Universitas Mercu Buana Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dalam Mencegah Terjadinya Korupsi

12 November 2023   09:28 Diperbarui: 12 November 2023   17:28 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum shalom om swastiastu namo buddhaya salam kebajikan dan salam sejahtera

Nama : Indriani Suhadi

NIM : 43222010173

Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si. Ak

Diskursus gaya kepemimpinan seorang filsuf jawa yang terkenal pada masanya

Ki Ageng Suryomentaram

Seorang filsuf yang jarang dan bahkan tak pernah kita siapakah sosok ki ageng ini. Berbeda dari filsuf kebanyaknnya, ki ageng merupakan seorang putra ke 55 dari pernikah sri sultan hamengkubowono vii dengan bendoro raden ayu retnomandojo, dan ia merupakan filsuf jawa yang populer pada masanya. Oleh sebab itu kita sebagai generasi z pantas saja tidak mengenal siapakah sosok ki ageng suryomentoron ini.    

Ki Ageng memiliki gelar sebagai seorang pangeran sebab ia dilahirkan oleh keluarga yang memiliki kekuasaan pada masanya, namun hal itu justru membuat beliau memutuskan untuk menanggalkan gelar pangerannya dan memilih hidup sebagai seorang rakyat biasa karena ia melihat betapa beratnya seorang petani yang bekerja di sawah. Sejak saat itu ia memutuskan untuk berkelana entah itu bersemedi di tepat yang biasa dikunjungi oleh leluhurnya atau justru mengembara menuju daerah jawa, purworejo sebagai pekerja serabutan. Namun hal itu tak berselang lama, dia ditemukan oleh orang kraton yang memintanya kembali ke kraton. Ki ageng berpikir bahwa keputusan yang dia ambil untuk kembali tinggal di kraton adalah hal baik, namun hal itu justru membuatnya kelisah, di tambah kakeknya di bebas tugaskan serta ibunya dikembalikan kepada kakeknya, hingga hal tragis menimpa dirinya dengan kematian istrinya.

Hal itu membuat dirinya memutuskan kembali untuk menjadi seorang rakyat biasa sebagai petani di daerah salatiga, selain sebagai petani dia pun mejadi seorang guru aliran kebatinan atau kawruh begja. Selama dia menjadi seorang guru aliran kebatinan, dia memiliki pemahamapan dan analisis observasi terhadap sebuah rasa yang dihasilkan suatu citra manusia yang dimana menunjukan siapa dan seperti apa seorang manusia dengan dunia yang melingkupinya.  Setelah dilakukan pengamatan dan observasi pada sebuah rasa seorang manusia, ki ageng menyimpulkan bahwa setiap rasa orang di dunia itu sama, maksudnya ialah seorang manusia sama-sama memiliki dan membutuhkan kelestarian rasa dan kelestarian jenis.

Setelah pengamatan itu, Ki Ageng Suryomentaram membuat sebuah rumus dalam kehidupannya. Rumus yang sederhana untuk sebuah kehidupan kedepannya yang ia namai sebagai NEMSA ( 6-SA ) sebelum kita membahas mengenai NEMSA, ternyata ki ageng suryomentaran menjadikan hasil observasinya sebagai karya yang dikenal sebagai kawrung jiwa atau kawruh begja

Istilah kawruh jiwa atau ilmu tentang kebahagiaan merupakan sebuah konsep yang diambil dari beberapa naskah yang pernah ditulis oleh Ki gaeng suryomentaram yang kemudian disunting oleh putranya untuk menjadi buku yang bertajuk Kawruh Jiwa Wejangan ini pun Ki Ageng Suryomentaram (1986). Sebetulnya Kawruh Jiwa, lebih tepat disebut sebagai ilmu pengetahuan yang justru dapat digolongkan sebagai filsafat manusia maupun ilmu psikologi yang memiliki basis material dan metode yang jelas, lalu disajikan secara sistematis dan logis, sehingga secara fungsional ia kemudian dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis serta menyelesaikan problematika kehidupan sehari-hari.

Istilah Kawruh Jiwa ini disebut dengan terminologi Kawruh Begja seperti yang sudah diketahui di paragrafh atas, Perubahan terminologi ini merupakan penegasan dan hasil implementasi yang  mendalam seorang Ki Ageng Suryomentaram mengenai bagaimana mencapai sebuah "kebahagiaan" yang dapat kita ketahui bahwasaanya sebuah kuncinya ada pada pengolahan dari sebuah rasa atau jiwa.

Mengenal lebih jauh mengenai ilmu kawruh jiawa yang diceturkan oleh ki ageng suryomentaran ini merupakan sebuah ilmu yang merupakan hasil dari perenuangan dalam kehidupannya atas kekhawatirannya tentang sebuah kebahagiaan dan kesajhteraan di kehidupannya. Ilmu kawruh jiwa yang dicetuskan beliau hingga saaat ini masih digunakan dan dipelajari oleh beberapa pengikutnya di mana kebanyakan pengikutnya penganut ajaran atau sistem kawruh jiwa. Kawrung jiwa ini digambarkan sebagai pengejaran sebuah kebahagiaan atau kondisi yang mirip dengan kebebasan spiritual.

Lebih dalamnya mengenai kawruh jiwa. Kawruh ini juga dapat disebut sebagai ilmu sains yang dapat digolongkan sebagai ilmu atau pengajaran filsafat manusia atau psikologi, sebab hal ini dapat juga digunakan dalam memecahkan problematika yang ada dikehidupan sehari-hari secara fungsional. Kawrung jiwa merupakan ilmu mengenai jiwa atau ilmu yang mengetahui seperti apa sifat jiwa seseorang. Kawruh bukanlah perilaku beragama melainkan suatu ajaran atau alat untuk mengukur perilaku dan kedewasaannya diri seseorang.

Karep ( keinginan ) Dasar konsep ilmu kebahagiaan Ki Ageng Suryomentaram ialah pengakuan akan adanya keberadaan manusia sebagai penghubung antara sebuah kebahagiaan serta kesedhan. Konsep raos begja (kebahagiaan) atau raos ciloko ( ketidak bahagiaan ) umumnya dipahami seorang manusia yang bersumber dari kondisi terpenuhi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. Selanjutnya setelah kebutuhan dasar terpenuhi barulah terwujud kebutuhan sekunder yang muncul dalam imajinasi manusia. Kemudia mereka menjadi korban kebutuhan yang telah dibuat sendiri, yang bersebumber dari karep (keinginan). Keinginan untuk memiliki pengaruh yang kuat pada kehidupan manusia dan sering disalahartikan oleh manusia sebagai keberadaan itu sendiri.

Dalam pemahaman Ki Ageng Suryomentawam, kebutuhan manusia ini selalu mulur (semakin mendesak) dan mungkret ( kurang mendesak ). Meski kebutuhan sudah terpenuhi bahkan menghasilkan kepuasan tersendiri, akan adanya tuntunan yang mendeksak dalam aspek lainnya yang akan segera menyusul. Nasihat yang bersumber dari Ki Ageng Suryomentaram menyebutkan bahwasannya keinginann ini snagat berpengaruh terlebih lagi pada tiga bidang yang jelas, yakni kemakmuran, pengakuan publik, dan kekuatan magis. Keinginan tiga hal itulah yang menjadikan seorang manusia dapat dikendalikan oleh egonya, kesenangan tersendiri dan apapun yang sesui dengan keinginan sendiri. Hal ini cenderung mengakibatkan adanya pemborosan sesuatu yang justru tidak menguntungkan atau tidak menyenangkan bagi seorang manusia, sehingga mencari kenyamanan, dan itulah manusiawi.

Ki Ageng Suryomentaram menyebutkan juga bahwasannya seorang manusia itu di dorong untuk mencari kesenangan untuk dirinya sendiri tanpa memperhatikan atau memperdulikan orang lain, yang akan membuat diri mereka bertindak semaunya atau sewenan-wenangnya dengan "kramadangsa" atau dalam psikologi di sebut dengan kata egois.

Dokpri//canva
Dokpri//canva

Dokpri//canva
Dokpri//canva

Kawruh jiwa mengenalkan rasa pada diri sendiri. Perasaaan diri ialah diri pembaca semua, sehingga dalam hal ini ki ageng suryomentorom pun mengistilahkan dengan pengawikan pribadi yang dapat membawa kebahagiaan. Pengawikan pribadi ialah pengendalian hawa nafsu yang dikelompokan menjadi pengawikan pribadi, mawas diri dan mulur mungkret.

Mawas diri merupakan proses pembelajaran pengalaman untuk membedakan beberapa momen yang menyenangkan dari mmomen yang menyusahkan yang digunakan untuk mempertajam indra mereka. Sedangkan mulur mungkret merupakan sebuah folosofi yang membuat seseorang mampu memahami dan mengendalikan ambisi atau hawa nafsu yang berlebihan akan sesuatu kekayaan atau harta dan ketenaran. Seperti apa yang menjadi sebuah  prinsip hidup orang jawa yang sebenarnya ialah bukanklah kompetensi melainkan keharmoniksan yang dihasilkan atas saling menghormati.

pada hakikatnya  "Ilmu Kebahagiaan" ialah memiliki persamaan dengan mengakui keberadaan manusia sebagai pertukaran antara suka (bungah) dan duka (susah). Perasaan suka (raos begja) dan duka (raos cilaka) yang akan menghasilkan suatu kondisi pikiran semacam itulah yang membedakan manusia dengan hewan. Kendati demikian manusia juga tidak lepas dengan kebutuhan-kebutuhan mendasar untuk bertahan hidup (pangupa-jiwa) dan melestarikan keturunan (lestan-tuning jenis) seperti hewan, namun ia tidak memiliki kesamaan dengan seorang hewan karena manusia memiliki kesadaran penuh untuk memenuhi kebutuhan tersebut (raos gesang: kesadaran hidup). Dan sebuah kegagalan atau keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan mendasar manusia itulah yang berkaitan dengan perasaan suka maupun duka. Kebahagiaan manusia ialah ketika keinginannya tercapai dan merupakah hal yang lumrah terpenuhi untuk mencapai suatu keinginannya.

Kembali pada paragraph sebelumnya, penjelasan mengenai NEMSA ( 6-SA ) -sebuah kunci kebahagiaan yang dirumuskan oleh seorang filsuf jawa- yang merupakan hasil dari observasinya selama menjalani guru aliran kebatinnya, dan merumuskan sebuah rumus untuk kehidupan seseorang yang hingga sekarang masih digunakan banyak masyarakat, walaupun mereka tidak menyadari hal itu. Nemsa juga memberikan kita sebuah petunjuk mengenai bagaimana seorang menjalani hidup yang seimbang dan sederhana.

  • Sakepenake ( Senyamannya ) hidup penuh dengan senyamannya  dimana hal ini mengajak semua manusia di muka bumi ini agar menerima dan menghargai keadaan yang telah ditetapkan atau diberikan Tuhan Yang Maha Esa tanpa terjebak dengan sesuatu yang berlebihan  dengan merasakan cukup dan puas, Ki Ageng Suryomentaram memastikan hal tersebuat akan menumbuhkan kebahagiaan tersendiri untuk seseorang. Jadi dengan cara yang wajar dan tidak melanggar seuatu ketentuan dan hidup dengan nyaman akan menumbuhkan kebahagiaan itu yang akan timbul di dalam diri kita.
  • Sabutuhe ( sesuai dengan kebutuhan yang ada ) point kedua ini mengajarkan kita  untuk menganal bagaimana kebutuhan seperti apa yang kita butuhkan untuk mencapai suatu kebahagiaan di muka bumi. Ini menjadi pengingat kita sebagai seorang konsumen agar memilah-milih barang atau jasa seperti apa yang benar-benar kita butuhkan, jangan sampai kita sebagai konsumen justru tidak mencapai suatu kebahagiaan setelah mendapatkan apa yang kita inginkan. Seperti contoh, pada bulan ini terjadinya event sebuah platform belanja online yaitu 11.11 yang di mana memiliki pengaruh terhadap ketertarikan konsumer untuk memasukan barang yang ingin di beli menurut pandangannya, hal itulah adalah hal yang salah dan tidak boleh kita lakukan jika kita ingin mendapatkan sebuah kebahagiaan agar kedepannya tidak menyesal.
  • Saperlune ( sesuai dengan apa yang kita perlu ) sama seperti point di atas yakni sabutuhne, point saperlune merupakan imlementasi yang harus kita laksanakan dikehidupan, sebab jika hanya teori yang kita ketahui dan kita pelajari akan menjadi sia-sia untuk mencapai sebuah kebahagiaan. Dalam menentukan sebuah kebahagiaan di point ini kita perlu menentuka hal yang menjadi keperluan kita, sebuah keinginan bukan berarti menjadi sebuah keperluan, namun keperluan akan menjadi sebuah kebutuhan walaupun hal tersebut tidak merupakan sebuah keinginan yang kita inginkan namun dikemudian hari kita akan mencapai sebuah kebahagiaan karena kita memilah apa yang menjadi keperluan kita bukan di dasari oleh sebuah keinginan.
  • Sacukupe ( sesuatu yang dibatasi atau secukupnya tidak dilebihkan ) point ini menjadi pengingat kita sebagai seorang manusia agar tidak menjadi seorang manusia yang memiliki keambisan yang terlalu tinggi yang menjadikan kita menjadi manusia yang serakah, yang ini itu mau tanpa memikikan apa pentingnya sesuatu tersebut. Sebagai contoh, kita seorang konsumen yang selalu bersitegang dengan kata 'promo' yang membuat kita memutuskan untuk membeli suatu barang yang dikenai potongan harga tanpa tahu, apa kegunaan barang itu dan apakah barang itu benar-benar kita perlukan atau kita hanya tergiur akan potongan harganya. Hal inilah yang membuat kita menjadi serakah sebagai konsumen, tidak memikirkan dampak seperti apa ketika fase sudah terjadi. Dengan cara hidup yang sederhana dan bijak membuat kita akan menemukan kebahagiaan serta keseimbangan dalam hidup kita.
  • Samesthine ( hidup yang sesuai dengan moral dan etika yang semestinya ) Hal ini juga menekankan kita bagaimana pentinganya  untuk menjalani hidup yang berintegritas  yang memiliki kejujuran dan sikap akuntabilitas, dengan menjalani hal inia akan dipastikan kedamaian dan kebahagiaan akan mudah kita capai.
  • Sabenere ( hidup dengan penuh realistis yang sebenarnya ) point ini mengajak kita sebagai manusia agar memandang sebuah kehidupan dengan kejernihan tanpa adanya pemahan yang terdistrosi, dengan menghadapi realitas yang ada kita mampu hidup denganlebih rasional dan memiliki makna

Dengan demikianlah dapat kita simpulkan bahwasannya ajaran atau rumus kehidupan yang doberikan Ki Ageng Suryomentorom menjadi sebuah pengingat manusia untuk menjalani hidup yang sederhana, seimbang yang diselaraskan dengan nilai-nilai yang benar. Dengan mengimplementasikan prinsip atau rumusan kehidupan yang dibuat ki ageng suryomentrom dapat membuat manusia menemukan sebuah kebahagiaan di dalam kehidupan sehari-harinya.

" Bahagia bukan hanya di permukaan. Dimainkan dengan warna-warna colorful, pink, kuning, dan lainnya. Katarsis ini mengajak kita melihat lebih dalam ke diri, ini bahagia, tidak sekadar gembira,'' papar seniman yang juga aktif di kegiatan sosial bidang kesehatan mental di Galeri Nasional Indonesia. Kaaris sendiri merupakan sebuah proses pembersihan  diri dari segala bentuk racun social  yang ada di dalam tubuh atau diri kita, proses ini masuk ke dalam tubuh dan mencoba untuk mengenali diri kita kembali serta mengurangi segala emosi hingga mencapai titik dari sebuah ketenangan seseorang. Kutipan ini ternyata sejalan dengan apa yang telah dibahas menganai Nemsa yang dikemukakan oleh Ki Ageng Suryomentaram.

Gaya kepemimpinan

Dokpri//canva
Dokpri//canva

Kepemimpinan yang efektif dan efisien akan terwujud jika dijalankan berdasarkan fungsi dan tujuannya. Seorang pemimpin harus berusaha menjadi bagian dari   situasi   kelompok   atau   organisasi   yang   dipimpin.   Dalam mewujudkan tujuan dan fungsi kepemimpinan secara internal maka akan berlangsung suatu aktifitas  kepemimpinan  dan  aktifitas  tersebut  akan  dipilah-pilah dengan  pola  masing-masing.  Pemimpin  sebagai  mahluk  Tuhan  yang mempunyai  karakter  yang  berbeda-beda  dapat menentukan  jalannya  sendiri. 

Gaya   kepemimpinan,   pada   dasarnya   mengandung   pengertian   sebagai   suatu perwujudan  tingkah  laku  dari  seorang  pemimpin yang  menyangkut  kemampuannya  dalam memimpin.  Perwujudan  tersebut  biasanya  membentuk  suatu pola  atau  bentuk tertentu. Pengertian   gaya   kepemimpinan   yang   demikian   ini   sesuai   dengan   pendapat   yang disampaikan   oleh   Davis   dan   Newstrom. Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Gaya  kepemimpinan  (leadership  style),  yakni  pemimpin  yang  menjalankan fungsi kepemimpinannya  dengan  segenap  filsafat,  keterampilan  dan  sikapnya.  Gaya  tersebut  bisa berbeda-beda atas  dasar motivasi,  kuasa  maupun  orientasi  terhadap  tugas  atau  orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, di  mana  perbedaan  itu  didasarkan  pada  cara  dan  upaya  mereka  memotivasi  karyawan. Apabila pendekatan  dalam  pemberian  motivasi  ditekankan  pada  imbalan  atau  reward  (baik ekonomis maupun non ekonomis), berarti telah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya,  jika  pendekatannya  menekankan  pada  hukuman,  berarti  dia menerapkan  gaya kepemimpinan negatif.  Pendekatan  kedua  in  dapat  menghasilkan  prestasi  yang  diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi

Organisasi yang  dipimpinnya  dapat  digolongkan  ke da1am  berbagai  tipe  atau  bentuk  yang  dikemukakan oleh beberapa pendapat dari para ahli sebagai berikut :

1. Tipe Otoritas (Autocrat) Otokrat  berasal  dari  perkataan  "utus"  (sendiri)  dan  "kratos"  (kekuasaan)  jadi  otokrat berarti penguasaan  obsolut.  Kepemimpinan  otoritas  berdasarkan  diri sendiri pada  kekuasaan dan  paksaan  yang  mutlak  yang  harus dipatuhi.  Dimana  setiap  perintah dan  kebijakan  yang  ditetapkan  tanpa  berkonsultasi  dengan  bawahannya  dan  harus dilakukan.Seorang pemimpin yang autokratik adalah seorang yang sangat egois, egoisme yang sangat   besar   akan   mendorongnya   memutarbalikan   kenyataan   yang   sebenarnya sehingga  sesuai  dengan  keinginannya  apa  yang  secara  subjektif diinterprestasikan sebagai  kenyataan.  Menurut  Terry,  pemimpin  yang  bertipe  otoriter  biasanya  bekerja secara sungguhsungguh,teliti dan cermat. Dimana pemimpin bekerja menurut peraturan.

Berdasarkan   nilai-nilai ini,   seorang   pemimpin   yang   otoriter   akan   menujukan berbagai   sikap   yang menonjolkan "kekuasaan" antara lain:

  • Kencenderungan  dalam  memperlakukan  para  bawahan  sama  dengan  alat-alat  lain dalam organisasi atau instansi lain.
  • Pengutamaan   orientasi   terhadap   pelaksanaan   dan   penyelesaian   tugas   tanpa mengkaitkan pelaksana tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahan.
  • Pengabaian peran bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Tipe Peternalistik Persepsi yakni seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan organisasi  dan dapat diwarnai  oleh harapan  para  pengikutnya.  Harapan  tersebut  pada  dasarnya terwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi  dan  layaknya  dijadikan  sebagai  tempat  bertanya  dan  untuk  memperoleh petunjuk. Ditinjau dari segi organisasi yang dianut biasanya seorang pemimpin yang peternalistik  mengutamakan  nilai kebersamaan,  dalam  organisasi  yang  dipimpin  oleh seorang pemimpin yang peternalistik kepentingan bersama dan perlakuan terlihat sangat menonjol. Artinya seorang pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang yang terdapat dalam organisasi seadil dan serata mungkin.

3. Tipe Kharismatik, Tipe    kepemimpinan    yang    kharismatik    ini    pada    dasarnya    merupakan    tipe kepemimpinan   yang   didasarkan   pada   kharisma   seseorang.   Biasanya   kharisma seseorang   itu   dapat   mempengaruhi   orang   lain.   Dengan   kharisma  yang   dimiliki seseorang, orang tersebut akan mampu mengarahkan bawahannya. Seorang pemimpin yang  karismatik  memiliki  karakteristik  khusus  yaitu  daya  tariknya  yang  sangat  memikat sehingga  mampu  memperoleh  pengikut  yang  sangat  besar  dan  para  pengikutnya.

Seorang  pemimpin  yang  kharismatik  adalah  seorang  pemimpin  yang  di  kagumi  oleh orang  banyak  pengikut  tersebut  tidak selalu  menjelaskan  secara  kongkrit  mengapa  tipe pemimpin  yang  kharismatik  sangat  dikagumi.  Orang  cenderung  mengatakan bahwa orangorang tertentu yang memiliki "kekuatan ajaib" dan menjadikan orang-orang tertentu di pandang sebagai pemimpin kharismatik. Dalam anggota organisasi atau instansi yang di  pimpin  oleh  orang  kharismatik,  tidak  mempersoalkan  nilai-nilai yang  dianut,  sikap perilaku  dan  gaya  yang  digunakan  oleh  pemimpin  yang  kharismatik  mengunakan otokratik  para  bawahan tetap  mengikuti  dan  tetap  setia  pada  seorang  pemimpin  yang kharismatik.

4. Tipe Kepemimpinan Demokratis, Kepemimpinan  demokratis  berorientasi  pada  manusia  dan  memberikan  bimbingan yang efisien  kepada  para  pengikutnya.  Kepemimpinan  demokratis  menghargai  potensi setiap  individu,  mau  mendengarkan  nasihat dan  sugesti  bawahan.  Seorang  pemimpin yang  berdemokratis  dihormati  dan  disegani  bukan  ditakuti  karena  perilaku  pemimpin demokratis  dalam  kehidupan  organisasional  mendorong  pada  bawahannya  menumbuh kembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.

Dengan  sungguh-sungguh  pemimpin  demokratis  mendengarkan  pendapat,  saran bahkan kritik dari orang lain, terutama dari bawahannya. Tipe kepemimpinan demokratis merupakan faktor manusia sebagai faktor utama yang terpenting dalam setiap kelompok atau   organisasi.   Tipe   demokrasi   ini   lebih   menunjukan   dominasi   perilaku   sebagai pelindung  dan  penyelamat  serta perilaku  menunjukan  dan  mengembangkan  organisasi atau kelompok. Seorang pemimpin mengikut sertakan seluruh anggota kelompok dalam mengambil   keputusan.   Pemimpin   perusahaan   yang   bersifat   demikian   akan   selalu menghargai  pendapat atau kreasi  bawahannya.  Pemimpin  memberikan  sebagian  para bawahannya turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program yang akan dicapai.

5. Tipe Militeristis, Tipe   kepemimpinan   yang   biasa   memakai   cara yang   lazim   digunakan   dalam kemiliteran.  Pemimpin  yang bertipe  militeristis  ialah  seorang  pemimpin  yang  memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  • Dalam mengerakan bawahan lebih sering mempergunakan system perintah.
  • Dalam mengerakan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
  • Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
  • Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
  • Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
  • Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

6. Tipe Laissez Faire (laissez-faire style of leadership) Pada tipe "laissez faire" ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada  setiap  anggota staf  di  dalam  tata  prosedur  dan apa  yang akan dikerjakan  untuk   pelaksanaan  tugas-tugas jabatan mereka.  Mereka  mengambil  keputusan dengan  siapa     ia  hendak  bekerjasama.  Dalam  penetapannya  menjadi  hak  sepenuhnya dari  anggota   kelompok atau staf lembaga pendidikan itu. Pemimpin  ingin  turun  tangan  bilamana  diminta  oleh  staf,  apabila mereka  meminta pendapat-pendapat  pemimpin  tentang  hal-hal  yang  bersifat  teknis,  maka  barulah  ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh   menerima atau mengolah pendapat tersebut. Apabila hal  ini kita jumpai disekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggrakan rapat  guru  biasanya dilaksanakan  tanpa  kontak  pimpinan  (Kepala  Sekolah),  tetapi  bisa dilakukan  tanpa  acara.  Rapat  bisa  dilakukan  selagi anggota/guru-guru  dalam  sekolah tersebut menghendakinya.

7. Gaya Kepemimpinan SituasionalInti, merupakan sebuah  teori  kepemimpinan  situational  ialah  bahwa  suatu  gaya kepemimpinan seorang  pemimpin   akan  dapat   berbeda-beda,   tergantung  dari   seperti   apa   tingkat kesiapan  para  pengikutnya.  Pemahaman fundamen  dari  teori  kepemimpinan  situasional ialah   mengenai   tidak   adanya   gaya   kepemimpinan   yang   paling   terbaik.   Teori kepemimpinan  situasional  akan  bertumpu  pada  dua  konsep  yang  fundamental  yaitu tingkat   kesiapan/kematangan   individu   atau   kelompok   sebagai   pengikut   dan   gaya kepemimpinan7.

8. Gaya Kepemimpinan Administratif Gaya  kepemimpinan  tipe  ini  akan  terkesan  kurang  inovatif  dan  telalu  kaku  dalam memandang  aturan.  Sikapnya  sangat  konservatif  serta  kelihatan  sekali  takut  di dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.

9. Gaya Kepemimpinan Analitis (Analytical) dalam   gaya   kepemimpinan   tipe   ini,   biasanya   untuk   pembuatan   keputusan didasarkan  pada  suatu  proses  analisis,  terutama  analisis  logika  dari  setiap  informasi yang  didapatkan.  Gaya  ini  akan berorientasi  pada  hasil  dan  akan  lebih  menekankan pada  rencana-rencana  rinci  serta  berdimensi  jangka  panjang. Kepemimpinan  model  ini sangatlah    mengutamakan    logika    dengan    menggunakan    beberap    pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

10. Gaya Kepemimpinan Entrepreneur, Gaya  kepemimpinan  ini  sangatlah  menaruh  perhatian  pada  kekuasaan  dan  hasil akhir   serta    kurang    mengutamakan    untuk    kebutuhan    akan    kerjasama.    Gaya kepemimpinan  model  ini  biasanya  akan selalu mencari  pesaing  dan  akan  menargetkan standar yang tinggi.

11. Gaya Kepemimpinan Diplomatis, Kelebihan  gaya  kepemimpinan  diplomatis  ini  terdapat  di  penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya,   melihat   dari   sisi   keuntungan   pada   lawannya.   Hanya   pemimpin   dengan menggunakan kepribadian ini yang hanya bisa melihat kedua sisi dengan jelas, Apa yang   dapat   menguntungkan   dirinya   dan   juga   dapat   menguntungkan   lawannya. Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis  ini.  Umumnya,  mereka  sangat  begitu  sabar  dan  sanggup  dalam  menerima tekanan.  Mereka dapat  menerima  perlakuan  yang  tak  menyenangkan  tersebut,  tetapi pengikut-pengikutnya  tidak  menerimanya. Dan  seringkali  hal  inilah  yang  membuat  para pengikutnya akan meninggalkan si pemimpin.

12. Gaya Kepemimpinan Moralis Kelebihan  dari  gaya kepemimpinan  moralis  seperti  ini  ialah  pada  umumnya  Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka mempunayi empati yang tinggi terhadap segala  permasalahan  dari  para  bawahannya,  juga sabar,  murah  hati  Segala  bentuk kebajikan-kebajikan  ada  dalam  diri  pemimpin  tersebut.  Orang ---orang  akan  datang karena   kehangatannya    terlepas    dari    semua    kekurangannya.    Kelemahan    dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya. Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang  dapat  tampak  sedih  dan  sangat  mengerikan,  kadang  pula  bisa  saja  sangat begitu menyenangkan dan bersahabat.

13. Gaya Kepemimpinan Birokratis. Gaya   kepemimpinan   birokratis   ini   dilukiskan   dengan   pernyataan   "Memimpin berdasarkan adanya  peraturan".  Perilaku  memimpin  yang  ditandai  dengan  adanya keketatan  pelaksanaan  suatu  prosedur  yang  telah  berlaku untuk  pemimpin  dan  anak buahnya.  Pemimpin  yang  birokratis,  secara  umum  akan  membuat  segala  keputusan tersebut berdasarkan dari aturan yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Adapun    beberapa   ciri    gaya    kepemimpinan    birokratis ialah   

  • Pimpinan    akan menentukan  segala  keputusan  yang  berhubungan  dengan  seluruh  pekerjaan  dan  akan memerintahkan   semua   bawahan   untuk   bisa   melaksanakannya,  
  • Pemimpin   akan menentukan  semua  standar   tentang   bagaimana  bawahan   akan  melakukan   tugas, Adanya  sanksi  yang  sangat jelas  kalau  seorang  bawahan  tidak bisa  menjalankan  tugas sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditentukan dalam penerapan gaya kepemimpinan seorang Ki Ageng Suryomentaram ini ialah menjadikan diriny selayaknya manusia yang memiliki rasa kemanusiaan, yang kembali lagi masih menggunakan Nemsa untuk kehidupan sehari-harinya baik dari sebuah kepemimpinan yang dia ajarkan atau untuk kehidupan pribadinya.

Ki Ageng memutuskan berlaku lemah lembut dalam menjadi seorang pemimpin dikarenakan dia memahami dan mengimplementasikan Nemsa at rumus yang dia buat ( 6-SA ) tersebut. Dan dilain gaya kepemimpinan yang ada di atas, Ki Ageng Suryomentaram menerapkan juga gaya kepemimpinan demokratis, humanis dan rasional. Sebab hal tersebut memiliki kaitannya dengan rumusan yang ia buat untuk "kebahagiaan" dalam penghidupannya.

Korupsi

Korupsi merupakan suatu bentuk ketidakjujuran atau tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang atau suatu organisasi yang dipercayakan dalam suatu jabatan kekuasaan atau seseorang, untuk memperoleh keuntungan yang tidak baik atau penyalahgunaan kekuasaan demi sebuah keuntungan dirinya sendiri. Korupsi dapat melibatkan banyak kegiatan yaitu  penyuapan, penjualan pengaruh dan penggelapan dan mungkin juga melibatkan praktik yang legal di banyak negara. Selain korupsi dibidang negara, adapula korupsi yang terjadi di bidang atau lingkungan mahasiswa yaitu ketidakmampuan seorang mahasiswa dalam memenejemn waktu perkulihannya dengan hal yang tak berkaitan dengan perkuliahan sehingga menyebabkan adanya pencurian waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar justru hal ini digunakan untuk misalkan bermain gawai tanpa membuat atau mengatur jadwal untuk menyelesaikan sebuah tugasnya.

Korupsi dan kejahatan adalah kejadian sosial endemik yang muncul karena adanya frekuensi reguler di hampir semua negara pada skala global dalam berbagai tingkat dan proporsi. Data terbaru menunjukkan korupsi sedang meningkat. Setiap negara mengalokasikan sumber daya domestik untuk pengendalian dan pengaturan korupsi dan pencegahan kejahatan. Strategi-strategi yang dilakukan dalam rangka melawan korupsi seringkali dirangkum dalam istilah anti-korupsi. Selain menjadi prakarsa global seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan juga memiliki target sasaran yang diharapkan dapat secara substansi untuk mengurangi korupsi dalam segala bentuknya.

Indikator penyebab korupsi terjadi dengan disampaikan Donald R Cressey dalam teori Fraud Tiangle. Teori Segitiga Kecurangan ini melihat potensi kecurangan yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk lingkungan sekitar. Menurut Cressey, ada tiga faktor yang membuat seseorang melakukan korupsi, yaitu:

  • Pressure (tekanan) Memiliki motivasi untuk melakukan tindakan korupsi karena adanya tekanan, salah satunya karena motif ekonomi. Namun, tekanan ini kadang tidak benar-benar ada, hanya pelaku saja yang berpikir kalau mereka merasa tertekan dan tergoda pada bayangan insentif.
  • Opportunity (kesempatan) Adanya kesempatan membuat seseorang tergiur untuk korupsi. Ini terjadi akibat dari lemahnya sistem pengawasan yang pada akhirnya menjerumuskan pelaku melakukan korupsi.
  • Rationalization (rasionalisasi) Para pelaku selalu memiliki rasionalisasi atau pembenaran untuk melakukan korupsi. Rasionalisasi ini ternyata dapat menipiskan rasa bersalah yang dimiliki pelaku dan merasa dirinya tidak mendapatkan keadilan. Sebagai contoh "saya korupsi karena tidak digaji dengan layak". Sebagaimana yang diutarakan Cressey, korupsi terjadi kalau ada kesempatan melakukannya. Tak heran, jika banyak yang melakukan tindakan culas tersebut.

Pemberantasan korupsi tentunya membutuhkan kesamaan persepsi atau pemahaman sehingga pemberantasannya bisa dilakukan dengan tepat dan terarah. berikut merupakan, Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi, yakni:

  • Sula Penindakan, strategi KPK dalam menindaklanjuti koruptor dan membawanya ke meja hijau, membacakan tuntutan dengan menghadirkan saksi dan alat bukti yang nantinya bisa digunakan untuk menguatkan perbuatan yang dilakukan.
  • Sula Pencegahan, perbaikan pada sistem sehingga dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Beberapa perbaikannya seperti pelayanan publik yang dibuat transparan, penataan layanan publik lewat koordinasi dan korsupgah (supervisi pencegahan), dan lainnya.
  • Sula Pendidikan, digalakkan dengan kampanye dan edukasi yang bertujuan untuk menyamakan pemahaman masyarakat terkait tindakan korupsi dan memeranginya bersama.
  • Korupsi tanpa disadari ternyata sering dilakukan di lingkungan sekitar. Untuk itu, sebagai warga negara yang menjunjung tinggi integritas, kita harus memberantasnya dan supaya lebih mudah mengetahui orang yang melakukan korupsi maka harus tahu ciri-ciri korupsi terlebih dahulu.

Adapun persepsi masyarakat dalam tingkat korupsi di suatu negara, terutama yang berkaitan dengan hal keuangan yang memiliki dampat tersendiri untuk kesejahteraan rakyat indonesia. Adapun hal yang mendukung munculnya korupsi :

  • Ketidak adanya atau kurangnya transparasi  dalam pengambilan keputusan pemerintah
  • Lemahnya ketertiban hukum atau lembaga hukum, yang dimana menajamkan rakyat menengahkebawah dan menumpulkan rakyat menengah ke atas
  • Lingkungan yang tertutup yang memiliki kepentingan diri sendiri tanpa melihat kepentingan negara
  • Memiliki proyek yang menggunakan uang rakyat dalam jumlah yang tidak sedikit
  • Kurangnya kebebasan berpendapat di semua media
  • Tidak adanya kontrol yang terjadi untuk mencegah kegiatan korupsi
  • Ketidaksanggupannya seseorang dalam mejalani sebuah amanah
  • Tidak memiliki etika kepegawaian

berikut saya cantumkan beberapa sumber materi yang telah saya gunakan dalam pembahasan mengenai Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dalam Mencegah Terjadinya Korupsi.

jurnal " KORUPSI DI INDONESIA (Penyebab, Bahaya, Hambatan dan Upaya Pemberantasan, Serta Regulasi) " karya Wicipto Setiadi ( 234-822-1-PB.pdf )

jurnal " AJARAN KAWRUH JIWA DARI KI AGENG SURYOMENTARAM DAN RELEVANSINYA DALAM PRAKTIK KONSELING  " karya Sherrin Nurlita Widya  ( 2867-4898-1-SM.pdf  )

jurnal " KAWRUH JIWA SURYOMENTARAM: KONSEP EMIK ATAU ETIK?   " karya Nilam Widyarini   ( 7496-13250-1-SM.pdf   )

jurnal " Peran Gaya Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Dalam Pencegahan Tindak Korupsi di Sekolah Menengah Pertama    " karya Satrio Devan Nugroho dan Ilham Fahmi  ( 2416-Article Text-6437-1-10-20220911.pdf   )

jurnal " Ki Ageng Suryomentaram: Filsuf Jawa Penggagas “Kawruh Jiwa” " karya Gilang Tahes Pratama (https://diskursusinstitute.org/2021/06/11/ki-ageng-suryomentaram-filsuf-jawa-penggagas-kawruh-jiwa/)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun