Mohon tunggu...
Indra Wardhana
Indra Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Managing Director

Bertanggung jawab terhadap pengembangan usaha bisnis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kritik terhadap Politikus Indonesia ! (Otto Von Bismarck)

17 Desember 2024   10:57 Diperbarui: 17 Desember 2024   11:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.1 Menggunakan Krisis untuk Memperkuat Kekuasaan

Jokowi sering kali memanfaatkan situasi krisis untuk memperkuat cengkeramannya pada kekuasaan. Misalnya, dalam menghadapi demonstrasi dan kritik, ia cenderung mengeluarkan kebijakan yang lebih represif, seperti pembatasan kebebasan berpendapat. Taktik ini menunjukkan bahwa ia lebih memilih untuk meredam ketidakpuasan daripada mendengarkan suara rakyat.

2.2 Mengabaikan Masukan dari Ahli

Meskipun seharusnya seorang pemimpin terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak, Jokowi sering kali mengabaikan saran dari ahli dan masyarakat sipil. Dengan cara ini, ia menciptakan ilusi bahwa kebijakan yang diambil adalah hasil dari pertimbangan yang matang, padahal sebenarnya merupakan keputusan sepihak yang tidak mempertimbangkan masukan dari pihak lain.

3. Pendekatan terhadap Minoritas: Manipulasi Narasi

3.1 Menjaga Stabilitas dengan Mengorbankan Hak-Hak

Jokowi sering kali menggunakan retorika stabilitas untuk membenarkan kebijakan yang merugikan minoritas. Dalam menghadapi isu-isu yang melibatkan hak asasi manusia, ia cenderung menekankan pentingnya keamanan dan ketertiban, sementara mengabaikan kebutuhan dialog dan perlindungan hak-hak kelompok yang terpinggirkan. Ini adalah contoh manipulasi narasi yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan.

3.2 Kunjungan Simbolis

Kegiatan blusukan Jokowi sering kali dipandang sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan rakyat. Namun, banyak yang berpendapat bahwa kunjungan tersebut bersifat simbolis dan tidak diikuti dengan tindakan nyata. Ini menciptakan kesan bahwa ia peduli, padahal sebenarnya hanya mencari legitimasi politik.

4. Kebijakan Lingkungan: Taktik Licik dalam Pembangunan

4.1 Mengorbankan Lingkungan untuk Proyek Infrastruktur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun