Booming Nikel di Indonesia –
Nikel dan transisi energi global
Oleh Indra Wardhana
Seiring berkembangnya industri kendaraan listrik dan meningkatnya permintaan manufaktur baterai, nikel semakin dipandang sebagai logam strategis dan diperkirakan akan memainkan peran penting dalam transisi energi di masa depan.
*Sejarah Nikel di Indonesia
- Industri pertambangan nikel di Indonesia dapat ditelusuri kembali ke tahun 1901, dan saat ini cadangan nikelnya menduduki peringkat pertama di dunia.
- Lanskap peraturan untuk industri pertambangan telah membaik akhir-akhir ini, termasuk penyederhanaan prosedur perizinan, namun permasalahan LST masih perlu ditangani lebih lanjut.
- Larangan ekspor bijih nikel mentah yang komprehensif akan terus diberlakukan, sehingga memerlukan peningkatan investasi pada fasilitas pemrosesan dan pemurnian bijih nikel dalam negeri di Indonesia.
- Saat ini, investasi asing sebagian besar terkonsentrasi pada rantai pasokan pertambangan hulu, namun pemerintah Indonesia bermaksud untuk mendorong pengembangan kemampuan pengolahan dan manufaktur hilir.
- Tiongkok telah berinvestasi dalam proyek pengilangan berskala besar senilai miliaran dolar di Indonesia, dan Indonesia memainkan peran yang semakin penting dalam rantai pasokan nikel Tiongkok.
- Fasilitas produksi terinte*grasi merupakan kunci bagi Indonesia untuk mencapai tujuan hilirnya dan mengembangkan industri kendaraan listrik berbasis nikel. Misalnya, pemerintah Indonesia dan konsorsium yang dipimpin oleh LG dan Hyundai Group berencana untuk berinvestasi sebesar US$1,1 miliar untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Indonesia.
- Dana hampir US$10 miliar akan digunakan untuk membangun pabrik produksi baterai dalam negeri di Indonesia guna meningkatkan daya tarik Indonesia di mata perusahaan EV ternama.
- Sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang Pengurangan Inflasi AS, Indonesia berupaya untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas terbatas AS-Indonesia untuk memasuki pasar kendaraan listrik AS.
Meskipun nikel masih digunakan sebagai bahan tambahan paduan penting dalam produksi baja tahan karat, nikel telah menjadi komponen kunci baterai lithium-ion EV. Aplikasi “ramah lingkungan” lainnya untuk nikel mencakup penyimpanan energi, hidrogen, angin, dan tenaga surya terkonsentrasi. Oleh karena itu, produksi dan pasokan nikel akan berdampak besar pada transisi energi ramah lingkungan dan industri energi masa depan. Nikel, bersama dengan litium dan unsur tanah jarang tertentu, penting bagi teknologi energi dan memiliki risiko pasokan yang tinggi dalam jangka menengah (2025-2035). Hal ini berdasarkan Laporan Penilaian Bahan Kritis tahun 2023 yang dirilis oleh Departemen Energi AS, yang menilai posisi kritis bahan dalam rantai pasokan teknologi energi ramah lingkungan global.
Indonesia dan Australia memiliki cadangan nikel tertinggi di dunia, mencapai 21 juta ton (seperlima cadangan global). Pada tahun 2022 saja, Indonesia memproduksi 1,6 juta ton nikel, 10 kali lipat dari Australia, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan cadangan nikel terkaya dan produsen nikel terbesar di dunia. Oleh karena itu, pada tahun 2022 saja, ekspor nikel olahan Indonesia akan mencapai sekitar US$30 miliar, meningkat secara eksponensial dari hanya US$1 miliar pada tahun 2015.
Industri nikel Indonesia telah memainkan peran penting dalam industri baterai dan kendaraan listrik global dan kemungkinan besar akan terus memainkan peran tersebut. Dengan latar belakang tersebut, artikel ini bertujuan untuk membahas perkembangan terkini dalam industri nikel Indonesia dan beberapa permasalahan utama yang dihadapi industri ini dalam beradaptasi terhadap tantangan lingkungan perekonomian, industri dan peraturan yang berubah dengan cepat.
*Indonesia dan industri nikelnya*
Sejak ditemukannya bijih nikel di Gunung Vibek, Sulawesi pada tahun 1901, industri nikel di Indonesia berada dalam tren yang meningkat, dengan sebagian besar tambang berlokasi di provinsi bagian timur, terutama di Maluku dan Sulawesi.