Namun kuliah secara intensif di ASRI hanya dilakoninya selama setahun. Selebihnya dia "ngambang" antara menjadi mahasiswa dan menjadi seniman lukis komik. Waktunya pun lebih banyak dihabiskan untuk menggambar komik. Puncaknya adalah pada tahun 1969, ketika dia melahirkan komik Gundala yang sukses di pasaran. Nama Hasmi pun meroket. Maka, Hasmi memilih untuk drop-out dari ASRI. Mantap dengan pilihannya: menjadi pelukis komik.
Di tengah kesibukannya melukis komik, niatnya untuk kembali kuliah pun "kambuh". Pada 1971 Hasmi kuliah lagi di Akademi Bahasa Asing (ABA) Yogyakarta, jurusan Bahasa Inggris. Dia lulus pada tahun 1974. Jangan kaget jika dia bisa cas-cis-cus berbahasa Inggris.
Gundala Jatuh Cinta
Dengan karya seri Gundala sebanyak 23 judul yang diciptakan antara tahun 1969 -1982, Hasmi telah menorehkan fenomena yang terus diingat penggemarnya. Seluruh karya Hasmi itu akan diterbitkan ulang oleh Bumi Langit.
"Tapi untuk seri The Trouble dan Bentrok Jago-jago Dunia tidak bisa karena berkaitan dengan hak cipta," kata Hasmi,  di rumahnya yang sederhana di sebuah gang di  Karangwaru, Jalan Magelang Km 4 Yogyakarta. Maklum dalam dua judul itu, Gundala dikisahkan bertemu dengan Superman, Batman, dan superhero dunia lainnya (Suara Merdeka 21 Juli 2005).
Ada pengalaman menarik ketika Hasmi  kuliah di ABA. Saat itu, Hasmi membuat komik episode Gundala Jatuh Cinta. Ceritanya mencerminkan kisah hidupnya dalam memburu cinta seorang gadis.Â
Dengan sangat lancar Hasmi menuturkan pengalaman romantiknya itu. Dikisahkan Sancaka (Gundala) jatuh cinta pada Cakti mahasiswi semester 2 ABA, anak kost, asal Pasuruan Jatim. Namun Cakti menolak cintanya, sehingga Sancaka patah hati dan limbung.
Lama membujang,  Hasmi baru  menemukan jodohnya saat usianya mencapai 53 tahun.  Dia menikahi Mujiyati. Pernikahan itu dikaruniai dua  anak: Ainun Anggita Mukti dan Batari Sekar Dewangga.
Pilih "Tak Kaya"
Soal dokumentasi karya-karyanya (gambar aseli komik), Hasmi mengatakan dia tidak memilikinya. "Dulu belum ada foto kopi atau sistem penggandaaan lainnya. Waktu itu, yang saya kirim adalah gambar aslinya. Setelah gambar-gambar komik itu diubah menjadi film dan seng plat lalu dicetak, ya langsung dibuang oleh bagian percetakan. Sayang sekali," ujar Hasmi dengan wajah menyesal.
Celakanya, Hasmi pun tidak menyimpan komik-komik ciptaanya dalam bentuk cetakan. "Dulu ya punya, tapi sekarang ada di mana, saya tidak tahu. Pada tahun 1990-an saya pindah dari Kemetiran ke Karangwaru. Mungkin komik-komik saya tercecer entah di mana..." kembali dia menyesal.