Mohon tunggu...
Indrasalam17
Indrasalam17 Mohon Tunggu... Guru - Guru /Institut Teknologi bisnis dan kesehatan muhammadiyah tulungagung

Seorang pendidik yang fokus pada bidang Science dan Kimia. Semoga Bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intip Keseruan PPG Prajabatan 2023: Calon Guru Profesional Dibekali Nilai-nilai Kebhinekaan Melalui Program Wawasan Kebhinekaan Global

12 Januari 2024   17:50 Diperbarui: 12 Januari 2024   17:58 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi penulis

Dokumentasi Permainan Ular Tangga Kebhinekaan
Dokumentasi Permainan Ular Tangga Kebhinekaan

4. Pemainan Tradisional Boy-boyan

Boy-boyan merupakan permainan tradisional yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Sebenarnya, permainan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Misalnya, di daerah Pati, Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Di daerah Sunda, ada yang menyebutnya boy-boyan, ada juga yang  menyebutnya Babancakan. Dan di beberapa daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, karena katanya suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota badan dari pemain akan menimbulkan suara "Gebok". Walaupun memiliki sebutan yang berbeda-beda, pada intinya permainan boy- boyan ini adalah sama, hal inilah yang menjadikan ciri khas kebhinekaan bangsa Indonesia. Permainan tradisional dari Jawa Barat ini memadukan kerja motorik anak dan juga mengasah kemampuan membuat strategi. Permainan boy-boyan biasanya dimainkan oleh minimal dua orang atau dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-10 pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dilakukan di lapangan yang cukup luas

Permainan boy-boyan adalah permainan merobohkan susunan pecahan genteng atau gerabah, pecahan asbes, potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu, dan sebagainya yang disusun dengan menggunakan bola. Kemudian kelompok yang berjaga harus menyusunnya kembali. Namun mereka harus hati-hati, karena tim lain akan berusaha menggagalkannya dengan melempar bola. Uniknya dari permainan ini adalah peraturan dalam membawa bola. Kelompok yang jaga berusaha melempar bola untuk mengenai kelompok bermain. Tetapi bukan dengan membawa lari bola, lalu melemparkannya mengenai tubuh lawan, melainkan bola harus dioperkan kepada anggota kelompoknya sambil berusaha mengejar dan melemparkan bola. Apabila mereka berhasil menyusun pecahan genting tersebut, mereka berteriak 'Boi-boi', yang artinya mereka memenangkan permainan.

Permainan tradisional boy-boyan ini memang sederhana. Tetapi dibalik kesederhanaan itu terkandung nilai-nilai kebhinekaan bangsa Indonesia, pada permainan ini kita diajarkan untuk bekerja sama dalam satu tim, yaitu berusaha untuk melindungi kawan supaya tidak terkena lemparan bola lawan. Di sisi lain, permainan ini juga melatih konsentrasi. Konsentrasi diperlukan ketika hendak melempar bola agar tepat mengenai tumpukan genteng dan dapat merobohkannya. Permainan boy-boyan juga memerlukan ketepatan dan kecepatan ketika harus menghindari lemparan bola lawan dan menyusun kembali genteng yang berserakan. Permainan ini memiliki nilai tinggi dalam menjunjung sportivitas. Karakter positif lain yang dapat diambil dari permainan ini yaitu kewaspadaan, kegesitan, serta kehati-hatian dalam mengambil tindakan. Sebagai permainan tim, boy-boyan juga mengajarkan nilai-nilai gotong royong, kebersamaan dan kerja sama. Sebagaimana tampak pada gambar di bawah ini.

dokpri
dokpri

Topik 5

Topik 5 menuntun mahasiswa calon guru profesional untuk mempelajari sekolahku yang damai. Kegiatan yang dilakukan mahasiswa pada topik ini yakni bermain kartu. Kartu-kartu tersebut berisikan tentang berbagai jenis ancaman dan kapasitas yang mungkin terjadi di sekolah. Mahasiswa secara bergilir diminta untuk mengambil kartu sesuai dengan aturan yang telah diberikan. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk merefleksikan topik yang telah dipelajari.

Berdasarkan games yang telah dimainkan, untuk mengurangi resiko yang muncul di sekolah, maka perlu diimbangi dengan menambah kapasitas. Apabila ancaman yang diberikan banyak, maka resiko yang terjadi juga akan besar. Dampaknya, sekolah akan menjadi bermasalah. Oleh karena itu, untuk menciptakan lingkungan sekolah yang damai, maka perlu dikembangkan berbagai kegiatan yang bersifat positif, seperti memperbanyak poster terkait perdamaian dan anti kekerasan, HAM, serta proses pembelajaran yang senantiasa melibatkan gotong royong dan toleransi. Calp (2020) dalam artikelnya yang berjudul "Peaceful and Happy Schools: How To Build Positive Learning Environments" menjelaskan bahwa sekolah sebagai tempat peserta didik belajar haruslah memiliki lingkungan yang damai dan menyenangkan. Hal ini seperti penuh dengan kasih sayang, kejujuran, keteguhan hati, empati dan kebaikan dalam atmosfer sekolah yang damai.

Melalui atmosfer positif dalam lingkungan sekolah, maka akan memberikan kenyamanan kepada peserta didik, sehingga pencapaian tujuan pembelajaran dapat berlangsung dengan intensif. Hal ini akan membantu mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Selain itu, juga memberikan contoh kepada peserta didik terkait nilai-nilai kebhinekaan untuk meraih Indonesia yang dipenuhi dengan generasi yang berkualitas secara akademis dan moral.

Menurut Alfin Ardiansyah, selaku mahasiswa PPG Prajabatan dari kelas IPA 01, kegiatan yang dilaksanakan selama WKG ini sangat menyenangkan dan mampu mengembangkan kreativitas kami. Saya bersama kelompok merancang game yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, namun game ini juga dapat menanamkan nilai-nilai kebhinekaan kepada peserta didik. Game yang kami aplikasikan di kelas yakni permainan tradisional Ular Naga. Nilai kebhinekaan yang terkandung di dalamnya yakni nilai gotong royong, yang mana kita dapat memainkan game ini dengan seluruh anggota kelas tanpa memandang agama, ras, suku, dan warna kulit dari teman-teman kami. Kegiatan selama WKG juga memberikan pembelajaran kepada kami sebagai calon guru profesional, tentang pengelolaan kelas dan esensi dari pembelajaran sendiri, yakni tidak hanya transfer knowledge, melainkan juga perlunya menanamkan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi masa depan melalui proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun