Sepeninggal Sun Yat Sen di tahun 1925, kepemimpinan Kuomintang beralih kepada Jenderal Chiang Kai-Shek. Berbeda dari pendahulunya, Chiang Kai-Shek adalah tipikal pemimpin bertangan besi. Bahkan, oleh lawan politiknya, Chiang Kai-Shek dipandang sebagai "diktator yang brutal"
Â
Pada 1947, Chiang Kai-Shek mengejutkan dunia ketika dia mempublikasikan peta Republik China dengan eleven-dash line atau sebelas garis putus-putus. Peta itu mencakup Kepulauan Nansha (Spratly) dan Kepulauan Xisha (Paracel) yang diperebutkan oleh sejumlah negara.
Â
Menurut catatan sejarah, Chiang Kai-Shek sendirilah yang menggambar peta China dengan eleven dash line. Dia banyak berpatokan pada sejarah China, termasuk peta ketika Dinasti Qing berkuasa.
Â
Namun, sama halnya dengan dinasti, kekuasaan Chiang Kai-Shek di China juga harus berakhir. Tragisnya, itu berakhir dengan cara yang sama. Chiang Kai-Shek digulingkan oleh Mao Zedong, Pemimpin Partai Komunis China.
Â
Terdesak oleh Partai Komunis China, Chiang Kai-Shek membawa gerbong Kuomintang ke Pulau Formosa. Di pulau itu, Chiang Kai-Sek mendirikan lagi pemerintahan Republik China yang saat ini dikenal sebagai Taiwan.
Â
Sementara itu, Mao Zedong kemudian memproklamasikan berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober 1949. Mao, bersama Partai Komunisnya membawa sejumlah perubahan bagi China, termasuk soal garis batas wilayah.