Si konsumen mungkin lupa bahwa di atas langit masih ada langit. Dirinya mungkin merasa membeli gadget keluaran terbaru membuat status sosialnya lebih tinggi padahal diluar sana ada yang tiap bulan gonta ganti gadget keluaran terbaru.Â
Sangat disayangkan ada tindakan kurang enak oleh si pembeli kepada staf toko. Saya teringat pengalaman dulu menjadi sales counter. Ada saja menemukan karakter pembeli seperti ini. Menganggap sales beruntung mendapatkan pembeli seperti dirinya sehingga sales perlu memberikan pelayanan terbaik untuknya.Â
Padahal ada sales yang juga memiliki gadget seperti dirinya atau bahkan jika si konsumen mau merenung sedikit. Dirinya baru beli 1 gadget terbaru sudah sombong maka pemilik toko yang memiliki ratusan gadget otomatis jauh lebih kaya dibandingkan si pembeli. Kehilangan 1 customer seperti ini bukanlah suatu masalah besar.Â
***
Pembeli adalah raja, sebuah upaya menempatkan pembeli sebagai sosok penting. Mengingat ketika konsumen nyaman dan senang mendapatkan pelayanan terbaik maka dirinya mungkin akan jadi pelanggan setia atau mempromosikan kepada orang sekitar.Â
Sayang istilah ini kerap disalahgunakan oleh beberapa pembeli/pelanggan. Mereka merasa super power, sombong dan bersikap semena-mena terhadap pelayan atau yang melayani dirinya. Saya sangat menyayangkan beberapa kasus yang menunjukan fenomena sosial ini.Â
Berkaca pada sebuah tulisan inspiratif di salah satu tempat makan dimana harus mengutamakan sikap saling menghargai seakan menempatkan pembeli dan penjual dalam posisi sama. Pada kondisi ini akan terjalin hubungan saling menguntungkan ibarat mutualisme dibandingkan komensalisme yang menguntungkan salah satu pihak.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H