Sobat Kompasiana apakah pernah mendengar istilah Bulimia Nervosa?Â
Saya baru mengetahui Bulimia saat awal kuliah. Ada seorang teman wanita semasa kuliah yang menerapkan Bumilia.Â
Teman kuliah seangkatan memang mengidamkan tubuh proporsional. Sudah banyak cara dilakukan seperti olahraga, diet hingga minum obat pelangsing. Namun cara-cara ini tidak berhasil.Â
Entah kenapa dirinya melakukan Bulimia sebagai cara menurunkan berat badan. Merunjuk pada salah satu situs kesehatan Bulimia Nervosa atau disederhanakan dengan Bulimia merupakan aktivitas yang mengganggu kesehatan
Bulimia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan kecenderungan untuk memuntahkan kembali makanan yang telah dimakannya. Bulimia adalah gangguan mental yang berbahaya dan berpotensi mengancam nyawaÂ
Saya melihat sendiri ketika selesai makan, teman saya ini buru-buru ke kamar mandi atau ke lokasi sepi untuk memuntahkan kembali isi makanan yang baru disantap.Â
Menjijikkan? Saya pun merasakan hal sama namun teman saya ini mengatakan cara ini membuat dirinya mensugesti pikiran bahwa ia sudah kenyang namun makanan tidak tercerna dalam perut.Â
Alhasil ia bisa diet namun disisi lain sempat merasakan nikmatnya menyantap makanan kesukaan walau hanya sesaat.Â
Nyatanya kasus ini bukan hanya dialami teman saya. Saya sempat membaca artikel bahwa kasus Bulimia banyak ditemukan di sekitar kita. Salah satu situs bahkan menerangkan bahwa Indonesia peringkat ke-4 negara dengan gangguan makan terbesar di dunia (Sumber Klik Disini).Â
Amy Winehouse, penyanyi asal Inggris yang meninggal pada Juli 2011 diduga disebabkan oleh Bulimia. Hal mencengangkan ternyata Amy telah menerapkan Bulimia sejak usia 17 tahun. Inilah yang membuat tubuhnya menjadi lemah (Selengkapnya Klik Disini).Â
Tentu ada keprihatinan bagi saya sendiri dimana diluar sana banyak orang kekurangan gizi karena tidak mampu membeli panganan yang sehat. Banyak orang mati karena kelaparan dan bahkan sebuah roti bisa menjadi makanan yang lezat bagi mereka.Â
Sejatinya penderita Bulimia umumnya adalah orang yang tergolong sejahtera karena masih mampu makan layaknya masyarakat normal. Atau bahkan bisa merasakan makanan yang dianggap mahal seperti daging.Â
Ironisnya mereka hanya ingin merasakan sesaat rasa kenyang dan nikmatnya makanan. Mereka memilih memuntahkan kembali hanya untuk "menjaga penampilan dan tubuh".
Pandangan ini sepatutnya perlu dirubah. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan untuk merubah kebiasaan Bulimia. Apa saja itu?Â
# Tubuh Proporsional Bukan Standar Kecantikan Baku
Masih ada stigma khususnya di kalangan wanita bahwa tubuh proporsional atau langsing adalah standar kecantikan baku.Â
Bagi mereka bertubuh gemuk atau tidak langsing terkesan tidak menarik dan susah menemukan jodoh.Â
Mindset inilah yang harus diubah. Ada istilah "inner beauty is more important than outer beauty"
Saya sangat setuju istilah ini. Nyatanya kecantikan dalam hati jauh lebih menarik.Â
Di atas hanyalah sebuah ilustrasi sederhana. Secara penampilan, wanita ini terkesan tidak langsing, putih mulus dan seksi. Namun justru tindakannya yang memberi makan hewan disekitarnya menunjukan si wanita memiliki hati baik, penyayang dan tulus.Â
Kecantikan si wanita justru terlihat dan membuat saya ataupun yang melihat terkagum. Justru orang yang berpenampilan biasa memiliki karakter yang baik dan berusaha memberikan manfaat bagi siapapun di sekitarnya.Â
Bentuk tubuh bukanlah patokan bagi wanita agar terlihat cantik. Di Negara Tonga, wanita dengan tubuh gemuk justru dianggap cantik dan menawan. Di Myanmar, wanita cantik justru mereka yang memiliki leher panjang.Â
Disini kita paham bahwa tidak semua orang atau pria memiliki penilaian yang sama terhadap cantik atau tidaknya seorang wanita. Artinya cantik itu subyektif. Justru lebih banyak orang tertarik pada orang yang memiliki inner beauty dibandingkan mereka yang langsing namun memiliki perilaku buruk.Â
# Pahami Kesengsaraan Orang Lain
Mungkin penderita Bulimia belum memiliki rasa syukur terhadap rejeki dan nikmatnya makanan yang diterima. Mereka perlu berkaca pada masyarakat di benua Afrika yang berjuang keras hanya untuk bisa makan.Â
Saya pernah membaca kisah sedih dimana seorang ibu yang berbohong pada anaknya bahwa ia tengah memasak bubur. Padahal yang ia masak hanyalah air dengan batu di dalamnya. Tujuannya agar si anak lelah menunggu dan akhirnya tertidur sehingga lupa untuk makan.Â
Kisah kelaparan yang menimpa saudara-saudara kita di Benua Afrika ataupun negara berkembang lainnya bisa jadi introspeksi diri bahwa kita jauh lebih beruntung daripada mereka.Â
Tindakan Bulimia sungguh tindakan yang tidak berempati terhadap saudara-saudara kita yang untuk makan saja harus berjuang keras. Ketika kita sudah instrospeksi diri, mungkin kita lebih bersyukur dan menghilangkan tindakan Bulimia.Â
# Bulimia Menyiksa Tubuh
Bulimia ibarat menipu pikiran perut. Disaat pikiran merasa kenyang dan perut sudah terasa jenuh justru makanan dikeluarkan kembali secara sengaja.Â
Padahal sejak kecil kita tahu bahwa tubuh butuh nutrisi dan asupan gizi yang cukup. Ketika makanan tidak dicerna dan diserap tubuh maka tubuh akan lemas dan berpotensi mengancam kesehatan.Â
Kisah Gemma Walker dapat menjadi contoh dimana akibat tindakan Bulimia dalam jangka panjang mengancam nyawanya. Orang tuanya bahkan melarikan dirinya ke rumah sakit karena khawatir tubuh Gemma Walker yang sering terkena penyakit (Sumber Klik Disini).Â
Untuk apa menyiksa tubuh jika ujungnya kita menjadi sakit, kurus, tubuh terlihat tidak segar dan bahkan merenggut nyawa kita. Maksud hati ingin dipuji memiliki tubuh ideal dengan Bulimia justru berujung petaka karena kita jadi mudah terkena penyakit.Â
# Tubuh Ideal Dapat Dilakukan Dengan Cara Lain
Memiliki tubuh ideal dan sehat tidak perlu harus melalukan diet ekstra ketat serta Bulimia. Nyatanya kita hanya perlu mengatur kalori makanan dengan menyeimbangkan rutinitas kita.Â
Seorang sahabat saya yang sudah tidak bertemu sekitar 4 tahun. Saya kaget melihat perubahan dirinya. Dulu ukuran tubuhnya termasuk gemuk namun saat bertemu, ia bertubuh langsing.Â
Ketika ditanya kiatnya, ia hanya mengurangi porsi makanan, lebih memilih makan nasi merah dibandingkan nasi putih serta memperbanyak serat sayur dan buah-buahan.
Saya yang melihatnya kini percaya bahwa sebenarnya banyak cara untuk memiliki tubuh ideal. Kita bisa mengurangi porsi makanan seperti biasanya nasi penuh di piring kini dikurangi jadi setengah dan digantikan dengan sayur.Â
Jika hobi makan malam bisa dirubah dengan mengkonsumsi makan buah-buahan untuk mengganjal perut lapar saat malam. Â Tindakan ini membuat badan lebih sehat karena nutrisi tercukupi dan badan pun tetap terjaga.Â
***
Ada keprihatinan dimana di Hari Gizi Nasional ini justru ada pihak yang sengaja "menjauhkan diri" dari asupan gizi. Kasus Bulimia yang diderita oleh sebagian orang bisa menjadi bukti bahwa ada perilaku salah dalam menjaga pola makan.Â
Menjadi langsing memang bisa menambah kepercayaan diri seorang wanita namun bukan berarti mereka melakukan tindakan salah yang justru mengancam kesehatan dan nyawa mereka sendiri.Â
Tetaplah menjadi sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi. Kita patut bersyukur masih diberi rejeki untuk mengkonsumsi makanan secara normal dan kesehatan yang baik. Diluar sana banyak orang tidak seberuntung kita.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H