Setelah saya kroscek karya yang masuk, nyatanya penulis pantun sangat sedikit bahkan tidak sampai 5 pantun yang ikut. Ini semakin menambah kesan pantun masih sepi peminat.Â
Tantangan 2 : Minimnya Pujangga Pantun
Berbeda dengan karya prosa lainnya seperti puisi, pantun memang minim sosok yang memberikan perhatian terhadap sastra ini.Â
Kita pasti mengenal sosok Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri ataupun W. S Rendra. Mereka telah dikenal sebagai pujangga puisi dengan karya inspirasi dan bahkan membekas di pembaca.Â
Namun ketika saya tanya siapa pujangga pantun? Pasti kita berpikir keras untuk menyebutkan.Â
Jika itu ditanyakan ke diri saya sendiri, saya hanya bisa menjawab Pelawak Bang Sapri. Melalui salah satu acaranya di TV Nasional, Bang Sapri sering memberikan pantun jenak dengan ciri khas, "Hey, Penonton! " kemudian muncul respon "Cakep" saat melontarkan kalimat pantun.Â
Minimnya pujangga pantun membuat perkembangan pantun terasa stagnan. Jika sastrawan berlomba-lomba menghasilkan karya seperti buku cerpen, novel, antologi puisi namun berbanding terbalik dengan pantun.
Hingga saat ini saya belum menemukan karya pantun dari pujangga tertentu di toko buku. Umumnya yang ada hanya sekedar buku kumpulan pantun sehari-hari.Â
Tantangan 3 : Karya Yang Anonim
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahuku
Bersenang-senang kemudian
Kita pasti tahu pantun legendaris ini namun ketika ditanya siapa pemilik pantun ini? Saya yakin kita tidak tahu siapa penutur pertama sehingga terkesan karya anonim.Â