Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pantun dan Seberapa Besar Usaha Kita Melestarikannya

24 Januari 2022   10:28 Diperbarui: 24 Januari 2022   10:31 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Berpantun Di Salah Satu Upacara Pernikahan | Sumber Situs RRI

Setelah saya kroscek karya yang masuk, nyatanya penulis pantun sangat sedikit bahkan tidak sampai 5 pantun yang ikut. Ini semakin menambah kesan pantun masih sepi peminat. 

Tantangan 2 : Minimnya Pujangga Pantun

Berbeda dengan karya prosa lainnya seperti puisi, pantun memang minim sosok yang memberikan perhatian terhadap sastra ini. 

Kita pasti mengenal sosok Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri ataupun W. S Rendra. Mereka telah dikenal sebagai pujangga puisi dengan karya inspirasi dan bahkan membekas di pembaca. 

Namun ketika saya tanya siapa pujangga pantun? Pasti kita berpikir keras untuk menyebutkan. 

Jika itu ditanyakan ke diri saya sendiri, saya hanya bisa menjawab Pelawak Bang Sapri. Melalui salah satu acaranya di TV Nasional, Bang Sapri sering memberikan pantun jenak dengan ciri khas, "Hey, Penonton! " kemudian muncul respon "Cakep" saat melontarkan kalimat pantun. 

Minimnya pujangga pantun membuat perkembangan pantun terasa stagnan. Jika sastrawan berlomba-lomba menghasilkan karya seperti buku cerpen, novel, antologi puisi namun berbanding terbalik dengan pantun.

Hingga saat ini saya belum menemukan karya pantun dari pujangga tertentu di toko buku. Umumnya yang ada hanya sekedar buku kumpulan pantun sehari-hari. 

Tantangan 3 : Karya Yang Anonim

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahuku
Bersenang-senang kemudian

Kita pasti tahu pantun legendaris ini namun ketika ditanya siapa pemilik pantun ini? Saya yakin kita tidak tahu siapa penutur pertama sehingga terkesan karya anonim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun