Berdasarkan beberapa literatur yang saya baca, pantun merupakan bagian dari sastra lisan maupun tulisan yang mengakar kuat bagi masyarakat nusantara.Â
Ada yang menuliskan telah menjadi bagian dari masyarakat melayu namun ada juga yang mengatakan Pantun berasal dari bahasa Minangkabau yang berupa "panuntun" atau diistilahkan ke bahasa Indonesia sebagai penuntun.Â
Di atas adalah bagian kecil dimana pantun telah menjadi tradisi budaya dalam masyarakat khusus. Artinya budaya pantun telah menyebar dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat nusantara.Â
Bagi yang tinggal di sekitar Jabodetabek, kita pasti familiar dengan tradisi Palang Pintu oleh masyarakat Betawi. Tradisi ini yaitu adu berbalas pantun dari perwakilan mempelai laki-laki dan perempuan.Â
Disini pantun dijadikan media untuk meyakinkan kepada keluarga mempelai perempuan tentang keseriusan dari mempelai laki-laki serta penyampaian keinginan atau syarat dari keluarga mempelai perempuan kepada keluarga mempelai laki-laki. Tentu tradisi balas pantun ini di dikemas menarik, lucu dan sarat pesan.Â
Meski sudah bagian dari budaya kita namun bukan berarti tradisi berpantun terbebas dari tantangan dan peluang terlupakan dikemudian hari. Setidaknya saya melihat ada beberapa tantangan yang harus siap diantisipasi?Â
Tantangan 1 : Stigma Pantun Itu Kuno
Tidak dipungkiri masih ada stigma ini di kalangan generasi muda saat ini. Saya pernah iseng meminta sepupu yang masih usia sekolah untuk membuat pantun singkat. Responnya bikin kaget, duh bikin pantun itu susah dan bikin pusing.Â
Muncul stigma di kalangan generasi muda, pantun itu terkesan kuno dan kaku. Ini karena syarat pantun dengan struktur khusus membuat orang merasa kesulitan menemukan kata yang pas untuk membuat pantun.Â
Disisi lain pantun sarat dianggap kuno karena penuntur pantun biasanya dari kalangan orang dewasa atau orang tua. Isi pantun yang cenderung berupa nasihat, nilai-nilai agama, pantun adat hingga bermakna peribahasa dianggap lebih cocok untuk orang tua.Â
Saya senang ketika dalam satu event, Kompasiana mengadakan lomba membuat pantun sebagai bagian dari event tersebut.