Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kesalahan Dasar Anak Training yang Bikin Karir Tamat

2 Oktober 2021   10:59 Diperbarui: 1 November 2021   02:29 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak training | Sumber: pexels.com/id-id/@fauxels 

Dua minggu lalu saya merasa kecewa dan marah pada seorang karyawan yang masih tahap training. 

Secara personal, saya lebih ke atasan yang santai, terbuka dan berusaha tidak meluapkan emosi berlebihan khususnya pada bawahan. Namun saat itu tampak berbeda. 

Rasa kecewa dan kesal karena kasir yang saya rekrut bersama HRD dan rekan kerja curhat bahwa suaminya yang kerja di salah satu BUMN dimutasi dari Jakarta ke Surabaya. 

Dirinya berencana ikut dengan suaminya. Padahal ia baru bekerja selama 2 minggu dan saat sesi interview, dirinya mengatakan siap bekerja kapan pun. Artinya dirinya memang memiliki niat besar untuk bekerja. 

Ironisnya kekesalan memuncak karena dirinya terkesan menutupi rencana mutasi suami. Padahal untuk sekelas perusahaan BUMN tentu wacana mutasi sudah disampaikan jauh-jauh hari. 

Ketika staff training ini meminta biar diperkenankan bekerja 1-2 bulan ke depan. Saya memilih mengakhiri kontrak saat itu juga karena ada rasa kecewa mendalam. 

Saya harus mengeluarkan waktu dan tenaga ekstra untuk merekrut karyawan baru sedangkan waktu serah terima tugas dengan karyawan hanya tertinggal hitungan jari. 

Jikalau saya mengiyakan permintaan perpanjangan kerja si karyawan training. Artinya perusahaan menggaji karyawan yang tidak akan bekerja untuk jangka panjang. 

Karyawan Yang Diberhentikan Atasan | Sumber stories.avvo.com via fimela.com
Karyawan Yang Diberhentikan Atasan | Sumber stories.avvo.com via fimela.com

Pada kasus ini saya belajar suatu hal bahwa ada hal yang terlihat sederhana, namun bisa membuat karir karyawan training bisa berakhir begitu saja. 

Apa saja itu? 

Menyembunyikan Hal Tertentu Saat Interview

Tidak jarang saat sesi interview, peserta akan berusaha memberika jawaban atau upaya maksimal agar bisa diterima. 

Mereka akan menyampaikan pencapaian dan tugas di perusahaan sebelumnya di sesi interview. 

Demi menjadi yang terbaik, tidak jarang kandidat menyembunyikan sesuatu yang bisa mempengaruhi dirinya untuk lolos. Meskipun sesi interview dilakukan oleh HRD dan users berpengalaman, namun tidak jarang mereka juga terkecoh oleh si kandidat. 

Berbohong Terkait Pekerjaan | Sumber dari Grid.id
Berbohong Terkait Pekerjaan | Sumber dari Grid.id

Saya pernah 2 kali merasa diakali oleh kandidat. Saat interview, saya memberikan pertanyaan kepada kandidat yang sudah menikah atau berstatus pengantin muda.

"Bersediakah untuk menunda kehamilan selama 1 tahun bekerja?"

Bukan bermaksud menghalangi rejeki buah hati dari Sang Pencipta. Ada pertimbangan khusus karena mengharapkan 1 tahun pertama, karyawan yang direkrut bisa fokus terhadap pekerjaan. 

Pengalaman di kantor ketika karyawan hamil, tidak jarang mereka izin tidak masuk kerja karena harus check up, mengalami kontraksi atau masalah lain.

Selain itu karyawan yang belum 1 tahun bekerja belum memiliki cuti. Khawatir justru menjadi hambatan tersendiri apalagi posisi yang ditempati sangat krusial seperti HRD, kasir atau PPIC.

Hal lain yang kerapkali disembunyikan oleh kandidat yaitu status pernikahan. Tidak jarang ada kandidat yang sebenarnya sudah menikah, namun belum sempat mengubah KTP akhirnya tetap menuliskan status single di surat lamaran untuk membuka peluang diterima kerja lebih besar. 

Namun yang patut diantisipasi adalah kandidat yang menyembunyikan alasan sebenarnya resign dari tempat kerja sebelumnya. 

Pernah ada kasus dimana kandidat yang diterima ternyata memiliki track record buruk, yaitu pernah menggelapkan uang perusahaan sebelumnya serta terindikasi menggunakan barang terlarang. 

Alhasil ketika mengetahui karyawan training memiliki catatan buruk yang ternyata disembunyikan saat interview, saya pun memilih tidak memperpanjang kontraknya. Ini mengantisipasi perusahaan terkena masalah akibat perilaku buruknya apalagi ada hal yang berkaitan dengan ranah hukum. 

Tidak Cepat Belajar

Tidak jarang perusahaan berada diposisi tidak mengenakan di mana karyawan ingin resign secara tiba-tiba sehingga perusahaan mau tidak mau harus segera mencari kandidat pengganti. 

Setelah dirasa cocok, kandidat akan menjadi karyawan training. Ironis karyawan training ini ternyata kurang cepat beradaptasi dengan kerjaan. Kondisi ini bisa disebabkan karena perusahaan merekrut karyawan fresh graduate ataupun proses rekrut karena terburu-buru. 

Contoh sederhana karyawan training sebagai staff HRD. Ternyata si staff memiliki karakter pemalu dan introvert. 

Di sisi lain ketika dirinya merasa bingung terkait pekerjaan, dirinya sungkan bertanya kepada atasan atau senior. 

Dampaknya kerjaan menjadi tidak maksimal dan tidak sesuai ekspetasi. Kondisi inilah yang bisa membuat manajemen kecewa dan memilih tidak melanjutkan kontrak kerja si karyawan. 

Kita tahu bahwa kerja di perusahaan baru butuh banyak penyesuaian. Sebaiknya karyawan training lebih banyak menggali informasi baik secara otodidak atau bertanya kepada senior atau atasan. Ini agar ekspetasi manajemen bisa tetap terjaga dan kita cepat memahami jobdesc. 

Terlalu Banyak Mengeluh

Karyawan lama saja jika terlalu sering mengeluh tentu membuat lingkungan kerja menjadi tidak nyaman dan maksimal apalagi jika hal ini dilakukan oleh karyawan training. 

Semakin sering muncul keluhan dari karyawan training tentu akan menciptakan kesan buruk. Biasanya hal yang sering dikeluhkan karyawan seperti ada tambahan tugas, sering dilibatkan dalam proyek, senior judes, sering pulang telat dan sebagainya. 

Kondisi Mengeluh Saat Bekerja | Sumber: youqueen.com 
Kondisi Mengeluh Saat Bekerja | Sumber: youqueen.com 

Padahal kondisi seperti ini menjadi latihan mental serta sarana belajar yang cepat. Namun ketika karyawan magang sering mengeluhkan hal ini akan dianggap karyawan training tidak lolos uji dan terlalu manja. 

Saya pernah merekrut karyawan training yang bersungut-sungut di belakang karena gaji yang diterima lebih kecil dibandingkan perusahaan sebelumnya. Padahal saat interview saya sudah menginfokan gaji dan fasilitas yang diterima dan si kandidat justru setuju serta mengiyakan. 

Kekesalan muncul ketika saya mendapat kabar si karyawan baru ini curhat kepada rekan kerja dan ketika diberi tugas sering bersungut-sungut di belakang. Saya pun akhirnya jengah dan memilih tidak melanjutkan kontrak si karyawan. 

Terlalu Membandingkan Kerjaan Di Perusahaan Sebelumnya dan Kurang Disiplin

Ada suka duka ketika merekrut karyawan yang sudah memiliki pengalaman. Suka lebih berupa karyawan sudah memahami situasi kerja, memiliki jaringan luas dan terbiasa mengatasi masalah di kerjaannya. 

Namun duka adakalanya si karyawan baru membanding-bandingkan antara perusahaan baru dengan lama. Jika yang dibandingkan lebih menjelekkan ke perusahaan baru maka bersiaplah karir akan tamat. 

Biasanya tanpa disadari hal yang sering dibandingkan misalkan gaji di perusahaan sebelumnya lebih besar, bos sebelumnya lebih baik dan tidak segalak sekarang, kerjaan sebelumnya lebih santai atau fasilitas yang diterima sebelumnya lebih menjanjikan. 

Ketika keluhan ini sampai ke manajemen tentu akan menjadi penilaian sendiri khususnya mengapa dirinya tidak segera mengajukan resign jika perusahaan saat ini tidak sesuai ekspetasinya. 

Di saat karyawan lebih banyak mengeluh biasanya akan membuat performanya tidak maksimal. Ketika ini terbukti, bersiaplah manajemen tidak melanjutkan kontrak si karyawan baru ini. 

Bermain Game Saat Jam Kerja | Sumber Gimbot
Bermain Game Saat Jam Kerja | Sumber Gimbot

Kesalahan lainnya masih sering ditemukan karyawan training yang kurang disiplin seperti datang kerja seenaknya sendiri atau sering telat, beberapa kali tidak masuk karena urusan personal, lebih sibuk bermain sosial media atau game dibandingkan mengerjakan tugas kerjaan dan sebagainya. 

Kita perlu menempatkan diri seprofesional mungkin. Jikalau kita ada di posisi atasan dan menemukan karyawan baru melakukan hal tidak disiplin apalagi berulang kali. Pasti wajar jika akhirnya kita memilih untuk memutuskan kontrak kerja atau tidak memperpanjang masa kerjanya. 

***

Karyawan training perlu memperhatikan beberapa hal yang perlu dihindari jika tidak ingin bernasib karirnya berakhir saat atau setelah masa percobaan. Hal-hal di atas bisa dijadikan tambahan informasi terkait yang perlu dihindari. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun