Kecurigaan mulai muncul ketika hanya sosok Ustad yang menyampaikan informasi penangkapan si babi ngepet. Warga lain yang dikatakan terlibat justru tidak mendapatkan porsi untuk memberikan kesaksiannya.Â
Di jaman secanggih saat ini serta budaya masyarakat yang suka melakukan dokumentasi terhadap fenomena unik disekitarnya tentu harusnya proses penangkapan babi ngepet ikut direkam setidaknya oleh warga yang terlibat.Â
Jika saya menjadi warga yang ikut terlibat dalam penangkapan tersebut pasti secara naluriah akan mengambil gadget dan mencoba merekam setiap momen proses penangkapan. Apalagi ada fenomena unik seperti seseorang yang berubah jadi babi, menangkap babi dengan cara yang tidak biasa dan sebagainya.Â
Nyatanya penangkapan babi ngepet yang katanya melibatkan warga setempat nyaris tanpa ada dokumentasi sebagai bukti pendukung. Kondisi ini juga dapat dijadikan cara filterisasi untuk menguji kebenaran informasi yang diberikan.Â
3. Kaji Ulang Informasi Dengan Sains
Sebagai masyarakat yang berpendidikan harusnya kita dapat melakukan pengujian informasi dengan berlandaskan dengan ilmu pengetahuan atau sains.Â
Pada kasus babi ngepet ini, seharusnya kita bisa melibatkan pakar Zoologi (ilmu yang mempelajari tentang hewan) atau dokter hewan untuk menguji kebenaran adanya babi jadi-jadian. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan mengecek sample darah untuk menguji DNA hewan tersebut.Â
Kita patut tahu bahwa susunan DNA tiap makhluk hidup pastilah berbeda. Manusia dengan babi tentu susunan DNA tidak sama. Secara analogi sederhana andai babi ngepet tersebut dipercaya adalah wujud manusia yang melakukan ritual pesugihan. Secara otomatis DNA darahnya tetap seperti manusia.Â
Apabila cara ini cepat dilakukan mungkin pemberitaan Hoax ini dapat terbantahkan dengan segera. Ini sama seperti kasus yang menimpa si aktivis. Sosok Tompi yang notabanenya seorang penyanyi sekaligus dokter bedah plastik menjadi sosok yang meragukan cerita dari si aktivis.Â
Tompi sebagai seorang dokter spesialis bedah berdasarkan pengalaman dirinya, luka pembengkakan wajah yang dialami oleh si aktivis bukan seperti luka memar karena dianiaya namun lebih menyerupai efek pasca operasi plastik. Ternyata dugaan dirinya benar karena Tompi admampu menjelaskan berdasarkan pengalaman dan dari sisi sains yang dikuasainya (sumber detail klik disini).Â
***