Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Babi Ngepet di Depok Hanya Hoaks, Lakukan 3 Cara Ini untuk Memfilter Informasi

29 April 2021   21:13 Diperbarui: 29 April 2021   21:35 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penangkapan Ustad Adam Ibrahim Sebagai Pelaku Penyebaran Berita Hoax Babi Ngepet di Depok. Sumber Detikcom

Beberapa hari lalu masyarakat Indonesia dihebohkan pemberitaan tertangkapnya seekor babi yang diduga jelmaan dari pesugihan babi ngepet di Depok, Jawa Barat. Kisah babi ngepet memang menjadi urban legend yang kerapkali menarik minat masyarakat dan dikaitkan dengan fenomena uang yang hilang secara tiba-tiba. 

Kejadian ini kian viral dikarenakan proses penangkapan "babi ngepet" ini dilakukan dengan cara tidak biasa yaitu melibatkan 7 orang dengan tanpa busana alias bugil dibantu dengan warga lainnya. 

Kisah ini semakin menarik dengan munculnya sosok Ustad Adam Ibrahim yang dianggap berperan penting terhadap proses penangkapan dan narasumber sekaligus saksi dari kejadian tersebut. 

Satu per satu kronologis penangkapan pun diutarakan mulai seringnya terjadi uang hilang yang dialami warga sekitar, rencana penangkapan babi ngepet, kehadiran 3 orang warga asing dimana salah satunya menggunakan jubah hitam dan melakukan ritual perubahan menjadi babi ngepet hingga publikasi babi ngepet kepada khalayak umum termasuk media massa. 

Ironisnya semua kisah yang disetting dengan ciamik ini justru hanyalah hoax semata alias bohong. Banyak pihak yang merasa kecewa dan dibohongi terhadap pemberitaan tersebut meskipun masih ada beberapa pihak yang dari awal meragukan dan mempertanyakan kebenaran informasi ini. 

Akhirnya hari ini Kamis 28 April 2021, pihak kepolisian dari Polsek Sawangan Depok menyatakan bahwa pemberitaan adanya babi ngepet di wilayahnya adalah Hoax dan menetapkan ustad Adam Ibrahim sebagai tersangka penyebaran informasi palsu. Motifnya hanya ingin terkenal (sumber detail klik disini). 

Sejak berita penangkapan babi ngepet ini menghiasi pemberitaan nasional maupun sosial media. Hanya dalam waktu singkat, berita ini menyebar seantero negeri karena selama ini babi ngepet masih dianggap sebagai urban legend di tanah air. 

Tidak sedikit warga sekitar maupun dari luar daerah berbondong-bondong ingin melihat sosok babi ngepet yang ditangkap. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang percaya dan yakin akan adanya pesugihan babi ngepet. 

Apakah sobat Kompasiana ada yang terhasut dan sempat percaya terhadap kasus ini? 

Jika ada makanan saya ucapkan selamat, sobat menjadi korban dari informasi Hoax. Begitu banyak informasi palsu yang beredar di sekitar kita. Ada berbagai tujuan seperti ingin menjadi viral, ingin menjatuhkan salah satu pihak, iseng semata, pengalihan isu dan sebagainya. 

Saya melihat ada beberapa cara agar kita bisa melakukan filterisasi informasi agar terhindar dari korban berita Hoax. Apa saja itu? 

1. Pahami Secara Detail Background Informan

Adanya berita hoax pasti ada sumber utama yang memberitakan atau menyebarkan berita tersebut. Sebagai warga yang bijak, kita perlu mencari tahu terlebih dahulu background si informan utama. Tujuannya agar kita bisa melakukan analisa sederhana apa dasar utama atau motif dirinya memberikan suatu informasi kepada kita. 

Masih ingatkan kasus seorang aktivis perempuan yang menghebohkan tanah air dengan pemberitaan penganiayaan dirinya oleh orang tidak dikenal. Kasus ini semakin menarik karena background si aktivis yang ternyata pendukung salah satu kandidat Calon Presiden. Tidak hanya itu kejadian ini terjadi di tengah memasuki masa Pilpres RI. 

Banyak dukungan terhadap nasib si aktivis, ada pula yang mengecam tindakan pelaku dan berharap kasus penganiayaan ini diusut serta ada pula yang mengkaitkan kejadian ini sebagai unsur politik. 

Boommm, layaknya bom atom. Masyarakat dikejutkan bahwa informasi penganiayaan ini hanyalah karangan si aktivis karena mengalihkan kondisi dirinya yang habis melakukan operasi plastik wajah. Dukungan yang semula diberikan akhirnya berbalik menjadi kecaman dan membuat citra si aktivitis tercoreng di mata publik. 

Belajar pada kasus ini kita perlu mencari informasi secara detail terkait background dan track record si informan. Cara ini bisa menjadi filter awal bagi kita sebelum menerima sepenuhnya informasi yang diberikan. 

Seandainya si informan seringkali memberikan atau menyebabkan informasi Hoax atau diragukan kebenarannya maka sudah dipastikan informasi berikutnya bisa terindikasi Hoax juga. 

2. Cari Informasi Tambahan Dari Saksi dan Bukti Pendukung

Pada kasus babi ngepet di Depok sebenarnya disetting dengan cukup ciamik karena si informan melibatkan banyak pihak sebagai saksi dan pihak yang terlibat dalam proses penangkapan. 

Awalnya saya pun sempat terbuai dengan informasi tersebut karena menjelaskan dengan detail kronologis penangkapan, adanya warga asing yang datang serta banyak pihak melihat salah seorang berpakaian jubah melakukan ritual untuk berubah sebagai babi ngepet. 

Kecurigaan mulai muncul ketika hanya sosok Ustad yang menyampaikan informasi penangkapan si babi ngepet. Warga lain yang dikatakan terlibat justru tidak mendapatkan porsi untuk memberikan kesaksiannya. 

Di jaman secanggih saat ini serta budaya masyarakat yang suka melakukan dokumentasi terhadap fenomena unik disekitarnya tentu harusnya proses penangkapan babi ngepet ikut direkam setidaknya oleh warga yang terlibat. 

Jika saya menjadi warga yang ikut terlibat dalam penangkapan tersebut pasti secara naluriah akan mengambil gadget dan mencoba merekam setiap momen proses penangkapan. Apalagi ada fenomena unik seperti seseorang yang berubah jadi babi, menangkap babi dengan cara yang tidak biasa dan sebagainya. 

Nyatanya penangkapan babi ngepet yang katanya melibatkan warga setempat nyaris tanpa ada dokumentasi sebagai bukti pendukung. Kondisi ini juga dapat dijadikan cara filterisasi untuk menguji kebenaran informasi yang diberikan. 

3. Kaji Ulang Informasi Dengan Sains

Sebagai masyarakat yang berpendidikan harusnya kita dapat melakukan pengujian informasi dengan berlandaskan dengan ilmu pengetahuan atau sains. 

Pada kasus babi ngepet ini, seharusnya kita bisa melibatkan pakar Zoologi (ilmu yang mempelajari tentang hewan) atau dokter hewan untuk menguji kebenaran adanya babi jadi-jadian. Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan mengecek sample darah untuk menguji DNA hewan tersebut. 

Kita patut tahu bahwa susunan DNA tiap makhluk hidup pastilah berbeda. Manusia dengan babi tentu susunan DNA tidak sama. Secara analogi sederhana andai babi ngepet tersebut dipercaya adalah wujud manusia yang melakukan ritual pesugihan. Secara otomatis DNA darahnya tetap seperti manusia. 

Apabila cara ini cepat dilakukan mungkin pemberitaan Hoax ini dapat terbantahkan dengan segera. Ini sama seperti kasus yang menimpa si aktivis. Sosok Tompi yang notabanenya seorang penyanyi sekaligus dokter bedah plastik menjadi sosok yang meragukan cerita dari si aktivis. 

Tompi sebagai seorang dokter spesialis bedah berdasarkan pengalaman dirinya, luka pembengkakan wajah yang dialami oleh si aktivis bukan seperti luka memar karena dianiaya namun lebih menyerupai efek pasca operasi plastik. Ternyata dugaan dirinya benar karena Tompi admampu menjelaskan berdasarkan pengalaman dan dari sisi sains yang dikuasainya (sumber detail klik disini). 

***

Entah kenapa seiring perkembangan jaman dan kemudahan penyampaian informasi. Kian banyak oknum yang secara sengaja menyebarkan berita Hoax untuk suatu kepentingan. Sayangnya tidak semua masyarakat cerdas melakukan filterisasi informasi yang diterima. 

Terbukti ketika mendapatkan informasi yang dianggap bombastis atau berita akan menjadi viral masyarakat langsung antusias menyimak dan bahkan ikut menyebarluaskan informasi Hoax tersebut. 

Harapannya melalui 3 cara yang saya jelaskan diatas dapat menjadi langkah filterisasi informasi agar kita tidak mudah termakan berita hoax. Jadilah penerima informasi yang cerdas dimana selalu melakukan kroscek kebenaran terlebih dahulu sebelum diterima. 

Kisah Hoax lainnya pernah saya ulas dalam salah satu artikel yang berjudul Kebohongan Amir "Pejalan Kaki" Fenomenal, Tamparan Keras untuk Jurnalis dan Netizen. Monggo mungkin kisah ini juga bisa menjadi pembelajaran lain untuk kita.

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun