Sisi pahitnya, budaya orang barat khususnya Jepang terkenal dengan etos kerja cepat dan kerja keras. Mereka tidak segan akan memberikan deadline terhadap suatu pekerjaan dan bahkan menuntutmu untuk segera beradaptasi dalam hal baru.Â
Budaya ini cenderung membuat kita kerja di bawah tekanan dan panik serta mudah stres. Kondisi ini sebenarnya akan mempengaruhi kesehatan mental kita.Â
Tidak heran banyak orang Jepang sendiri yang mengalami stres karena dunia kerja. Budaya ini akan sangat susah di sinkronkan dengan kebiasaan di masyarakat kita yang tidak terlalu suka otak dipaksa berpikir secara ekstra.
Terjerumus budaya bebas pun akan menghantui kita jika bekerja di suasana yang mayoritas WNA. Hal yang paling dikhawatirkan kita akan diajak mengikuti cara berperilaku dan berinteraksi layaknya masyarakat internasional.Â
Minum wine, anggur atau minuman keras bagi orang asing adalah wajar namun ini akan bertolak belakang dengan kita. Tidak jarang atas yang merupakan WNA mengajak anak buahnya untuk pesta minuman keras dan clubbing jika ada sebuah kegiatan.Â
Hal pahit lainnya yang sering terjadi adalah budaya nepotisme dan meng-underestimate orang lokal. Pejabat asing adakalanya mengganggap dirinya well educated dan tidak terlalu percaya pada orang lain.Â
Tidak heran ketika bekerja di perusahaan asing, untuk struktur jabatan tertentu pastilah diisi oleh WNA. Ini sering terjadi di perusahaan Jepang, Korea Selatan dan Eropa. Warga lokal perlu bekerja keras dan menunjukan prestasi lebih jika ingin memiliki jenjang karir yang baik.
Itulah hal manis dan pahit yang sering saya lihat di sekitar saya ketika ada WNA yang memiliki posisi tertentu di Indonesia. Segala sesuatu pasti ada yang manis layaknya Jeruk Santang dan akan diimbangi dengan Hal kecut seperti rasa Jeruk Nipis tergantung kita menyikapinya. Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H