Kesaksian saya menang. Calon yang diusung DPD Partai Golkar Barito Utara dinyatakan sah.
Terlanjur "berseteru" dengan "Pandawa Lima" Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie -- tentu bukan dengan Bang Ical, dan bukan juga dengan Bang Cicip Soetardjo--, saya pun kembali melawan dalam persoalan Calon Walikota Pariaman 2013 - 2018. Partai Golkar yang bisa maju sendirian, malahan menyalonkan Helmi Darlis, Wakil Walikota dan kader murni Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal, PKS hanya punya satu kursi, sementara Golkar punya tiga kursi. Alasan dukungan terhadap Helmi Darlis, hasil survei yang sangat tinggi.Â
Walau Helmi Darlis adalah paman saya sendiri yang bersuku Piliang, lalu didukung oleh paman kontan saya Refrizal Sikumbang yang menjadi anggota DPR RI, saya lebih memilih keputusan anak-anak muda Relawan Alang Babega yang saya didik dengan keras.
"Saya sudah pasti kalah. Survei saya untuk Calon Walikota hanya 1,5%. Itu menurut LSI Denny JA. Namun untuk maju DPR RI, saya berada di urutan terbanyak yang didukung warga Kota Pariaman," ujar saya.
Mereka bersepakat dengan berurai air mata. Saya mencari calon wakil walikota yang lima tahun di bawah saya, alumnus STPDN dan Magister di Universitas Indonesia. Dia bersedia, walau saya baru sekali bertemu tahun 2012. Dalam status sebagai Kepala Satpol Polisi Pamong Praja Pariaman, dia mengundurkan diri. Ia bernama Jose Rizal Manday, kini dosen di STPDN.
Saya minta tolong kepada Indo Barometer untuk survei sekali lagi. Saya hanya bayar Rp 40 Juta. Malah, saya minta dua kali survei ~~dan itu hutang saya kepada Mohammad Qodari, Rp. 240 Juta ~~Dengan hasil survei itu, saya datang ke Bang Ical. Tampak dalam survei itu, popularitas dan laikabilitas saya naik. Walau, tetap saja masyarakat Pariaman lebih memilih saya maju DPR RI tahun 2014 dengan dukungan survei teratas yang luar biasa.
Silakan cek hasil survei LSI Denny JA 2013 dan Indo Barometer 2013, khusus Kota Pariaman.
"Jose, cari Kartu Tanda Penduduk!" kata saya.
"Siap, Uda!" katanya.
Kini tahun beranjak ke 2020. Saya bingung, ketika Buya Mahyeldi Ansyarullah terpilih menjadi Gubernur Sumatera Barat periode mendatang, mencuat satu kata: "Ketiga kali-nya PKS memimpin Sumbar!"
Kenapa emangnya?