Saya ikut terlibat dalam penulisan buku Soetrisno dan Jeffrie. Begitu juga, saya pernah menulis naskah pidato (speech writer) Hatta Rajasa, ketika maju dalam pemilihan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional di Batam.
Karena sudah mengenal, sebagai 'teman nongkrong' di Grand Hyatt, ketika Johan Silalahi mengajak saya bertemu dengan Arnes, saya tak keberatan.
"Arnes mana?" tanya saya kepada Johan.
"Saudara kau itu! Saudaraku juga! Aku dengar, dia yang bakal mendampingi saudaramu Anies," begitu kata Johan di ujung telepon.
Bingo! Pilpres sudah selesai. Relawanpun bubar. Saya ingin tahu lebih dalam, siapa pendamping Anies. Bukan lewat cerita orang kedua. Langsung dari orang pertama.Â
Pengalaman sebagai Panitia Seleksi Pejabat Tinggi Madya dan Pejabat Tinggi Pratama selama beberapa tahun ini, membuat saya punya pengetahuan, metode dan perangkat intelektual guna menjaring bibit unggul.
Arnes rupanya sudah mempelajari saya dengan elok. Dua orang yang menjadi "pengawal"-nya adalah blasteran: Tionghoa dan India. Keduanya berbahasa Minang dengan fasih kepada saya. Arnes tinggal cengengesan. Tapi tentu dia tidak lolos dari screening saya.
T: "Bener, engku mau menjadi Wagub?"
J: Tidak! Untuk apa? Keluarga aden sudah lima belas tahun tinggal di luar negeri.
T: "Jadi, bohong cerita dari Jalan Kartanegara itu?"
J: Aden disuruh datang. Pengawal-pengawal 08 yang bertubuh besar dan kekar itu kan orang-orang awak semua. Biasanya, aden selebor. Duduk sembarangan. Nah, ini mereka membujuk-bujuk. Aneh.