Kala dipertemukan kembali, Amir kesal dan memutuskan membunuhnya. Alibi disiapkan, Franky dibunuh oleh orang bayaran Sunyoto sebagai dalihnya. Alat bukti, sidik jari dan jejak sepatu Amir di TKP. Bukti kuat lainnya, pesan SMS ancaman Amir kepada Franky, satu bulan sebelum Franky mendapatkan jaminan perlindungan saksi.Â
Tak sampai satu jam, Komisaris Polisi Dadang menghubungi Jack melalui sambungan telepon. Tak ada pertanyaan meluncur pada hasil pemeriksaan kedua tersangka. Malah sebuah pemberitahuan kepada Jack, terkait kasus tersebut.Â
"Jack, ini serius. Kamu tak perlu lanjutkan penyidikan. Biar team lain yang selesaikan. Tanggung jawab kamu sudah saya terima dengan baik," ucapnya.Â
Satu minggu kemudian, Jack mendapati kabar. Amir dan Komar di sidangkan, dan mereka mengaku mendapatkan perintah membunuh Franky dari Sunyoto Darmono. Antiklimaks, yang membuat Jack meragukan kebenaran yang sesungguhnya.Â
Meskipun, Komar terbukti menerima perintah membunuh Franky dari Sunyoto. Terlebih, Komar adalah kerabat dekat terdakwa kasus korupsi tersebut. Namun tidak ada bukti, ia berada di lokasi kejadian.
Dan teka-teki peluru siapa yang bersarang di kepala Franky, belum terjawab. "Gawat, Sunyoto Darmono akan terbebas dari kasus korupsi. Dan tengah diseret pada sebuah kasus pembunuhan, yang tak pernah dapat dibuktikan."
Di jalan baru, Jack berhenti dan memungut sebuah proyektil peluru. Ia yakin betul, itu adalah milik Amir. Lantas, kekuatan apa yang membuat Amir dan Komar mengaku sebagai pelaku pembunuhan itu?Â
"Amir tidak berbohong. Namun, apa yang dia sembunyikan?" gumam Jack.
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian