Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Cinta, Sinjia

15 Maret 2021   22:39 Diperbarui: 15 Maret 2021   22:43 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kisah Cinta, Sinjia by Pixabay

DERAI air mata, mengalir di pipi tembem gadis mungil. Satu cone eskrim, rasa vanilla jatuh ke tanah. Baru dua langkah dari sang penjual. Kini, sudah tak bisa lagi dinikmati. Kang Aswin, melihat hal itu dan membuatkan kembali eskrim cone. 

Namun, gadis itu malah berlari menjauh. Ia pulang ke rumah dengan kecewa dan menangis ke pangkuan ibunya. Eskrim cone rasa vanilla, diantar ke rumah. 

Bukan oleh Kang Aswin, tapi anak lelaki yang kebetulan mengantri di belakang gadis tadi. Ia mengetuk pintu dan memberikan eskrim itu, pada ibu sang gadis mungil. 

Dari balik jendela, gadis mungil menatap anak lelaki yang berjalan meninggalkan rumahnya. Ia tersenyum, sambil menikmati eskrim di dalam kamarnya. 

Tokyo, 12 Desember 2014

Musim dingin membawa butiran embun membasahi jalan kota. Meski tak ada salju yang turun di sana, udara lebih dingin dari hari-hari biasa. Terlihat sepasang remaja asal Indonesia, menyusuri Shibuya di kawasan Ebisu. 

"Hei, kudengar lusa nanti kau akan pulang ke Indonesia?" tanya Sinjia. 

"Iya, kontrak kerja sudah habis. Aku akan ke Bandung, ada tawaran kerja di sana," jawab Chandra. 

"Ehmm, apa kita akan bertemu lagi?" keluh Sinjia. 

Chandra tertawa mendengar ucapan Sinjia. Ia mempercepat langkahnya dan berbalik ke arah Sinjia. Kemudian berkata. 

"Lebaran aku pasti pulang kampung, rumahmu hanya lima blok dari rumahku, Sinjia."

Sinjia menyambut tawa Chandra dengan cubitan. Mereka memecah keheningan malam dengan tawa dan gurauan. Manja berkejaran, di antara pejalan kaki lain. Dan menghilang di bias lampu warna-warni, yang menghiasi pepohonan di taman Yebisu. 

Bandung, 12 Maret 2018

Dering telepon bersahut-sahutan, di ruangan kantor tempat Chandra bekerja. Dua ikat bunga mawar, berwarna putih dan merah terlihat layu, sejak dua minggu lalu di meja yang sama. Itu adalah meja kerja milik Helena, rekan satu tim Chandra di bagian pembelian. 

"Chand, bisa bantu hubungi Helena? nomornya sudah tak aktif," ucap Staff Personalia.

"Sudah disetujui resign, ya?" tanya Chandra.

"Iya, kita ada kirim uang duka juga," tutup Staff Personalia. 

Chandra mencoba menghubungi Helena melalui nomor pribadi dan belum ada respon. Tiba-tiba ia teringat, Helena pernah bercerita tentang panti asuhan. Dimana Helena menjadi relawan di sana. Iapun berencana mengunjungi Helena di akhir bulan. 

Pulang kerja, Chandra menyempatkan mampir ke Jalan Braga untuk menemui Sinjia. Teman satu kampung yang pernah sama-sama tinggal di negeri sakura. Bedanya, dia bekerja sedangkan Sinjia kuliah.

"Bukan Baja tapi Braga, kau harus simpan aksen jepang, Sinjia. Aku share lokasi ya." 

Rekaman suara Chandra, membuat Sinjia tak henti tersenyum. Sinjia baru saja tiba di Indonesia dan langsung menuju Bandung untuk bertemu Chandra. Rindu, kangen, atau perasaan romantis lain akibat lama tidak bertemu. Ia bingung, harus memilih kata yang mana. 

Tiga tahun, kebersamaan mereka bukanlah sebuah kisah cinta. Namun, sangat berkesan dan mesra. Hanya Chandra, satu-satunya tempat berbagi cerita. Sejak dia pulang ke Indonesia, tak ada lelaki lain yang dekat dengan Sinjia. Kesibukan Chandra bekerja, menjadi kendala hubungan mereka. 

"Sin, kamu tambah cantik sekarang. Terakhir video call, pipi kamu masih tembem," sapa Chandra. 

"Aku jet lag, Chandra. Kusimpan cubitan ini, nanti," jawab Sinjia.

Mereka menghabiskan waktu bersama di Bandung. Chandra menjadi pemandu wisata dadakan untuk Sinjia. Menikmati malam di Braga, menonton pertunjukan seni di taman musik dan mencoba berbagai kuliner khas kota kembang. Hingga, menjelajahi keindahan alam di Lembang dan mengayuh sampan di Situ Cileunca. 

"Hei, kita seperti sepasang kekasih loh," ucap Sinjia.

"Iya ya. Harusnya, kita ajak satu atau dua orang teman lagi," timpal Chandra. 

"Apa kau tak mau, kita jadi sepasang kekasih?"

Chandra pura-pura tak mendengar, ia terus mendayung dan berhenti di depan kebun arbey di tengah danau. Ia menarik lengan Sinjia, mengajaknya turun untuk memetik arbey di sana. 

"Kau tahu, aku bahagia kamu berkunjung. Entah, perasaan apa yang aku rasa. Namun, aku tak mau berpikir terlalu jauh. Aku hanya mau menikmati kebersamaan kita, Sinjia," ucap Chandra. 

"Aku juga, Chandra," jawab Sinjia.

Petualangan mereka, berhenti di kebun teh Pangalengan. Memandang alam yang memikat. Sinjia terlihat bahagia dan puas, melepas kerinduan pada lelaki yang ia sayangi. 

Paling tidak, hari ini ia tahu. Lelaki itu punya perasaan sama dalam hatinya. Meski tidak berharap, lebih dari sekedar sahabat. 

"Aku teringat, waktu kecil kau antar eskrim sampai ke rumah, loh. Karena eskrim yang kubeli jatuh di jalan," ucap Sinjia. 

"Oh, itu karena Kang Aswin minta tolong saja. Lumayan eskrim gratis, kalau mau anterin ke rumah kamu," jawab Chandra. 

"Aku tak tahu itu, kau baru cerita sekarang loh," gumam Sinjia.

Suasana mendadak hening. Saat hendak mengambil dompet di meja, tanpa sengaja jemari Sinjia menggenggam jemari Chandra. 

Chandra buru-buru melepaskan genggaman. Ia mengalihkan suasana romantis menjadi suasana humor. Mengungkit kembali cerita eskrim dan membuat Sinjia tak berhenti tertawa. 

Namun, itu tak bertahan lama. Sinjia kembali bertanya, "Chandra, apakah kita benar-benar tak bisa menjadi sepasang kekasih?"

"Untuk itukah, kau datang menemui aku?" Chandra balik bertanya. 

"Aku hanya rindu," gumam Sinjia. 

"Itupun aku, cukup hadirmu saja. Aku sudah senang," jawab Chandra. 

"Chandra, berjanjilah padaku. Kau akan menikah dengan gadis yang lebih cantik dariku," pinta Sinjia. 

"Aku berjanji. Kau juga, lebih baik Andrew daripada Jamie," ucap Chandra. 

"Aku tak berpikir ke sana loh, saat ini aku hanya ingin fokus di laboratorium," jawab Sinjia. 

Chandra dan Sinjia, menyadari perbedaan dan hambatan yang akan datang. Hubungan sepasang kekasih, bukan hanya antara dua insan. Tapi dua latar belakang budaya, dua keluarga dan dua agama yang berbeda.

Malam itu, terakhir kali mereka bertemu. Sinjia mengambil pekerjaan sebagai tenaga ahli laboratorium biotec di Osaka. Dan Chandra, kembali menjalani rutinitas kerja di Bandung. 

**

Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.

Indra Rahadian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun