"Sin, kamu tambah cantik sekarang. Terakhir video call, pipi kamu masih tembem," sapa Chandra.Â
"Aku jet lag, Chandra. Kusimpan cubitan ini, nanti," jawab Sinjia.
Mereka menghabiskan waktu bersama di Bandung. Chandra menjadi pemandu wisata dadakan untuk Sinjia. Menikmati malam di Braga, menonton pertunjukan seni di taman musik dan mencoba berbagai kuliner khas kota kembang. Hingga, menjelajahi keindahan alam di Lembang dan mengayuh sampan di Situ Cileunca.Â
"Hei, kita seperti sepasang kekasih loh," ucap Sinjia.
"Iya ya. Harusnya, kita ajak satu atau dua orang teman lagi," timpal Chandra.Â
"Apa kau tak mau, kita jadi sepasang kekasih?"
Chandra pura-pura tak mendengar, ia terus mendayung dan berhenti di depan kebun arbey di tengah danau. Ia menarik lengan Sinjia, mengajaknya turun untuk memetik arbey di sana.Â
"Kau tahu, aku bahagia kamu berkunjung. Entah, perasaan apa yang aku rasa. Namun, aku tak mau berpikir terlalu jauh. Aku hanya mau menikmati kebersamaan kita, Sinjia," ucap Chandra.Â
"Aku juga, Chandra," jawab Sinjia.
Petualangan mereka, berhenti di kebun teh Pangalengan. Memandang alam yang memikat. Sinjia terlihat bahagia dan puas, melepas kerinduan pada lelaki yang ia sayangi.Â
Paling tidak, hari ini ia tahu. Lelaki itu punya perasaan sama dalam hatinya. Meski tidak berharap, lebih dari sekedar sahabat.Â
"Aku teringat, waktu kecil kau antar eskrim sampai ke rumah, loh. Karena eskrim yang kubeli jatuh di jalan," ucap Sinjia.Â