"Lebaran aku pasti pulang kampung, rumahmu hanya lima blok dari rumahku, Sinjia."
Sinjia menyambut tawa Chandra dengan cubitan. Mereka memecah keheningan malam dengan tawa dan gurauan. Manja berkejaran, di antara pejalan kaki lain. Dan menghilang di bias lampu warna-warni, yang menghiasi pepohonan di taman Yebisu.Â
Bandung, 12 Maret 2018
Dering telepon bersahut-sahutan, di ruangan kantor tempat Chandra bekerja. Dua ikat bunga mawar, berwarna putih dan merah terlihat layu, sejak dua minggu lalu di meja yang sama. Itu adalah meja kerja milik Helena, rekan satu tim Chandra di bagian pembelian.Â
"Chand, bisa bantu hubungi Helena? nomornya sudah tak aktif," ucap Staff Personalia.
"Sudah disetujui resign, ya?" tanya Chandra.
"Iya, kita ada kirim uang duka juga," tutup Staff Personalia.Â
Chandra mencoba menghubungi Helena melalui nomor pribadi dan belum ada respon. Tiba-tiba ia teringat, Helena pernah bercerita tentang panti asuhan. Dimana Helena menjadi relawan di sana. Iapun berencana mengunjungi Helena di akhir bulan.Â
Pulang kerja, Chandra menyempatkan mampir ke Jalan Braga untuk menemui Sinjia. Teman satu kampung yang pernah sama-sama tinggal di negeri sakura. Bedanya, dia bekerja sedangkan Sinjia kuliah.
"Bukan Baja tapi Braga, kau harus simpan aksen jepang, Sinjia. Aku share lokasi ya."Â
Rekaman suara Chandra, membuat Sinjia tak henti tersenyum. Sinjia baru saja tiba di Indonesia dan langsung menuju Bandung untuk bertemu Chandra. Rindu, kangen, atau perasaan romantis lain akibat lama tidak bertemu. Ia bingung, harus memilih kata yang mana.Â
Tiga tahun, kebersamaan mereka bukanlah sebuah kisah cinta. Namun, sangat berkesan dan mesra. Hanya Chandra, satu-satunya tempat berbagi cerita. Sejak dia pulang ke Indonesia, tak ada lelaki lain yang dekat dengan Sinjia. Kesibukan Chandra bekerja, menjadi kendala hubungan mereka.Â