1. Catatan pribadi untuk anak cucu
Mendidik anak-anak, bukan hanya tanggung jawab Ibu. Bukan sekedar mempercayakan pada Guru. Namun, tanggung jawab Ayah sebagai teladan dan kepala rumah tangga.
Kebiasaan bercerita sebelum tidur, adalah metode pendidikan yang efektif. Pesan moral dari aktivitas anak seharian, dengan mudah dicerna oleh memori mereka.Â
Dongeng, atau cerita fiksi yang edukatif. Baiknya, disisipkan melalui pola interaksi dua arah. Bahkan, anak-anak bisa membuat dongeng sendiri sesuai imajinasi dan pengetahuan yang dipelajari.Â
Berbekal kebiasaan mendongeng untuk anak sendiri. Kisah-kisah fiksi, meronta-ronta ingin dituangkan dalam catatan. Kadang, dipicu oleh pertanyaan-pertanyaan anak. Kisah fiksi, akhirnya dibuatkan artikel.Â
Mulailah membuat satu dua dongeng, semakin bertambah dan berpikir untuk disusun menjadi sebuah buku nantinya.Â
2. Referensi dongeng anak yang monoton
Fabel si kancil, cerita rakyat dan dongeng populer luar negeri. Kisah Nabi dan cerita humor Abu Nawas. Semua itu, bermanfaat untuk membentuk pola pikir dan pola sikap anak-anak.Â
Kisah Nabi dan kisah dalam kitab suci tidak termasuk dalam kategori dongeng atau fiksi. Diperlukan usaha ekstra untuk memberikan pemahaman pada anak. Memilah antara fiksi dan kisah nyata. Metode dan waktu harus sesuai.Â
Di zaman sekarang, anak-anak lebih kritis dalam menerima pesan. "Kenapa fabel tidak sesuai pelajaran biologi?" dan "kenapa harus ada raja-raja, apa aku bisa jadi raja?" atau "ayah, negara itu dipimpin presiden!" serta "ayah, orang yang dapat berbicara dengan hewan hanya Nabi Sulaiman."
Daftar pertanyaan-pertanyaan tersebut, dapat membuat orang tua tersenyum kecut dan mengerutkan dahi. Ditambah, referensi dongeng kekinian yang minim.Â