Imajinasi liar, berpedoman pada contoh yang dibaca. Kemudian, mulailah menuang tulisan satu atau dua paragraf pertama. Maka aliran kata akan deras, seiring rangkaian cerita yang tersusun di kepala.
Kemudian, sunting naskah tersebut dengan membaca ulang kata perkata. Tempatkan diri sebagai pembaca, nikmati dan cermati. Hajar lagi sampai tuntas.
Menjadi naif, berguna untuk menekan ego. Kala kritik dan petuah datang pada kolom komentar, jalur pribadi atau ruang publik.
Perbaiki dan jangan berhenti belajar. Naiflah. Saat orang lain bisa, kitapun bisa. Tak ada kata terlambat.
3. Pasang target pembaca
Tulisan adalah pesan, begitupun catatan pribadi. Namun, saat tulisan ditempatkan pada media sosial. Tulisan sudah menjadi konsumsi publik.Â
Mereka akan menilai, pesan pada tulisan yang kita lemparkan. Namun, bagaimana caranya bisa dinilai dan mendekatkan tulisan kita pada pembaca?
Cara untuk meningkatkan keterbacaan artikel telah di jelaskan secara gamblang oleh Steven Chaniago pada artikel, "Mau Artikelmu Banjir Pembaca? Kenali Dulu Perbedaan Short Term dan Long Term." Dan Himam Miladi pada artikel, "Kapan Waktu Terbaik Untuk Menayangkan Artikel di Kompasiana."
Namun, artikel fiksi berupa puisi, cerpen dan novel masih sulit mendapatkan tingkat keterbacaan tinggi. Meskipun dengan predikat headline.
Percaya diri memasang target pembaca, akan merangsang usaha kita membuat artikel fiksi yang menarik. Memastikan skill menulis kita berkembang, seiring jumlah tulisan yang dihasilkan.
Artikel-artikel kiat menulis, dari Ruang Berbagi (Romo Bobby), Khrisna Pabichara dan Inspirasiana akan sangat membantu.