Mohon tunggu...
Indra Rahadian
Indra Rahadian Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Swasta

Best In Fiction Kompasiana Award 2021/Penikmat sastra dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Editorial Kedai Kopi: Oposisi Sepi dan Media "Independen" Korban Hoax

21 Desember 2020   21:26 Diperbarui: 22 Desember 2020   00:53 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus ini murni kriminal, bila terkait kepemilikan senjata api ilegal. Mengenai bumbu-bumbu, adanya aksi intelejen yang tertangkap FPI. Sangat miris, ternyata ada media mainstream yang berhasil "digocek" bahan hoax, seperti kartu anggota intelejen yang dibawa saat bertugas.

Adanya korban jiwa yang jatuh dalam peristiwa tersebut, kronologi dan keterlibatannya harus diungkap secepatnya ke publik oleh pihak kepolisian. Simpang siur dan prasangka berbagai pihak, justru dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk menyerang pemerintah. Dalam hal ini belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Lalu, bagaimana cerita oposisi sepi?

Sejatinya, dalam sistem pemerintahan presidensial tidak mengenal istilah partai oposisi. Hal itu, dikesankan saja untuk gaya-gayaan. Karena di Indonesia, yang mengaku atau di label partai oposisi, toh mempunyai kader yang menjabat sebagai kepala daerah. 

Ingat, struktur pejabat eksekutif--dalam hal ini kepala daerah, berada dibawah pemerintah pusat.

Sepi, karena ajakan dan tuntutan yang digaungkan. Mulai dari menyelamatkan Indonesia dan menurunkan presiden, entah turun kemana. Tak begitu laku, tanpa argumentasi dan solusi konkret yang ditawarkan pada masyarakat.

Mengatasnamakan agama, rakyat dan hal yang lebih luas. Untuk kepentingan kelompok maupun pribadi, merupakan tindakan remeh yang hanya akan membuat penonton mengantuk. Tindakan yang seringkali dipraktekkan "oknum" tokoh-tokoh bangsa dalam akun media sosial maupun pemberitaan nasional.

Intinya, sebelum terang benderang dan dapat dibuktikan di meja hijau. Opini dan dugaan adalah sah, selama tidak memperkeruh suasana kondusif di masyarakat. Monggo.

Terlebih sebentar lagi, umat Katolik dan Protestan akan merayakan Natal dan Tahun Baru. Ayolah, redam sejenak sentimen negatif dan egosentris. Di penghujung tahun pandemi ini. 

Gelas keempat? Oh tidak. Sudah cukup banyak catatan kasbon yang penulis goreskan pada buku lecek Lae, pemilik kedai.

(Indra Rahadian 12/21)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun