Kasus ini murni kriminal, bila terkait kepemilikan senjata api ilegal. Mengenai bumbu-bumbu, adanya aksi intelejen yang tertangkap FPI. Sangat miris, ternyata ada media mainstream yang berhasil "digocek" bahan hoax, seperti kartu anggota intelejen yang dibawa saat bertugas.
Adanya korban jiwa yang jatuh dalam peristiwa tersebut, kronologi dan keterlibatannya harus diungkap secepatnya ke publik oleh pihak kepolisian. Simpang siur dan prasangka berbagai pihak, justru dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk menyerang pemerintah. Dalam hal ini belum bisa dibuktikan kebenarannya.
Lalu, bagaimana cerita oposisi sepi?
Sejatinya, dalam sistem pemerintahan presidensial tidak mengenal istilah partai oposisi. Hal itu, dikesankan saja untuk gaya-gayaan. Karena di Indonesia, yang mengaku atau di label partai oposisi, toh mempunyai kader yang menjabat sebagai kepala daerah.Â
Ingat, struktur pejabat eksekutif--dalam hal ini kepala daerah, berada dibawah pemerintah pusat.
Sepi, karena ajakan dan tuntutan yang digaungkan. Mulai dari menyelamatkan Indonesia dan menurunkan presiden, entah turun kemana. Tak begitu laku, tanpa argumentasi dan solusi konkret yang ditawarkan pada masyarakat.
Mengatasnamakan agama, rakyat dan hal yang lebih luas. Untuk kepentingan kelompok maupun pribadi, merupakan tindakan remeh yang hanya akan membuat penonton mengantuk. Tindakan yang seringkali dipraktekkan "oknum" tokoh-tokoh bangsa dalam akun media sosial maupun pemberitaan nasional.
Intinya, sebelum terang benderang dan dapat dibuktikan di meja hijau. Opini dan dugaan adalah sah, selama tidak memperkeruh suasana kondusif di masyarakat. Monggo.
Terlebih sebentar lagi, umat Katolik dan Protestan akan merayakan Natal dan Tahun Baru. Ayolah, redam sejenak sentimen negatif dan egosentris. Di penghujung tahun pandemi ini.Â
Gelas keempat? Oh tidak. Sudah cukup banyak catatan kasbon yang penulis goreskan pada buku lecek Lae, pemilik kedai.
(Indra Rahadian 12/21)